Pentingnya Aktualitas dan Proksimitas dalam Menulis

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Pentingnya Aktualitas dan Proksimitas dalam Menulis

Oleh: Hedi Novianto


Konten berita, terutama headline, selalu mengutamakan aktualitas dan kebaruan. Peristiwa dan fenomena adalah jenis yang mewakili pendekatan aktualitas dan kebaruan ini. Hilangnya pesawat Malaysian Airlines MH370 adalah peristiwa dan aktivitas blusukan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo merupakan fenomena. Tidak jarang, keduanya juga digabung. Misalnya, fenomena April Fools atau April Mop setiap tanggal 1 April.

Tentu masih ada elemen lain dalam konten berita media. Antara lain news peg, 5W1H, dan news value. Tapi yang jelas, dua pendekatan pertama menjadi penting sebelum disambung dengan pertimbangan berikutnya; proksimitas.

Secara ringkas, proksimitas bisa dipahami sebagai “kedekatan dengan pembaca” dengan pasar. Memang ada media yang kadang meninggalkan pertimbangan proksimitas tersebut sehingga memilih isu yang agak asing untuk konten utamanya. Tapi ini biasanya hanya dilakukan oleh media dengan jenama (brand) besar. Contohnya Kompas, The Guardian, dan CNN.

Pendekatan di atas berlaku untuk semua jenis berita, termasuk sepakbola. Kembalinya Liverpool ke puncak klasemen EPL untuk pertama kali sejak Desember 2013 adalah peristiwa dan mulai meredupnya penggunaan double pivot di depan pertahanan adalah fenomena. Tapi keduanya belum tentu tampil di halaman utama bila tak ada unsur proksimitas. Fenomena kekisruhan manajemen sepakbola di Uruguay mungkin tak akan muncul di halaman pertama media negara tertentu lantaran tak ada faktor proksimitas tadi. Lain urusan bila media lokal Uruguay atau koran lokal Liverpool yang mengangkatnya karena kapten tim Amerika Selatan itu, Luis Suarez, berkarir di sana.

Bagaimana dengan konten blog atau esai sepakbola?

Pendekatan yang sama juga bisa diterapkan. Bahkan termasuk bila ingin menggunakan elemen 5W1H beserta news peg-nya demi kecakapan tulisan. Yang jelas, konten berita media dan esai punya perbedaan yang jelas. Berita tak memuat opini penulis di dalamnya. Sementara esai mengharuskan ada opini. Blog atau esai pada umumnya bersifat pribadi (dan mungkin juga kelompok). Yang jelas, isu aktual menjadi pengait untuk tema blog. Dia menjadi blog-essay peg.

Tulisan kolomnis Yusuf Arifin (Dalipin) di kanal About The Game Detik Sports selalu menerapkan pendekatan itu. Beliau yang sempat lama tinggal di Inggris begitu paham seluk beluk sepakbola negeri kerajaan itu. Beliau juga tak ragu mengangkatnya karena sepakbola Inggris begitu "seksi" di sini. Dalipin yang punya latar belakang jurnalis paham benar mengeksploitasi faktor aktualisasi dan proksimitas. Itu pula yang disarankannya dalam kelas menulis Pandit Football agar para penulis (pundit) di sini mengangkat isu sepak bola lokal. Demikian pula dengan sejumlah pundit di Eropa. Sebut Raphael Honigstein dan James Horncastle yang selalu menulis tema aktual nan dekat dengan pembacanya. Karena proksimitas adalah kunci.

Anda bukannya diharamkan menulis tema apapun semaunya dan kapanpun. Tapi masalahnya, bila tak ada peg, pembaca seperti tersesat karena tiba-tiba ada di satu tempat tanpa dasar. Anda juga dibolehkan menulis sejarah, sub-kultur, atau yang awang-awang sekalipun. Tetapi tetap sertakan peg aktual di sana.

Misalnya, Anda punya pengetahuan mumpuni soal sejarah Stadion Maracana di Brazil. Tapi bila ditulis sekarang, aktualisasi dan proksimitasnya tak ketemu. Lain urusan bila tulisan itu diterbitkan saat Piala Dunia 2014 berlangsung atau misalnya ketika ada peristiwa tribun stadion uzur itu roboh. Atau bila tulisan itu memang diterbitkan di sebuah laman yang khusus membahas stadion sepakbola. Atau bila tulisan itu memang "ditujukan" untuk fans dan di laman tertentu pula. Esai sebagus apapun akan menghadapi kendala “keterbacaan” (readibility) jika tak ada essay peg-nya.

Jadi, sebelum menulis, carilah isu aktual. Lalu pertimbangkan apakah isu itu punya kedekatan dengan pembaca di sini. Selanjutnya mulai berpikir dan bertanya, gali rasa penasaran. Seterusnya kumpulkan opini (pribadi), cari data, dan jahit menjadi esai. "Mengapa Liverpool bisa memimpin klasemen lagi?", "Bagaimana peluang dua wakil Indonesia di kompetisi AFC Cup 2014?", dan seterusnya.

Contoh mengapa proksimitas berbasis peristiwa dan fenomena menjadi berharga terlihat pada konten analisa taktik. Tulisan jenis ini begitu ditunggu karena orang penasaran pada pertandingan tertentu yang baru terjadi tadi malam, misalnya. Apa yang membuat A bisa menang, mengapa tim bertabur bintang bisa kalah, dan sejenisnya.

Namun kelemahan menulis dengan berbasis aktual adalah ikatan waktunya. Terlalu lama menerbitkannya karena kesibukan lain justru bisa jadi bumerang. Maklum, peristiwa dan fenomena di sepakbola mudah basi. Mungkin tulisan akan tetap dibaca, tapi bisa jadi jumlah pembacanya tidak sebanyak ketika isunya masih hangat. Tapi perubahan isu aktual yang cepat juga membuat stok isu menjadi berlimpah. Terlalu lama dan buntu memikirkan isu tertentu, bisa pindah ke isu lain. Jadi, tak perlu khawatir.

Hedi Novianto (@hedi) – editor dan kurator konten Beritagar.com

Komentar