West Ham, Keuntungan Status Tuan Rumah, dan Anomali Stadion Baru

Sains

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

West Ham, Keuntungan Status Tuan Rumah, dan Anomali Stadion Baru

Ada keuntungan tersendiri ketika sebuah kesebelasan menjadi tuan rumah dalam sebuah pertandingan atau bahkan turnamen. Keuntungan menjadi tuan rumah ini biasa disebut dengan home advantage. Dalam banyak penelitian, home advantage di olahraga, bukan hanya sepakbola, sudah banyak terbukti.

Dalam banyak kasus, keuntungan menjadi tuan rumah biasanya bisa didapatkan karena: (1) pengaruh yang lebih tinggi dari penonton, (2) konteks pertandingan yang lebih familier, (3) minimalnya kelelahan dalam perjalanan jika dibandingkan dengan lawan yang datang lebih jauh, (4) beberapa peraturan (langsung maupun tidak langsung) yang berpengaruh kepada tuan rumah, dan (5) suasana kedaerahan.

Kelima faktor di atas yang bisa memengaruhi psikologi dan sikap dari atlet yang bertanding, pelatih, dan juga termasuk wasit. Tiga elemen ini yang kemudian menurunkan langsung apakah faktor-faktor di atas bisa menjadi home advantage atau tidak.

Baca juga: Studi Menunjukkan Wasit Lebih Memihak Tuan Rumah

Tidak heran, di Inggris biasanya 60% sampai 65,9% pertandingan kebanyakan dimenangkan oleh tuan rumah. Begitu juga dengan mayoritas negara-negara lainnya di Eropa. Sementara untuk negara-negara di daerah Balkan seperti Serbia, Rumania, dan Bulgaria, angka home advantage bisa mencapai 71,9%; dan bahkan di Bosnia-Herzegovina dan Albania bisa mendekati 100% (artinya tuan rumah hampir pasti menang).

Namun demikian, beberapa anomali bisa kita dapatkan dari negara-negara Skandinavia yang kemungkinan home advantage-nya “hanya” 54% sampai 59,9%, serta Estonia, Latvia, dan Lithuania yang paling rendah, yaitu tidak lebih dari 54%.

Dari sini kita bisa melihat banyak faktor seperti faktor budaya sampai geografis (cuaca, iklim, dan ketinggian) yang memengaruhi home advantage itu sendiri. Sehingga pada akhirnya semuanya memang saling terkait.

Setelah membahas teori yang sudah dibuktikan secara ilmiah oleh tiga peneliti dari Zaragoza, Castellón, dan Sevilla (ketiganya berasal dari Spanyol), kita bisa melihat anomali lainnya di awal musim ini dari Liga Primer Inggris.

West Ham United yang saat ini (26/09/2016) menduduki peringkat ke-18 di Liga Primer, sudah kalah empat kali di kandang baru mereka, Queen Elizabeth Olympic Park, Stratford, London.

Melihat kasus West Ham dan Queen Elizabeth Olympic Park

Setelah berpisah dengan Upton Park (Boleyn Ground) di akhir musim lalu, West Ham membuka petualangan mereka di Stadion Olimpiade London ini pada 4 Agustus 2016 dalam sebuah pertandingan leg kedua di kualifikasi ronde ketiga Liga Europa UEFA. West Ham berhasil mengalahkan NK Domžale dari Slovenia dengan skor 3-0.

Namun, stadion ini secara resmi baru dibuka pada pertandingan pra-musim bertajuk Betway Cup pada 7 Agustus 2016. Saat itu, The Hammers dikalahkan dengan skor 2-3 oleh kesebelasan yang khusus mereka undang untuk pembukaan stadion ini, Juventus.

Setelah itu, West Ham juga memenangkan pertandingan pembuka Liga Primer di Olympic Park (1-0 menghadapi AFC Bournemouth), dikalahkan 0-1 oleh Astra Giurgiu di leg kedua babak play-off Liga Europa (West Ham tersingkir), dikalahkan oleh Watford 2-4 (Liga Primer), menang 1-0 atas Accrington Stanley (babak ketiga Piala EFL), dan terakhir adalah kalah 0-3 dari Southampton (Liga Primer) akhir pekan lalu.

Kalau boleh jujur, sebenarnya tidak ada yang terlalu buruk dari 7 pertandingan di atas. Hanya jika kita melihat posisi klasemen West Ham saat ini, kita bisa mengerti kekhawatiran suporter mereka yang menyatakan bahwa Queen Elizabeth Olympic Park tidak (atau belum) terasa seperti rumah laiknya Upton Park sebelumnya.

Kembali melihat penelitian ilmiah mengenai home advantage, kita bisa melihat seolah hal ini tidak berlaku bagi West Ham United dan kandang barunya tersebut. Tapi, benarkah?

Ternyata menurut penelitian Pollard pada 2002, sebanyak 24% keuntungan yang didapatkan oleh tim tuan rumah akan hilang jika tim tersebut melakukan relokasi ke fasilitas baru. Tidak heran, penelitian tersebut memiliki judul yang sesuai dengan kesimpulannya, ‘Evidence of a reduced home advantage when a team moves to a new stadium’.

Menurut penelitian tersebut, berkurangnya home advantage ini bisa disebabkan karena belum familiernya penonton, atlet, dan pelatih terhadap suasana stadion yang baru. Jadi kalau menurut penelitian tersebut, suporter West Ham hanya butuh bersabar dan membiasakan diri.

Namun selain hal di atas, ada anggapan juga jika Queen Elizabeth Olympic Park terlalu besar dan memiliki jarak dari penonton ke lapangan yang terlalu luas untuk ukuran stadion-stadion sepakbola di Inggris. Sebelumnya Upton Park memiliki kapasitas 35.00 penonton, sementara Queen Elizabeth Olympic Park memiliki kapasitas hampir dua kali lipatnya, yaitu 60.000 penonton.

Stadion ini awalnya memang merupakan stadion Olimpiade, dipakai saat Olimpiade 2012 di London, yang diperuntukkan untuk berbagai cabang olahraga. Terdapatnya trek atletik di sekeliling lapangan memang mengurangi atmosfer pertandingan yang biasanya diciptakan oleh para suporter. Meskipun trek atletik tersebut sudah dihilangkan, jarak dari penonton ke lapangan tetap saja jauh.

Halaman berikutnya, West Ham salah langkah dan keberhasilan Juventus Stadium...

Komentar