Cerdik Seperti Rubah, Buas Seperti Singa

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Cerdik Seperti Rubah, Buas Seperti Singa

Minggu (17/4) lalu, kala Leicester menjamu West Ham United, King Power Stadium menjadi saksi terusirnya Jamie Vardy yang menerima dua kartu kuning. Bermain dengan 10 pemain, The Foxes mesti berjibaku menghadapi dentuman The Hammers. Hasil akhir dengan skor 2-2, setidaknya menyumbang poin bagi Leicester sebagai pemuncak klasemen sementara Liga Primer Inggris.

Oleh: Andreas Yanulian Tri Utomo Hadi

And here we are,
We`re the princes of the universe,
Here we belong,
Fighting for survival,
We`ve come to be the rulers of your world

(Princess of the Universe, Queen)

Puncak klasemen ibarat tahkta kekuasaan yang harus dipertahankan mati-matian. Barang siapa dapat bertahan hingga akhir musim, ia akan mendapat mahkota berupa trofi dan catatan sejarah bergengsi. Dan kekuasaan itu menggiurkan. Persaingan dan ancaman terus mengintai, menanti kesempatan.

Skor imbang dan kartu merah Vardy menggoyahkan kemapanan The Foxes. Musuh telah mengibarkan panji-panji untuk menebarkan ancaman. Harry Kane memasang panji bergambar gerombolan singa. Singa-singa dengan tatapan tajam dan bengis, yang berjalan anggun namun siap kapan saja melonjakkan otot untuk menerkam mangsanya: Sang Rubah.

Niccollo Machiavelli, dalam The Prince (Sang Pangeran), menasihati bahwa seorang penguasa itu berkarakter rubah dan singa. Penguasa mungkin bisa seperti singa, yang buas dan ditakuti. Namun, singa tak cukup pintar untuk mengenal siasat perangkap yang disiapkan musuh untuk menjatuhkannya. Mengandalkan kebengisan saja, tanpa kecerdasan, penguasa bisa dipandang bodoh. Penguasa bisa pula seperti rubah, hewan cerdik yang lincah mengendus-endus jerat perangkap. Hanya saja, bagi Machiavelli, rubah tak cukup ditakuti oleh pemangsa lainnya. Penguasa yang cerdik, tanpa kebuasan, tidaklah cukup berkarisma untuk mendapat kekuatan pendukungnya dan disegani musuh-musuhnya.

Leicester, Sang Rubah, kiranya dapat dikatakan sebagai penguasa cerdik yang sementara ini menduduki takhta klasemen. Seperti rubah yang berperawakan kecil, Leicester masih dipandang remeh sebagai kesebelasan kecil papan bawah yang kerap berjibaku di zona degradasi. Tahun 2014, Leicester City meraih promosi kembali ke Liga Primer Inggris setelah absen selama 10 tahun! Di awal musim 2015/2016, tujuan pertama Sang Rubah adalah menghindari zona degradasi. Kini mereka justru bergulat untuk sesuatu yang luar biasa daripada sekadar menghindari papan bawah.

Kecerdikan Sang Rubah tak terlepas dari tangan dingin Claudio Ranieri. Pelatih Italia ini dikenal sebagai Tinkerman karena kegemarannya merotasi pemain secara berlebihan. Namun, Leicester bukanlah tim mewah bertabur bintang layaknya Juventus atau Chelsea. Ranieri berusaha memaksimalkan pemain yang ada, meminimalisasi rotasi, beralih pada paham "Don’t change the winning team", dengan konsekuensi menjaga kebugaran pemain. Situasi tersebut mengondisikan Ranieri untuk memiliki banyak variasi taktik. Dapatkah kini Ranieri dijuluki sebagai The Thinkerman?

Tampaknya, kecerdikan Sang Rubah semakin diuji dengan hukuman kartu merah Vardy. Hukuman ini mungkin saja diperpanjang jika Vardy terbukti bertindak tidak sportif dalam pertandingan melawan West Ham United tersebut. Memang masih ada Mahrez, Shinji Okazaki, N`Golo Kante, dan Danny Drinkwater. Mereka barulah sebagian kumpulan Rubah yang lincah dan cerdik dalam mengalirkan bola dan membelah jerat perangkap pemangsa. Namun, tanpa Vardy, kecerdikan itulah yang akan diuji.

Sang Rubah pun masih perlu mewaspadai teror pemangsa lainnya, Tottenham Hotspur, Sang Singa. Setelah mencabik Stoke City dengan skor 4-0, Sang Singa sempat berjarak lima poin dengan empat laga tersisa. Pochettino, sang manajer, menegaskan betapa laparnya Sang Singa, “"Saya merasa sangat bangga. Stoke ingin memenangkan pertandingan ini dan kami menunjukkan sikap dan karakter kami. Kami menunjukkan rasa lapar dan hasrat."

