Karena Datang ke Stadion adalah Hak Suporter

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Karena Datang ke Stadion adalah Hak Suporter

Oleh: Muhammad Fajar Rivaldi

Dalam sepakbola, suporter adalah salah satu elemen terpenting. Tanpa dukungan mereka, para pemain sepakbola di lapangan bisa kehilangan semangat dan motivasi untuk memenangkan pertandingan. Oleh karena itu, suporter mendapat julukan ‘pemain ke-12’, karena mereka juga menjadi faktor penting dalam suatu pertandingan.

Dengan dukungan para suporter, setiap kesebelasan yang bertanding akan berusaha memberikan permainan terbaiknya berupa kemenangan untuk memuaskan mereka, juga sebagai bentuk ucapan terima kasih pada para suporter yang telah datang ke stadion.

Graham (1976) dalam buku Psychology of Sports, mengartikan suporter sebagai individu maupun kelompok yang hadir pada suatu pertandingan olahraga dengan tujuan menunjukkan dukungannya kepada salah satu tim yang bertanding dan merasa memiliki keterikatan dengan tim tersebut.

Suporter selalu mendukung kesebelasan, klub, tim, atau tim nasional kesayangannya dengan penuh semangat, dan sangat fanatik. Mereka tidak pernah berhenti mendukung kesebelasan favoritnya selama pertandingan berlangsung, entah dengan cara meneriaki pemainnya, menyanyikan anthem kesebelasan, sampai koreografi-koreografi unik akan mereka lakukan demi mendukung kesebelasan mereka hingga pertandingan berakhir.

Empat aspek fanatisme

Fanatisme suporter ini tidak lepas dari kecintaan mereka terhadap kesebelasan dan sepakbola (tapi harus hati-hati karena bisa menjadi candu). Menurut Goddard (2001), dalam buku Civil Religion mengatakan ada empat aspek fanatisme.

Pertama, besarnya minat dan kecintaan pada satu jenis kegiatan. Dengan fanatisme, seseorang akan mudah memotivasi dirinya sendiri untuk lebih meningkatkan usahanya mendukung kesebelasan favoritnya.

Kedua, sikap pribadi maupun kelompok terhadap kegiatan tersebut. Hal ini merupakan jiwa dari memulai sesuatu yang akan dilakukan.

Ketiga, lamanya individu menekuni suatu jenis kegiatan tertentu. Jika seseorang itu menyukai kesebelasan favoritnya sejak lama, mereka akan punya pengetahuan mengenai kesebelasan-kesebelasannya, dan berpengaruh pada kecintaan mereka terhadap kesebelasan tersebut.

Keempat, motivasi yang datang dari keluarga juga mempengaruhi seseorang terhadap bidang kegiatannya. Misalnya anggota keluarga kita memiliki kesebelasan favorit yang sama dengan kita, maka keluarga kita bisa memberi pengaruh pada kita untuk semakin menumbuhkan fanatisme terhadap kesebelasan tersebut.

Baca juga: Empat Hal Keliru dari Suporter Sepakbola (Indonesia)

Namun, suporter tidak selalu melakukan tindakan yang berdampak positif pada kesebelasan favoritnya (mendukung kesebelasan favoritnya). Tidak jarang para suporter juga melakukan tindakan-tindakan yang anarkis atau melanggar aturan, sampai merugikan kesebelasan karena mereka harus membayar denda dari kesalahan yang dibuat para suporter. Misalnya melakukan rasisme terhadap pemain, melemparkan berbagai benda ke dalam lapangan pertandingan, sampai melakukan penyerangan terhadap wasit sebagai bentuk ketidakpuasan mereka terhadap kinerja sang pengadil lapangan tersebut.

Ada hukuman, tidak ada solusi

Hukuman pun menjadi bentuk ‘hadiah’ dari federasi sepakbola, baik dalam maupun luar negeri untuk membuat jera suporter. Salah satu bentuk hukuman yang sering dilakukan adalah melarang suporter datang ke stadion.

Sayangnya hukuman itu sangat tidak ampuh untuk membuat jera para suporter. Sungguh percuma dengan menghukum suatu individu atau kelompok, tanpa memberikan upaya preventif atau solusi agar kejadian tersebut tidak terus terulang.

Apalagi, melarang para suporter untuk datang ke stadion dan mendukung kesebelasan kesayangannya, secara tidak langsung otoritas sepak bola telah melanggar hak asasi manusia mereka bukan?

Permasalahannya adalah, belum ada aturan resmi yang bisa memberi pendidikan kepada kelompok suporter, terutama dari FIFA (Football International Federatioan Assosiation) sebagai otoritas sepakbola internasional.

