Wawancara Ekslusif Diego Michels: Sepakbola Modern dan Lika-liku Karier Diego di Indonesia

PanditTV

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Wawancara Ekslusif Diego Michels: Sepakbola Modern dan Lika-liku Karier Diego di Indonesia

Diego Michels dan Permainannya di Lapangan Hijau

Saat ini Diego dikenal sebagai pemain yang menempati full-back kanan. Perihal posisinya tersebut, ia menceritakan bahwa sebenarnya ketika di Belanda ia bermain sebagai gelandang. Namun selama berkarier di Indonesia, ia selalu dipasang sebagai full-back.

"Aku dulu gelandang, aku lebih banyak main attacking. Sampai akhirnya tiba di Indonesia aku dipasang sebagai bek kanan atau bek kiri," ungkap Diego.

Diego mengungkapkan bahwa dirinya memang lebih senang melakukan penyerangan dibanding harus bertahan. Bahkan ketika latihan terpisah antara pemain menyerang, dan pemain bertahan, ia selalu merajuk karena ingin bergabung dengan tim yang berisikan para pemain menyerang. Apalagi menurutnya saat ini sepakbola sudah lebih modern.

"Sekarang sering disebut sebagai modern football, ya? Bek kiri bisa overlapping, sementara sayap kiri bisa saja turun menjadi bek kiri dalam suatu momen di pertandingan. Jadi bek dan sayap harus kompak, karena mereka akan sering saling tukar posisi," Diego coba menjelaskan.

Diego memulai karier profesionalnya di Indonesia bersama Pelita Jaya. Sempat mengalami masa pinjaman bersama Arema, Diego kemudian hengkang ke Sriwijaya FC. Hingga takdir kemudian menuntunya ke provinsi penghasil batu bara, Kalimantan Timur. Di sana Diego sudah bermain selama dua tahun sejak tahun 2014, dan memperkuat dua tim besar, Mitra Kukar dan Pusamania Borneo FC.

Diego Michiels - Pusamania Borneo FC

Dalam masa kariernya di Indonesia tentu Diego sudah menghadapi berbagai macam pemain. Terutama yang beroperasi di sektor sayap. Ketika ditanya siapa yang menjadi lawan terberat, ternyata ia memilih Tantan, penyerang Persib Bandung.

"Di Indonesia ada banyak, tapi Tantan paling susah. (Badan) dia beton itu, keras itu, di tabrak-tabrak susah sekali," ungkapnya. "Siapa lagi, ya.... Fery Pahabol, Boaz Solossa, ada banyak winger bagus di sini."

Beralih ke masalah yang lebih taktikal, Diego menceritakan bagaimana ia memaknai ruang gerak. Ia juga berujar bahwa apa yang terjadi di Indonesia agak tidak sesuai dengan seperti sepakbola yang diajarkan di Belanda.

"Kalau aku jadi bek kanan, seharus para pemain lebih mendekat karena nanti akan lebih mudah untuk mengoper bola. Yang terjadi di Indonesia justru bukan memanfaatkan space. Ketika tim lawan menumpuk pemain (di area pertahanan), di sini cenderung untuk memaksakan masuk ke jantung pertahanan lawan, bukan melebar agar ruang bisa terbuka. Harusnya bisa sabar dan tunggu di posisi melebar. Karena nantinya bek lawan juga akan bingung (apakah tetap di posisinya, atau ikut melebar)." pungkas Diego.

Komentar