Bagi Kami, Persiraja adalah Borussia Dortmund

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Bagi Kami, Persiraja adalah Borussia Dortmund

Oleh: Ariful Azmi Usman

Jelang pertengahan 2016 silam, Persiraja Banda Aceh akhirnya memastikan ikut kompetisi yang digagas PT Gelora Trisula Semesta (GTS) untuk mengisi kekosongan liga di Indonesia. Keikutsertaan Persiraja juga sempat tarik ulur. Namun karena pemain yang semangat, akhirnya Persiraja ambil formulir.

Dalam persiapan yang kurang lebih hanya satu bulan, trio pelatih Akhyar Ilyas, Wahyu AW dan pelatih kiper Purwanto, berhasil mengumpulkan talenta-talenta Aceh untuk memperkuat klub yang diizinkan memakai stadion H. Dimurthala di Lampineung, Banda Aceh.

Pelatih muda yang juga mantan pemain Persija Jakarta ini, sebagai putra Aceh, sukses menghadirkan nama-nama baru ke klub yang berjuluk Lantak Laju ini. Nama-nama dari turnamen antar kampung (tarkam) semisal Vivi Asrizal dan Agus Suhendra direkrut untuk Persiraja usai melihat permainan dalam seleksi tim. Mereka memberi kontribusi pada tim.

Dalam klub Persiraja Banda Aceh musim 2016, tidak ada satu pemain pun yang berasal dari luar Aceh. Kecuali Ikhwani Hasanuddin, dan Fahrizal Dillah yang mudik ke Persiraja dari Gresik United karena cedera. Dillah pun menjadi top skor klub dengan 11 gol.

Selain itu, Akhyar juga lebih memilih mengambil pemain hasil pembibitan dari PPLP Aceh yang merupakan juara bertahan PPLP Nasional 2015 dan 2016. Alih-alih bermain agar tidak terkena sanksi, Persiraja justru tampil mengejutkan, PSMS Medan hingga PSPS Pekanbaru menjadi lumbung gol Persiraja. Rata-rata usia pemain Persiraja adalah 22 tahun.

Meski Persiraja mampu mengorbit pemain-pemain muda, tidak lantas membuat Persiraja eksis di sepakbola nasional. Bahkan untuk Liga 2 (Divisi Utama) yang akan menggelar sepak mulanya pada akhir Maret mendatang, belum ada tanda-tanda Persiraja akan ikut. Pengurus pun masih simpang siur.

"Pengalaman musim lalu kita hanya bermasalah di pendanaan dan kalau manajemen bisa menunjukkan sumber dana (untuk musim ini), kita siap untuk Persiraja. Kita lihat keseriusan manajemen dahulu," tegas Akhyar dikutip Jawa Pos.

Kini, karena ketidakjelasan itu, sejumlah nama pemain muda Persiraja yang dinilai sudah berpengalaman, satu persatu dipinang klub luar Aceh. Faumi Syahreza kini sudah resmi hijrah ke Persijap Jepara. Fani Aulia berlabuh ke Persija Jakarta. Fahrizal Dillah sudah memesan nomor punggung di PSPS Pekanbaru. Yang terbaru, Miswar Syahputra yang semakin dekat dengan Persebaya Surabaya.

Ibarat klub asal Bundesliga, Borussia Dortmund, setiap musim transfer acap ada pemainnya yang hengkang ke klub lain. Dortmund pun menjadi terseok-seok. Musim panas 2016, Mats Hummels, Ilkay Gündogan, dan Henrikh Mkhitaryan, masing-masing direkrut Bayern München, Manchester City, dan Manchester United. Pelatih Dortmund, Thomas Tuchel menyindir halus kepada para pemain yang hengkang dari skuatnya dan menyebut hanya akan merekrut pemain yang memberikan hati dan jiwa bagi klub.

Namun, sindiran tidak terjadi di Persiraja. Bagi para pemain Persiraja, bermain di klub lain adalah sebuah prestasi. Klub juara perserikatan era 1980-an ini kini ibarat akademi (seperti Dortmund) atau batu loncatan bagi pemain yang ingin karier lebih baik dari pada bermain di Aceh. Akhyar mengapresiasi prestasi Faumi yang telah bergabung dengan klub barunya, Persijap, meski kepindahan Faumi membuat Persiraja kehilangan sang gelandang yang bermain apik selama di ISC B 2016 lalu.

Meski demikian, seperti Dortmund, Persiraja tidak pernah kehabisan talenta mudanya. Pada 2013 silam, Miftahul Hamdi dan Hendra Sandi Gunawan yang menjadi andalan Persiraja di Indonesia Premier League (IPL), juga meninggalkan Persiraja karena dijemput Indra Sajfri memperkuat timnas Indonesia U-19. Kini hal yang sama kembali terulang.

Katika Kagawa pergi, Henrikh Mkhitaryan tebar pesona, ia pun direkrut Manchester United. Lewandowski bersinar, ia pun hijrah ke Bayern München. Emre Mor dan sederet pemuda lainnya mulai datang lagi mengisi kekosongan. Dortmund dan Persiraja adalah klub tentang pergi dan kembali. Ketika Fahrizal Dillah `puas` berkelana ke Semen Padang hingga Gresik United, ia kembali, dan akan pergi lagi. Itu tetap sebuah prestasi.

Dalam segala hal yang tidak maksimal, Persiraja bisa menembus hingga 16 besar Indonesia Soccer Championship (ISC) B 2016, sebagai kompetisi kasta kedua saat PSSI vakum. Memang, sejak awal kompetisi, manajemen klub sudah memasang target sampai 16 besar. Bila melebihi 16 besar, kas klub tidak akan cukup.

Dengan segala apa yang terjadi, maka semakin jelaslah status Persiraja sebagai klub tempat singgah untuk pergi lagi. Tapi tak apa, karena bagi kami ini adalah sebuah prestasi tersendiri.

Penulis adalah ­jurnalis dan penikmat sepakbola di Banda Aceh, dapat dihubungi via Instagram dan Twitter @ariful76, serta alamat email: arfa.pro@gmail.com. Foto merupakan hasil jepretan dari penulis sendiri


Tulisan ini merupakan bagian dari Pesta Bola Indonesia, menyemarakkan sepakbola Indonesia lewat karya tulis. Isi tulisan dan segala opini yang ada di dalam tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis.

Komentar