Hampir sama dengan FIFA, organisasi sepakbola di Indonesia (PSSI) juga belum menemukan formula yang tepat untuk menangani kasus kenakalan suporter. Padahal di Indonesia, kasus-kasus seperti itu juga selalu datang setiap musim dan menjadi masalah yang (masih) belum bisa ditangani. Namun, bukan berarti tidak ada cara yang bisa dicoba oleh PSSI.

Gusti Randa, anggota Komite Eksekutif PSSI, mengatakan jika PSSI bisa meratifikasi peraturan FIFA mengenai pengendalian suporter. Dalam aturan FIFA itu, kesebelasan bertanggung jawab atas perilaku kelompok yang melakukan kekerasan di luar stadion. Sanksi itu dapat berupa pertandingan tanpa suporter baik saat tandang maupun kandang.

Selain itu, dalam manual khusus yang dibuat oleh PT. Liga Indonesia Baru (PT LIB), kesebelasan sebenarnya memiliki kewajiban untuk menjaga hubungan baik dengan fans atau suporter, serta memberikan edukasi, arahan, informasi seputar peran serta fans dan suporter sebagaimana tertulis di regulasi Liga 1 Indonesia Pasal 6 ayat 8.

Kasus hukuman pertandingan tanpa suporter

Apakah cara tersebut sudah coba dijalankan? Sepertinya belum. Hal itu terbukti dengan sejumlah kasus pelanggaran yang dilakukan suporter selama Liga 1 bergulir. Beberapa kali PSSI menjatuhkan sanksi pertandingan tanpa penonton sesuai dengan jenis pelanggaran. Kesebelasan-kesebelasan Liga Indonesia di musim lalu seperti, Borneo FC, PSS Sleman, Persija Jakarta, dan Persib Bandung pernah mendapatkan hukuman tersebut.

Tidak hanya di Indonesia, memberikan hukuman pada suporter untuk tidak datang ke stadion juga pernah terjadi di sepakbola internasional. Tim nasional Kroasia pernah melakoni laga kandang menghadapi Islandia pada 12 November 2016 lalu tanpa dukungan suporter, akibat ulah para suporternya sendiri. Dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2018 melawan Kosovo tanggal 6 November 2016 lalu, para suporter Kroasia terbukti bersalah setelah menyanyikan lagu anti-Serbia selama pertandingan melawan Kosovo.

Yang teranyar dua bulan lalu, tepatnya 1 Oktober 2017, klub raksasa Spanyol, FC Barcelona juga harus melakoni pertandingan La Liga tanpa penonton saat menjamu Las Palmas.

Baca juga: Sepinya Stadion dan Usaha Lebih Dekat dengan Pertandingan

Namun, bedanya dengan kasus pertandingan tanpa suporter di Barcelona dengan yang biasa terjadi di Indonesia adalah, masalah politik. Situasi memanas di seluruh wilayah Katalunya karena adanya referendum masyarakat Katalunya untuk merdeka dan memisahkan diri dari Spanyol. Barcelona sebenarnya ingin menunda pertandingan tersebut, sayangnya permintaan El Barca tersebut ditolak oleh Liga Sepakbola Profesional Spanyol (LFP), dan memutuskan pertandingan digelar tanpa penonton.

Pertandingan sebesar dan seatraktif sepakbola jelas butuh suporter. Selain karena setiap kesebelasan butuh dukungan suporter sebagai motivasi meraih kemenangan, pertandingan tanpa penonton juga bisa memengaruhi ekonomi karena tidak ada pemasukan melalui penjualan tiket.

Kesalahan memang patut mendapat hukuman. Tapi sampai kapan hukuman akan terus menjadi solusi efek jera bagi suporter? Bukankah mereka layak mendapat pendidikan bagaimana menjadi suporter yang baik dari pihak kesebelasan atau organisasi sepakbola?

Bahkan salah satu hak asasi manusia yang harus didapat oleh seluruh manusia di dunia adalah hak mendapat pendidikan. Jadi, lebih baik memberikan pendidikan kepada para suporter untuk menjadi suporter yang sportif dan berperilaku baik, demi menjaga nama baik sepakbola Indonesia.

Mengingat 10 Desember diperingati sebagai hari HAM internasional, semoga otoritas sepak bola internasional dan domestik segera membuat peraturan dan pendidikan khusus untuk suporter, sehingga tidak ada lagi kasus kericuhan dan pelanggaran oleh suporter, yang membuat mereka kehilangan hak datang menonton pertandingan langsung di stadion.

Dengan begitu, tentunya setiap pertandingan di stadion akan selalu meriah, dihiasi berbagai koreografi, lagu-lagu penuh semangat, juga teriakan-teriakan motivasi, dengan satu tujuan: memberi warna dalam dunia sepakbola.

Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Biasa berkicau di akun Twitter @RivaldiFF99


Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis lewat rubrik Pandit Sharing. Isi dan opini di dalam tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis.

Komentar