Memandang Kesebelasan Sepakbola dari Perspektif Manajemen Risiko

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Memandang Kesebelasan Sepakbola dari Perspektif Manajemen Risiko

Oleh: Fakhrurroji*

Pada akhirnya, Jose Mourinho dipecat. Chelsea pun dikabarkan harus membayar kompensasi senilai 40 juta pounds. Berdasarkan Daily Mail tidak ada klausul apapun dalam kontrak seandainya Mou dipecat di tengah jalan. Ini yang membuat Chelsea mesti membayar kompensasi setara dengan sisa kontrak senilai 40 juta pounds. Ditilik dari sudut pandang ilmu manajemen, apa yang dilakukan Chelsea adalah sebuah kerugian dan amat disayangkan. Malah mereka dua kali merugi: kehilangan 40 juta pounds dan pelatih sekaliber Jose Mourinho.

Pada akhirnya, Chelsea dikabarkan hanya membayar maksimal 12 juta pounds. Ini terjadi karena dalam kontrak ada klausul kalau kompensasi 40 juta pounds bisa dihilangkan jika pemberhentian itu merupakan kesepakatan kedua belah pihak. Chelsea sendiri menggunakan argumen kalau Mourinho menyalahi kontrak setelah berseteru dengan Eva Carnerio-redaksi.


Ada opportunity lost dari 40 juta pounds tersebut misalnya untuk membeli pemain yang bisa mendongkrak posisi Chelsea sehingga memberi nilai lebih. Dengan memecat Mourinho, Chelsea memiliki biaya tambahan lain yakni gaji untuk pelatih baru serta biaya perekrutan (Chelsea sepakat membayar gaji Mourinho 250 ribu pounds per pekan sampai setahun atau Mou mendapatkan pekerjaan baru-redaksi). Jika saya menjadi Roman Abramovich, mungkin sudah saya pecat para pembisik di sekeliling saya.

Entah disadari atau tidak oleh manajemen Chelsea, dalam pandangan konsep tata kelola perusahaan, kerugian 40 juta pounds itu terjadi karena kelalaian perencanaan yang baik dan tidak adanya kesadaran risiko. Risiko, sebagaimana terjadi dalam dunia usaha, juga terjadi pada industri sepakbola, dan karenanya bisa juga menimpa sebuah kesebelasan sepakbola.

Manajemen Risiko

Risiko adalah suatu ketidakpastian akan terjadinya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian. Jika Anda bekerja pada tingkat manajemen di sebuah bank, dalam kegiatan operasional perbankan Anda akan dihadapkan pada delapan risiko yang meliputi risiko kredit, pasar, likuiditas, operasional, kepatuhan, strategis, hukum, dan reputasi. Dalam kasus pemecatan Mourinho, risiko yang tidak dapat dikelola oleh Chelsea adalah risiko operasional, strategis, dan likuiditas.

Pada prinsipnya pendekatan manajemen risiko bisa diterapkan untuk sebuah kesebelasan sepakbola; bahkan merupakan keharusan, kecuali bagi Anda yang menganggap uang 40 juta pound adalah uang jajan anda sehari-hari seperti Abramovich.

Risiko kredit adalah suatu risiko kerugian yang disebabkan oleh ketidakmampuan (gagal bayar) dari debitur atas kewajiban pembayaran utangnya baik utang pokok maupun bunganya ataupun keduanya. Sayangnya, kesebelasan sepakbola di Eropa pun tidak luput dari utang atau kredit.

Manchester United dibeli oleh Malcom Glazier dengan berutang. Real Madrid, Barcelona, Liverpool, Borussia Dortmund, dan Arsenal, adalah kesebelasan-kesebelasan yang berutang. Apa yang akan terjadi jika sebuah kesebelasan gagal membayar utang? Lagi-lagi Parma dan Leeds menjadi contohnya. Jika ada buku �"Manajemen Kesebelasan Sepakbola yang Buruk�", maka Parma dan Leeds bisa menjadi sampul depannya.

Risiko pasar adalah suatu risiko yang timbul karena menurunnya nilai suatu investasi karena pergerakan pada faktor-faktor pasar. Biasanya ini terjadi pada negara yang memiliki nilai mata uang yang inferior terhadap negara lain. Tapi marilah kita sepakati bahwa yang dimaksud dengan pasar adalah pasar para pemain. Potensi kerugian pertama yang bisa dihadapi oleh sebuah kesebelasan sepakbola adalah membeli pemain d iatas harga pasar. Ini seringkali terjadi manakala seorang pemain incaran turut menjadi incaran dari kesebelasan lainnya yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga. Potensi kerugian kedua adalah pemain yang dibeli mahal, tidak menampilkan performa sesuai dengan harganya. Ini juga menjadi sebuah kerugian. Andriy Shevchenko di Chelsea, Fernando Torres di Chelsea (lagi-lagi), Anthony Martial di Manchester United, Angel di Maria di Manchester United dan berbagai kasus pemain lainnya adalah contoh kerugian nilai sebuah investasi.

