Hakim Ziyech, dari Perayaan Gol Terburuk Hingga Mencetak Gol Indah

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Hakim Ziyech, dari Perayaan Gol Terburuk Hingga Mencetak Gol Indah

Oleh: Pradhana Adimukti*

Pernahkan Anda mendengar nama Hakim Ziyech sebelum membaca tulisan ini? Kalau belum, pernahkah Anda menyaksikan “Perayaan Gol Terburuk Sedunia” di situs Youtube? Kalau pernah, orang yang terjatuh dari papan iklan tersebut adalah Hakim Ziyech.

Namanya memang belum sementereng James Rodriguez, Oscar, apalagi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Namun, jika melihat penampilannya, Anda akan sadar kalau ia adalah pesepakbola masa depan yang bisa segera bersinar. Salah satunya adalah gol indah yang dicetak Ziyech saat memperkuat SC Hereenven melawan RKC Waalwijk pada 2013 silam.

Ziyech adalah keturunan Maroko tetapi lahir di Dronten, Belanda. Ia mengawali debut profesionalnya bersama SC Hereenveen saat melawan FC Rapid Bucharesti dalam laga putaran ketiga babak kualifikasi Europa League pada 2 Agustus 2012 silam. Debut profesionalnya di Eredivisie terjadi 10 hari kemudian saat melawan NEC Nijmagen yang sayangnya berakhir dengan kekalahan SC Hereenven.

Hanya sebuah perayaan gol yang yang berujung celaka dan sebuah gol  yang, walaupun indah, belum tentu bisa diproduksi lagi, lalu apa istimewanya Ziyech?

Kenapa Anda Harus Memperhatikannya

Hakim Ziyech merupakan pengumpan terbanyak Eredivisie musim 2014/2015 dengan total 16 umpan yang menjadi gol dan mencetak 13 gol, sebuah torehan yang sangat baik bagi seorang gelandang. Pemain berambut cepak ini juga terlibat dalam 29 kali proses gol di Eredivisie musim lalu.

Selain keunggulan teknis, Ziyech juga ditunjuk sebagai kapten FC Twente, klub yang baru dihuninya sejak Agustus 2014 lalu, di usia 22 tahun. Penunjukkan itu mengindikasikan pemain kelahiran 19 Maret 1993 ini  cepat beradaptasi dengan rekan satu kesebelasan, mampu mendapatkan rasa hormat dan menebarkan pengaruh dari dan kepada rekan-rekan setimnya. Sesuatu yang mengindikasikan kematangan emosi dan  jiwa kepemimpinan walaupun usianya masih muda

Situs Goal.com Indonesia beberapa kali menobatkan gelandang keturunan Maroko ini sebagai pemain terbaik Eredivisie di antaranya pada pekan ke-13 musim 2013/2014, pekan ke-27, pekan ke-33 dan pekan ke-34 pada musim 2014/2015.

Pada musim 2015/2016 yang sedang berjalan ini, situs Totaldutchfootball.com sudah menempatkannya ke dalam Team of The Week dua kali, yakni di pekan kelima dan ketujuh Eredivisie. Situs tersebut juga menempatkan Ziyech sebagai pemain terbaik kedua dalam daftar 50 pemain terbaik Liga Belanda 2015 di bawah Jetro Willems. Data-data tersebut dapat menunjukkan kemampuan mantan pemain tim nasional Belanda U-21 ini bermain baik secara konsisten dan tidak angin-anginan.

Karakteristik Permainan

Gaya permainan Ziyech dikenali dari kegemarannya bukan hanya menggocek bola melewati lawan melainkan juga memainkan bola-bola panjang. Dengan kecepatannya, Ziyech adalah ancaman pertahanan lawan saat mengeksekusi serangan balik dan sering melakukan pergerakan cutting inside, dari sayap bergerak menusuk ke tengah pertahanan lawan. Pemain berkaki kidal ini dapat pula ditempatkan di sayap kiri namun posisi yang dapat mengeksplorasi kemampuan terbaiknya tetaplah di tengah, di sepertiga kotak penalti lawan.

Kekuatan utama pemain yang akhirnya memutuskan memperkuat tim nasional senior Maroko bulan September lalu ini terletak pada kemampuan menendang bola dari luar kotak penalti secara akurat, pengambilan set piece yang sulit ditandingi, tendangan bebas dengan presisi tinggi serta keahliannya menggiring dan menahan bola di kakinya. Alumnus akademi junior ASV Dronten ini sangat jeli memberikan umpan kunci, umpan terobosan juga umpan silang. Dengan karakerisik tersebut, Ziyech memenuhi semua persyaratan utama seorang playmaker yang dapat diandalkan.

