Saat Real Madrid Berjaya, Timnas Spanyol Merana?

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Saat Real Madrid Berjaya, Timnas Spanyol Merana?

Oleh: Brilliant Avianto*

Real Madrid baru saja menambah koleksi gelar Liga Champions menjadi 11 trofi, atau yang kelima di era Liga Champions. Mereka meraih gelar Undecima setelah mengalahkan seteru sekota, Atletico Madrid, lewat babak adu tendangan penalti.

Trofi kesebelas ini membuat Real Madrid mengukuhkan diri sebagai penguasa kompetisi paling bergengsi di Benua Biru tersebut, di mana saingan mereka adalah AC Milan dengan tujuh trofi. Sialnya, gelar tersebut diraih pada 2016 atau beberapa saat jelang Piala Eropa bergulir. Mengapa disebut sial?

Setelah format Piala Champions diubah pada 1992 dan berganti nama menjadi Liga Champions, Real Madrid mesti menunggu waktu sampai 32 tahun untuk kembali menjadi juara di kompetisi elite Benua Biru tersebut. Real Madrid yang terakhir kali meraih gelar pada 1966 baru kembali juara pada 1998 lewat gol tunggal Predrag Mijatovic ke gawang Juventus di Amsterdam Arena.

Sehabis gelaran tersebut, para pemain langsung disibukkan dengan gelaran Piala Dunia. Dalam gelaran yang dihelat di Prancis, perjalanan kesebelasan negara Spanyol justru berakhir mengecewakan. Berada di pot unggulan, mereka malah mengakhiri turnamen di peringkat ketiga Grup D di bawah tim kejutan Nigeria dan Paraguay, setelah hanya meraih empat poin.

Dua tahun berselang, El Real kembali menambah trofi Si Kuping Besar usai memenangi "All Spanish Final" menghadapi Valencia dengan skor meyakinkan 3-0, lewat gol Fernando Morientes, Steve McManaman, dan Raul Gonzalez. Gelar tersebut merupakan gelar kedelapan El Real.

Sama seperti dua tahun sebelumnya, usai Liga Champions, para pemain langsung disibukkan dengan persiapan menuju Piala Eropa 2000 yang berlangsung di Belanda dan Belgia. Meski tidak gagal total seperti dua tahun lalu, tapi Spanyol tak bisa melangkah lebih jauh dari babak perempat final. Kala itu, Spanyol berhasil menjadi juara Grup C didampingi Yugoslavia. Namun di babak perempatfinal, mereka kalah 1-2 dari Prancis yang kemudian menjadi juara.

Real Madrid kembali menguasai Eropa dua tahun berselang pada Final Liga Champions 2002 mengalahkan wakil Jerman, Bayer Leverkusen, dengan skor 2-1, dalam partai final yang berlangsung di Hampden Park, Glasgow, Skotlandia. Gol dari Raul Gonzalez mampu disamakan oleh Lucio sebelum akhirnya Zinedine Zidane mampu menuntaskan perlawanan Leverkusen melalui sepakan spektakulernya dan menjadikan salah satu gol terbaik di final Liga Champions.

Lagi-lagi sehabis Real Madrid menjadi juara Liga Champions, turnamen antar negara sudah menanti, kali ini Piala Dunia 2002 yang untuk pertama kalinya digelar di Benua Asia di mana Korea dan Jepang menjadi tuan rumah bersama. Spanyol kembali menjadi tim unggulan di turnamen paling bergengsi tersebut, dan mampu meraih hasil sempurna di Grup B. Pada babak 16 besar, mereka bertemu dengan Irlandia, yang mampu menahan hingga adu penalti sebelum pada akhirnya Iker Casillas tampil sangat baik dan mampu meloloskan Spanyol ke babak berikutnya.

Di babak delapan besar, Spanyol sudah ditunggu oleh tuan rumah Korea Selatan yang tampil fenomenal disepanjang keikutsertaan mereka pada gelaran Piala Dunia, dan terbukti Korea mampu mengalahkan Spanyol melalui babak adu penalti setelah bermain imbang tanpa gol sepanjang 120 menit. Spanyol kembali harus puasa gelar turnamen antarnegara yang terakhir diraih pada Piala Eropa 1964 di mana saat itu mereka menjadi tuan rumah.

Selang gelar juara tersebut, Real Madrid mengalami fase buruk di Liga Champions, di mana saat itu mereka sering terhadang di babak 16 besar, dan Olympique Lyon menjadi salah satu momok El Real di mana dalam beberapa kesempatan sering menghadang laju Los Blancos di turnamen benua biru tersebut. Tetapi, hal tersebut bertolak belakang dengan perkembangan Timnas Spanyol yang pada akhirnya mampu mengakhiri puasa gelar mereka setelah pada gelaran Piala Eropa 2008 mereka mampu mengalahkan Jerman dengan skor tipis 1-0 melalui gol Fernando Torres. Di turnamen tersebut Spanyol tampil sempurna setelah memenangi semua pertandingan, hanya Italia yang berhasil menahan mereka sampai 120 menit sebelum akhirnya takluk juga melalui babak adu penalti.