Risiko yang muncul akibat kesulitan menyeduakan uang tunai dalam jangka waktu tertentu disebut sebagai risiko likuiditas. Dalam kasus manajemen risiko sepakbola seperti Parma dan Leeds, kegagalan utamanya adalah kemampuan membayar utang yang telah jatuh tempo. Kita tentu tahu bahwa banyak kesebelasan lain punya hutang dalam jumlah yang lebih besar daripada Parma dan Leeds. Bahkan jumlah utang Manchester United saja membuat jumlah hutang Parma ketika dipailitkan menjadi terlihat seperti uang receh.

Hal yang menjadi faktor pembeda adalah kemampuan dalam melakukan manajemen modal kerja yakni ketepatan strategi dari penggunaan uutang, dan mungkin juga kemampuan pemilik kesebelasan sepakbola sebagai sumber terakhir untuk membayar utang. Tetapi faktor dominannya pemilik sebagai penyedia modal menandakan tingginya risiko likuiditas yang dimiliki oleh kesebelasan sepakbola di Eropa.

Risiko operasional merupakan suatu risiko kerugian yang disebabkan karena tak berjalannya atau gagalnya proses internal, manusia dan sistem, serta oleh peristiwa eksternal. Contoh dari risiko ini adalah persengketaan antara Mourinho dengan tim medisnya dikarenakan adanya perbedaan persepsi mengenai penanganan pemain cedera. Hal ini menandakan bahwa sistem tidak berjalan dengan baik di Chelsea. Kemudian manakala Mourinho berkata bahwa pemainnya mengkhianati dirinya, ada risiko operasional yang kentara disitu. Risiko operasional lainnya bisa terjadi karena adanya penundaan jadwal pertandingan di tengah jalan. Ini sering terjadi di Liga Indonesia. Perubahan jadwalan di tengah jalan bisa mengganggu sistem yang sudah direncanakan, dan dampaknya adalah menimbulkan biaya yang tidak diperlukan.

Risiko kepatuhan adalah risiko yang disebabkan karena tidak mematuhi atau tidak memenuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Contoh yang paling kentara adalah ketika Manchester City melakukan pelanggaran terhadap Financial Fair Play. Sebagai dampak dari pelanggaran tersebut, selain dikenakan denda sebesar 10 juta pounds, Manchester City hanya diperkenankan mendaftarkan 21 pemainnya pada Liga Champions musim ini. Hal ini tentunya mengurangi daya saing dan potensi pendapatan jika City terus beranjak maju ke babak berikutnya. Kalaupun juara, uang hadiah City masih dikurangi lagi.

Tidak hanya FFP, denda yang sering muncul adalah denda yang disebabkan oleh pertikaian supporter, ataupun protes berlebihan kepada wasit, ataupun karena kelakuan yang tidak suportif. Denda ini menandakan ketidakmampuan kesebelasan sepakbola dalam mengendalikan elemen-elemen internalnya.

Risiko hukum adalah risiko yang timbul karena ketidakmampuan manajemen perusahaan dalam mengelola munculnya permasalahan hukum yang dapat menimbulkan kerugian atau kebangkrutan bagi perusahaan. Risiko hukum yang dihadapi oleh kesebelasan sepakbola adalah adanya tuntutan hukum dari pemain. Munculnya peraturan Bosman adalah buah dari tuntutan hukum pemain yang menuntut haknya.

Risiko yang disebabkan oleh pengambilan keputusan dan/atau penerapan strategi yang tidak tepat atau kegagalan merespons perubahan-perubahan kondisi eksternal disebut risiko strategis. Hal yang termasuk dalam risiko ini adalah pemilihan pelatih ataupun pemain yang tidak tepat hingga strategi permainan yang tidak membuahkan hasil positif. Salah satu contohnya adalah pemilihan David Moyes sebagai pengganti Sir Alex Ferguson di mana pilihan tersebut tidak tepat karena tidak bisa meneruskan tren positif yang dibangun oleh tim.

Sementara itu, risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan pemangku kepentingan yang bersumber dari persepsi negatif terhadap kesebelasan sepakbola. Dengan tingginya tingkat kesetiaan terhadap sebuah kesebelasan sepakbola, mungkin saja risiko reputasi tidak terlalu berpengaruh bagi kesebelasan sepakbola, kecuali mungkin ketika klub besar degradasi secara mendadak.

Kurang lebih itulah berbagai macam risiko-risiko yang dihadapi oleh sebuah kesebelasan sepakbola. Tentunya kesemuanya ini dapat menjadi pembelajaran yang berharga untuk manajemen kesebelasan sepakbola di Indonesia agar menjadi lebih profesional dan sadar risiko.

*Penulis merupakan pegawai bank, praktisi corporate communication yang juga pemerhati tata kelola perusahaan berakun twitter @RojiHasan


Komentar