Sogokan "Gas" Qatar pada Thailand dan Rusia

Cerita

by redaksi

Sogokan

Keputusan FIFA untuk memberikan kuasa pada Qatar sebagai penyelengara Piala Dunia 2022 kembali menuai kritikan. Baru-baru ini harian The Sunday Times menerbitkan laporan baru yang memojokan Mohamed Bin Hammam bahwa pria Qatar itu telah menggunakan kekayaan dan kekuatan minyak Qatar untuk membeli suara Thailand.

Dilaporkan bahwa Bin Hammam telah melakukan pembicaraan dengan pemerintah Thailand melalui anggota eksekutif FIFA Worawi Makudi yang kebetulan berkebangsaan Thailand. Dalam pertemuan itu membicarakan soal penjualan minyak dan gas kepada Thailand yang berpotensi bernilai puluhan juta dolar.

The Sunday Times membuat laporan ini dalam sebuat artikel berjudul "Gas deal turns heat on World Cup,"

The Sunday Times menjelaskan bahwa dalam pertemuan rahasia itu Bin Hammam mengajak bangsawan Qatar dan mempertemukannya dengan seorang staff dari Makudi. "Isi dari perjanjian itu sendiri masih tidak jelas, yang jelas pihak Thailand memang berusaha meraup untung dengan memaksa Qatar meninjau ulang negosiasi perjanjian harga pembelian 1 juta ton gas alam cair setiap tahun yang dinilai terlalu mahal, Thailand berupaya menjual suara voting Piala Dunia 2022 untuk dibarter dengan diskon penjualan harga gas, " tulis The Sunday Times.

Isi laporan itu mengklaim bahwa Bin Hammam telah mengeluarkan $ 1.700.000 untuk dibayarkan kepada para pejabat Asia. Untuk menghindari kecurigaan, pemberian uang sogokan itu dilakukan lewat perusahaan pribadinya yakni Kemco Coorporation. Uang sogokan itu untuk memuluskan Bin Hammam menang dalam pemilihan Presiden FIFA dan kemenangan Qatar menggelar Piala Dunia 2022.

Tak hanya itu saja, upaya kolusi Bin Hammam pun kemungkinan besar akan menyeret Rusia. Mengingat sebelum bidding dilakukan, 30 oktober 2010, pihak Bin Hamamm mencoba menghubungkan antara emir Qatar dan Perdana Menteri Rusia, Vladimir Putin. "Dua hari kemudian usai pertemuan itu Emir Qatar langsung terbang ke Moskow untuk melakukan pembicaraan terkait penawaran produksi gas bersama antara kedua negara," kata Sunday Times.

Terkait dengan laporan ini FIFA memilih tetap bungkam. Insiden ini membuat FIFA menggelar rapat mendadak diantara anggota Komite Eksekutif di Sao Paulo. Hasil rapat itu memutuskan bahwa FIFA tak akan mengeluarkan komentar apapun sebelum komite etika menyelesaikan pekerjaannya melakukan investigasi.

Bagaimanapun juga FIFA akan tetap bungkam. Isu yang beredar baru-baru ini adalah kasus ini membuat FIFA kebakaran jenggot, satu-satunya cara untuk membuat bisa cuci tangan adalah melakukan bidding ulang. Upaya ini tentu sebuah ironi dan pengkhianatan bagi Qatar, mengingat ratusan juta dolar telah digelontorkan Qatar untuk menyogok dan membangun sarana penunjang untuk Piala Dunia nanti.

Apa yang menimpa Qatar ini mirip-mirip seperti pepatah: Habis Manis Sepah Dibuang.

sumber foto: FIFA.com

(wam)

Komentar