Turnamen yang berlangsung di Austria dan Swiss ini menjadi titik awal Spanyol menguasai persepakbolaan dunia. Setelah era Raul Gonzales, Fernando Hierro, Gaizka Mendieta, dll. selesai, kini Spanyol diisi oleh generasi yang di mana nama-nama di semua lini merupakan pemain yang sedang berada dalam masa keemasannya seperti Iker Casillas, Sergio Ramos, Carles Puyol, Xavi Hernandez, Xabi Alonso, Cesc Fabregas, Andres Iniesta, David Villa, hingga Fernando Torres. Kemudian mereka merasakan gelar juara dunia untuk pertama kalinya dua tahun kemudian pada Piala Dunia 2010 yang berlangsung di Afrika Selatan. Setelah mengawali turnamen dengan kekalahan, mereka akhirnya bangkit dan menjadi juara berkat gol tunggal Andres Iniesta pada babak perpanjangan waktu. Di final tersebut mereka mengalahkan Belanda yang juga sama-sama mengincar gelar juara dunia untuk pertama kalinya.

Setelah menguasai dua turnamen besar pada dua tahun terakhir, ada yang meragukan Spanyol sulit untuk menjuarai tiga turnamen besar berturut-turut. Namun Spanyol dengan skuat terbaik pada saat itu, mampu memecahkan rekor sebagai tim pertama yang mampu menjuarai tiga turmanen besar secara berturut-turut. Sebelumnya Perancis hanya mampu melakukan juara dua kali berturut-turut yaitu saat gelaran Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000. Hal ini semakin mengukuhkan Spanyol sebagai tim terbaik dunia.

Sementara itu, dalam perjalanan meraih La Decima atau gelar Liga Champions yang kesepuluh, Real Madrid "hanya" mampu meraih gelar-gelar lokal seperti La Liga dan Copa del Rey. Namun gelar lokal tersebut tidak diraih setiap tahunnya karena seteru abadi mereka, Barcelona, kian menguasai liga, juga Liga Champions.

Untuk memenuhi ambisinya meraih La Decima, Presiden Madrid, Florentino Perez, sampai dua kali memecahkan rekor transfer termahal saat merekrut bintang AC Milan, Ricardo Kaka, pada 2008 dan bintang Manchester United, Cristiano Ronaldo, setahun kemudian.

Impian La Decima bagi seluruh elemen Real Madrid akhirnya tercapai pada 2014. Dibantu dengan kedatangan bintang Wales, Gareth Bale, yang akhirnya membentuk trio BBC bersama Karim Benzema dan CR7, akhirnya impian La Decima dalam genggaman El Real.

Entah kebetulan atau tidak, setelah Real Madrid berhasil meraih trofi Liga Champions, Spanyol kembali terpuruk di turnamen. Diunggulkan dalam gelaran Piala Dunia 2014 di Brasil, setelah pada tiga turnamen sebelumnya selalu juara, kali ini Spanyol harus pulang lebih awal. Kepastian tersebut didapat pada dua laga awal di grup dimana mereka menderita kekalahan, parahnya lagi pembukaan mereka di turnamen ini sangat memalukan di mana mereka dibantai habis oleh Belanda 1-5 yang merupakan lawan di final saat meraih gelar juara Piala Dunia.

Beberapa hari yang lalu kita kembali menyaksikan Real Madrid menguasai Eropa dengan raihan trofi "Si Kuping Besar" yang kesebelas. Namun melihat fakta di atas timnas Spanyol patut waspada dalam rangka mempertahankan gelar. Pasalnya, saat era Liga Champions dimulai pada 1992, setiap Real Madrid juara selalu dibarengi turnamen antarnegara yang melibatkan timnas Spanyol dan timnas tersebut tidak bisa tampil sebagai juara. Di saat timnas juara, Real Madrid justru tidak meraih gelar Liga Champions. Mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah kemenangan hanya dirasakan oleh warga ibukota bukan seluruh rakyat Spanyol? Menarik kita tunggu kiprah timnas Spanyol dalam gelaran Piala Eropa kali ini.

*Penulis hanya memiliki passion dalam olahraga khususnya Sepakbola dan Basket. Always Support MU dan Gli Azzurri. Bisa dihubungi dalam akun twitter @brilliantavi

ed: fva

Komentar