Layaknya singa yang buas dan intimidatif, Harry Kane dan kawanannya mengintimidasi lawan-lawannya dengan gaya counterpressing. Mengepung lawan, menanti dengan cermat setiap kesempatan, sekejap menerkam bola lawan, lantas menerjang gawang musuh.

Hanya saja perlu diingat, Machiavelli menghendaki bahwa penguasa tidak memilih salah satu karakter, melainkan keduanya sekaligus. Ya, demi mempertahankan (dan merebut) kekuasaan, penguasa selayaknya rubah dan singa, yang cerdik sekaligus buas. Ia mestilah piawai mengenali perangkap musuh dan bengis untuk ditakuti lawan-lawannya.

Sang Rubah kiranya tidak hanya cerdik, namun juga perlu membuktikan kebuasannya dengan menghadapi para pemangsa yang selama ini dikenal sebagai penguasa belantara Liga Primer Inggris. Musim ini, Sang Rubah belum cukup buas untuk melawan pemangsa yang lebih besar. Bolehlah, Sang Rubah keluar arena dengan kepala tegak setelah membabat Manchester City dalam pertemuan terakhir (3-1). Namun, Sang Rubah belum cukup konsisten. Melawan Si Setan Merah yang lagi masuk angin sekalipun, Leicester hanya memperoleh satu poin (1-1). Leicester kemudian menaklukkan Chelsea (2-1) pada pertemuan pertama, yang perlu dibuktikan kembali pada pertemuan berikutnya. Sementara itu, dua kali bertempur, Arsenal masih terlalu tangguh untuk ditundukkan Sang Rubah.



Kebuasan Sang Singa pun perlu diimbangi dengan kecerdikan untuk menghadapi musuh-musuhnya. Tottenham Hotspur akan mengarungi tiga laga tersisa untuk mengejar selisih tujuh poin atas Leicester.

Hari-hari terakhir ini Sang Singa perlu cerdik pula menata kawanan mereka. Insiden pemukulan oleh Dele Alli terhadap pemain WBA, Claudio Yacob, menandakan bahwa Sang Singa perlu kecerdikan dalam menjaga mental agar meminimalisir kesalahan yang tidak perlu. Sang Singa boleh juga berharap pada faktor keberuntungan dalam ambisi mereka menggulingkan Sang Rubah. Meski tampak kurang konsisten, dua pemangsa besar, The Red Devil dan The Blues, tetaplah musuh yang bisa menjegal Sang Rubah. Belum lagi, Everton dapat saja melampiaskan amarahnya setelah dihabisi oleh Liverpool (0-4) dan ditendang keluar oleh Manchester United dari perburuan gelar Piala FA.

“Nafsu untuk menaklukkan dalam kenyataan adalah suatu hal yang sangat alamiah dan normal, dan manusia-manusia yang melakukan apa yang dapat mereka lakukan selalu saja dipuji dan tidak dicela…”. Nasihat Machiavelli dilihat dalam konteks zamannya di mana penguasa kerajaan adalah mereka yang dianggap mendapat restu Ilahi dan disahkan oleh pemimpin Gereja. Ini menjadi sebuah mitos yang diwariskan untuk melegitimasi kekuasaan borjuis. Machiavelli hendak membongkar paradigma lama dan menegaskan bahwa naluri berkuasa bukanlah hal yang tabu.

Sang Rubah dan Sang Singa akan berburu habis-habisan pada tiga laga terakhir mereka. Silakan saja Anda lebih menjagokan siapa calon kampiun Liga Primer Inggris musim ini. Namun, siapapun yang akan meraih mahkota kekuasaan musim ini, keduanya layak diapresiasi sebagai pendobrak mitos. Suatu mitos dilestarikan dalam belantara Liga Primer Inggris, bahwa tradisi juara hanyalah milik Manchester United, Arsenal, Chelsea, dan Manchester City (Liverpool boleh juga ditambahkan). Sebagaimana Machiavelli katakan, naluri berkuasa adalah sesuatu yang alamiah dan normal. Karena alami dan normal, maka siapapun dapat berkuasa. Entah itu Sang Rubah; Entah itu Sang Singa.

Suatu kehormatan bagi kita untuk menyaksikan sebuah pagelaran yang tersaji di panggung Liga Primer Inggris musim 2015/2016. Siapapun yang akan menjadi penguasa kompetisi, layaklah kita angkat topi bagi Sang Rubah dan Sang Singa.

Dan terhormatlah kiranya, saat upacara pemahkotaan, sang penguasa turut berseru lantang.......

Born to be kings, princes of the universe
Fighting and free
Got your world in my hand
I`m here for your love and I`ll make my stand
We were born to be princes of the universe

(Princess of the Universe, Queen)

foto: mlhoit.wordpress.com, manager.gb

*Penulis adalah mahasiswa, tinggal di Yogyakarta. Berakun twitter @andreas_yan

ed: fva

Komentar