Kelemahan Ziyech terletak pada kemampuannya melakukan tekel serta duel udara (dua kelemahan yang dapat ditoleransi untuk pemain yang tugas utamanya bukan bertahan) dan kekuatan fisiknya yang harus ditingkatkan jika ingin bermain di liga yang lebih keras dari Eredivisie seperti Liga Inggris.

Penerawangan Masa Depan

Predikat pemain bintang layak disematkan kepada seorang pemain yang secara konstan mampu menjaga permainannya di level tinggi setidaknya selama dua musim karena kalau hanya semusim bermain bagus maka ia hanya pantas disebut bintang kejutan.

Jika musim ini pemain bertinggi badan 180 cm tersebut sukses mempertahankan konsistensi permainannya seperti musim lalu, maka sudah saatnya ia mencari tantangan bermain di klub besar penghuni liga yang lebih kompetitif dari Eredivisie, seperti Barcelona atau Real Madrid di La Liga Spanyol, Juventus di Serie A Italia, Bayern Munich di Bundesliga Jeman, Liverpool atau Manchester United  di Liga Utama Inggris pada musim depan.

Kabarnya, pada musim 2013/2014 Everton telah memantau bakatnya secara intensif dan Roberto Martinez, manajer The Toffess, tertarik memikat gelandang muda tersebut pindah ke stadion Goodison Park namun sampai saat ini transfer tersebut belum terjadi.

Klub tetangga Everton, Liverpool FC, pada masa Brendan Rodgers rumornya juga tertarik merekrut Ziyech guna membentuk duet bersama Philip Coutinho dalam formasi 4-2-2-2 dengan menggeser Jordan Henderson ke lini tengah. Rumor yang tidak pernah terwujud hingga  Rodgers digantikan Jurgen Klopp musim ini.

Vfl Wolfsburg juga digosipkan tertarik memanfaatkan jasa Ziyech guna menggantikan Kevin De Bruyne yang pindah ke Manchester City. Sebuah penggantian yang sepadan mengingat Kevin De Bruyne adalah raja umpan Bundesliga musim lalu sedangkan Ziyech merupakan pengirim umpan terbanyak Eredivisie musim lalu. Pada akhirnya gosip itu juga tidak terwujud karena Wolfsburg membeli Julian Draxler dari Schalke 04 sehingga sampai musim ini Ziyech masih bertahan di FC Twente.

Baca juga: Kevin de Bruyne, Raja Assist dari Bundesliga

Dapat diduga, Wolfsburg lebih memilih Draxler dibanding Ziyech karena faktor kecepatan beradaptasi. Draxler tidak perlu lagi beradaptasi dengan atmosfer Bundesliga sedangkan Ziyech, yang berasal dari Eredivisie, menanggung resiko gagal beradaptasi dengan persaingan di Bundesliga.

Tim-tim yang mengandalkan kecepatan dalam menyerang, menyerang balik atau menekan lawan tentu akan cocok dengan karakteristik permainan Ziyech. Tiki-taka Barcelona dan Pep Guardiola, gegenpressing Jurgen Klopp, filosofi possession football Louis Van Gaal, sepakbola menyerang dengan mengandalkan umpan-umpan pendek Arsene Wenger dapat disebut sebagai contoh beberapa taktik yang akan sesuai dengan gaya bermain Ziyech.

Juventus, juara Serie A empat kali berturut-turut, yang dikabarkan pernah memantau Ziyech namun akhirnya tidak dieksekusi dapat mempertimbangkan menawarnya kembali di musim depan. Mengingat usia Hernanes, playmaker mereka, yang sudah mencapai kepala tiga tentu pembelian Ziyech dapat menjadi bagian proyek regenerasi pemain tim Nyonya Tua. Selain itu, kecepatan Ziyech bisa sesuai dengan keinginan Massimo Allegri yang menolak kesempatan membeli Franco Vazquz awal musim ini karena pemain tersebut dinilai terlalu lambat oleh Allegri.

Dengan usia muda, talenta besar, kedewasaan mental dilengkapi oleh situasi keuangan FC Twente yang tidak terlalu baik membuat klub-klub besar berpeluang merayunya pindah musim depan. Kalau tim Anda membutuhkan playmaker berkecepatan tinggi dengan kemampuan memberi umpan dan mencetak gol sama baiknya, Hakim Ziyech patut dipertimbangkan.

*Penulis adalah pembaca buku-buku sejarah, agama, politik, sastra, sepakbola dan komentator rutin sepakbola pada akun @Pradhana_Adi

Foto: telegraf.nl

(fva)

Komentar