Bedah Taktik Semifinalis Piala Jenderal Sudirman 2015

Taktik

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Bedah Taktik Semifinalis Piala Jenderal Sudirman 2015

Sebanyak empat tim dipastikan melaju ke babak empat besar Piala Jenderal Sudirman (PJS) 2015. Kalimantan Timur menjadi provinsi yang paling banyak mengirimkan perwakilan, Mitra Kukar dan Pusamania Borneo FC (PBFC). Keduanya melaju bersama dua tim berpengalaman di kancah sepakbola Indonesia, Arema Cronus dan Semen Padang.

Dan ada poin yang menarik perhatian dari empat semifinalis ini. Tiga dari empat semifinalis PJS kali ini memiliki persamaan mendasar. Baik Mitra Kukar, Semen Padang, dan PBFC memiliki pertahanan yang rapat dan mengandalkan serangan balik cepat.

Tiga Skema Awal PBFC , Mitra Kukar , dan Semen Padang. Ketiganya memasang dua gelandang di depan empat pemain bertahahan
Tiga Skema Awal PBFC , Mitra Kukar , dan Semen Padang. Ketiganya memasang dua gelandang di depan empat pemain bertahahan

Default skema awal baik Jafri Sastra, Nil Maizar, maupun Kas Hartadi memiliki kesamaan. Para pelatih tersebut, memasang double pivot di depan empat pemain belakang. Strategi ini jika berjalan dengan baik, akan membuat tim lawan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membongkar pertahanan yang berlapis tersebut.

Sosok di lini pertahanan juga menjadi faktor penting. Mohammadou Alhadji untuk Semen Padang, bek senior Hamka Hamzah yang bermain untuk PBFC, serta duet bek tengah Mitra Kukar Arthur Cunna-Yanto Basna, semuanya bermain dengan disiplin.

Selain penumpukan pemain, ketiga tim tidak terburu-buru untuk melakukan pressing, kebanyakan dari mereka akan menahan diri dan baru akan merebut bola ketika sudah sampai ke wilayah pertahanan.

Kecepatan para pemain depan menjadi andalan tim untuk menyerang. Hendra Adi Bayauw menjadi kunci serangan balik Semen Padang, sementara Mitra Kukar dan PBFC juga mengandalkan kecepatan para pemain muda mereka seperti Defri Rizky dan Terens Puhiri.

Perubahan dimensi serangan yang dilakukan Mitra Kukar dengan menempatkan David Septian Maulana yang berposisi asli sebagai gelandang serang namun ditempatkan sebagai sayap, terjadi juga di tim PBFC yang melakukannya juga melalui pergerakan Sultan Samma yang bergerak dari sisi ke sektor tengah lapangan. Hal itu menghasilkan skema serangan yang serupa seperti yang terjadi pada kombinasi serangan Nur Iskandar dan Irsyad Maulana yang dilakukan oleh Kabau Sirah – julukan Semen Padang.

Hasil dari skema permainan ini bukan saja membuat ketiga tim tersebut berhasil menaklukan tim-tim yang selalu unggul dalam penguasaan bola seperti Persib Bandung, Bali United dan sang sensasi turnamen, PS TNI, tetapi juga ketiganya termasuk tim yang paling sedikit kemasukan. Bahkan Semen Padang dan PBFC menjadi tim yang paling banyak melakukan cleansheet yaitu sebanyak tiga kali.

Sementara Arema sebagai satu-satunya tim dengan tipe permainan berbeda dengan ketiga kontestan lainnya. Arema memang mengusung permainan yang lebih menyerang. Terbukti, Singo Edan – julukan Arema sejauh ini sudah mencetak 14 gol, di mana catatan ini menjadi yang tertinggi dibandingkan seluruh peserta PJS yang lain.

Raihan produktivitas Arema sebenarnya tidak mengejutkan. Skuat asuhan Joko Susilo memiliki penyerang-penyerang papan atas Indonesia seperti Christian Gonzales dan Samsul Arif. Belum lagi mutasi yang dilakukan oleh Joko Susilo dengan mengubah posisi gelandang Esteban Vizcarra menjadi penjadi penyerang sayap.

Perubahan posisi tersebut jugalah yang membuat aliran bola Arema dalam membuat peluang menjadi lebih variatif. Tidak hanya mengandalkan operan cepat dari Ahmad Bustomi dan Juan Revi di lini tengah, tetapi juga ada Vizcarra yang bisa mengirimkan umpan silang dari sektor sayap.

Namun permaianan yang diusung Arema ini memiliki celah ketika tim terus menerus melakukan serangan, dan akan terkejut ketika menerima serangan balik lawan. Hal tersebut terjadi pada laga terakhir Arema di babak delapan besar, di mana dua gol yang dicetak oleh PBFC ke gawang Arema semuanya berasal dari serangan balik cepat yang tidak mampu diantisipasi oleh lini bertahan Singo Edan.

Komentar