Borussia Dortmund yang Bertahan dengan Menekan Setinggi-Tingginya

Taktik

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Borussia Dortmund yang Bertahan dengan Menekan Setinggi-Tingginya

Banyak cara yang bisa dilakukan oleh sebuah kesebelasan ketika bertahan dari serangan lawan. Ada yang menerapkan garis pertahanan serendah-rendahnya, ada juga yang bertahan dengan cara menerapkan garis pertahanan tinggi dengan tujuan memberikan tekanan kepada lawan. Borussia Dortmund juga memiliki cara bertahannya sendiri.

Meski sempat dibantai oleh Tottenham Hotspur dengan skor 3-1 dalam matchday 1 fase grup Liga Champions, Borussia Dortmund nyatanya tetap mampu tampil impresif dalam ajang Bundesliga musim 2017/2018. Sampai pekan keenam, mereka memuncaki klasemen sementara Bundesliga dengan torehan 16 poin hasil dari lima kemenangan dan sekali hasil seri.

Lebih mengesankan lagi, dari enam laga tersebut Die Schwarzgelben baru kebobolan satu gol saja dan sudah menorehkan 19 gol. Sisi penyerangan Dortmund, walau mereka ditinggal Ousmane Dembele yang hijrah ke Barcelona, tetap menyajikan ancaman tersendiri bagi lawan. Trio Pierre-Emerick Aubameyang-Maximillian Phillip-Christian Pulisic menjadi momok tersendiri bagi pertahanan lawan. Total ketiganya sudah menorehkan 14 gol sejauh ini di ajang Bundesliga.

Namun bukan hanya sisi penyerangan saja yang membuat Dortmund begitu ditakuti pada musim 2017/2018 ini. Sisi pertahanan mereka juga menjadi kunci mengapa sampai sekarang mereka mampu bercokol di papan atas klasemen sementara Bundesliga.

Filosofi Peter Bosz, bertahan dengan menekan sangat tinggi

Untuk musim 2017/2018 ini, pelatih Dortmund, Peter Bosz, menggunakan formasi dasar 4-1-4-1, dengan skema empat bek dan satu gelandang bertahan (biasanya Julian Weigl atau Nuri Sahin yang berada di posisi tersebut). Dua gelandang lain, biasanya Gonzalo Castro (atau Shinji Kagawa) dan Mahmoud Dahoud (atau Mario Goetze) berada sedikit di depan untuk menyokong Dortmund ketika menyerang.

Formasi dasar 4-1-4-1 Dortmund

Saat bertahan, Bosz menerapkan skema yang cukup unik sekaligus berisiko tinggi bagi Dortmund, yaitu menekan setinggi-tingginya. Ketika beralih dari fase menyerang ke fase bertahan, pemain terdekat langsung menekan pemain lawan yang sedang membawa bola. Sementara itu, pemain-pemain lain menutup kemungkinan rute umpan yang akan dilesakkan.

Para penyerang Dortmund dan gelandang-gelandang tengah Dortmund memegang peranan kunci dalam pertahanan yang dimulai sejak lini serang ini. Tiga pemain Dortmund yang ada di depan, yakni Phillip-Aubameyang-Pulisic kerap ikut menekan tinggi ketika Dortmund beralih ke fase bertahan, Tekanan tinggi ini memungkinkan serangan Dortmund bisa segera dimulai ketika bola berhasil direbut. Dortmund dapat segera beralih ke fase menyerang, bahkan ketika masih berada di pertahanan lawan.

Gelandang-gelandang tengah Dortmund juga memegang peranan penting dalam hal menekan lawan sejak lini serang ini. Gonzalo Castro dan Mahmoud Dahoud kerap ikut menekan lawan, bersama dengan Pulisic, Auba, dan Phillip yang juga ikut menutup ruang gerak pemain lawan sejak di lini pertahanan lawan. Dengan model pertahanan ini, maka lawan dibuat kesulitan untuk banyak menguasai bola. Acap kali bola terebut di daerah pertahanan lawan dan hal itu bisa menjadi awal dari serangan Borussia Dortmund.

Model pertahanan seperti ini merupakan bawaan dari apa yang diterapkan oleh Bosz semasa ia masih menangani Ajax Amsterdam. Kuasa penuh terhadap bola, dipadukan dengan garis pertahanan tinggi dan menekan lawan sesegera mungkin adalah gaya yang Bosz terapkan di Ajax. Namun jika ditelisik lebih jauh, apa yang Bosz terapkan ini sebenarnya tidak jauh dengan apa yang diterapkan oleh pelatih-pelatih Dortmund terdahulu, seperti Thomas Tuchel dan Juergen Klopp.

Sekarang, Bosz kembali menerapkan skema yang serupa. Dengan skema bertahan seperti ini, Dortmund tercatat baru kebobolan satu gol dari enam laga yang sudah mereka jalani di Bundesliga.

Berbahaya saat ditekan dari sayap dan serangan balik

Sekilas, model pertahanan seperti ini (menekan dengan setinggi-tingginya) tampak seperti model pertahanan yang cukup menjanjikan. Dengan menekan lawan, bahkan sampai daerah pertahanan lawan sendiri, menjadikan serangan bisa dilancarkan sejak dari pertahanan lawan dengan kondisi lawan yang belum siap masuk fase bertahan.

Namun model pertahanan seperti ini memiliki risiko tersendiri. Risiko terkena serangan balik lawan, terutama ketika menghadapi tim-tim yang bermain dengan garis pertahanan rendah dan mengandalkan umpan-umpan panjang memanfaatkan kecepatan para pemain depannya dalam melakukan serangan balik, adalah hal yang mungkin saja terjadi. Ini juga yang dirasakan oleh Borussia Dortmund.

Saat menghadapi Tottenham Hotspur, tekanan tinggi yang mereka terapkan kepada pertahanan Spurs malah berbuah bencana dengan tiga gol yang bersarang ke gawang mereka. Pada laga tersebut, Spurs memilih untuk bertahan lebih dalam dan mengandalkan serangan balik dengan memanfaatkan kecepatan para pemain depannya, termasuk Harry Kane.

Hal yang sama juga terjadi dalam laga melawan Real Madrid. Berniat menekan tinggi dan menguasai bola, sebagai upaya mereka untuk menyerang sekaligus bertahan, Dortmund justru kecolongan tiga gol lewat skema yang hampir serupa: serangan balik yang memanfaatkan sisi sayap Dortmund yang kosong.

Baca Juga: Ruang Kosong di Sayap Dortmund Berhasil Diekspos Madrid

Dalam ajang Bundesliga, gol pertama yang hadir ke gawang Dortmund juga muncul dari situasi serangan balik. Memanfaatkan ruang di sayap yang kosong ditinggalkan fullback, para pemain Borussia Moenchengladbach mampu melakukan serangan kilat dan akhirnya dapat menceploskan bola ke gawang Lars Stindl.

***

Pertahanan Borussia Dortmund ini memang belumlah sempurna, terutama ketika mereka mengarungi ajang Liga Champions. Peter Gosz masih membutuhkan modifikasi di sana-sini agar sistem pertahanan Dortmund menjadi sedikit lebih baik dan menjadi pertahanan yang sulit ditembus lawan.

Musim kompetisi 2017/2018 masihlah panjang. Masih banyak waktu yang bisa dilakukan Bosz untuk membenahi sistem pertahanan yang sedang ia bentuk dan terapkan di tubuh Die Schwarzgelben. Jika sistem pertahanan ini bisa menjadi lebih sempurna, peluang Dortmund untuk menjadi juara, minimal di kompetisi domestik akan terbuka dengan sendirinya.

Komentar