Evolusi Juan Jesus

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Evolusi Juan Jesus

Ditulis oleh Budi Windekind

Mendengar nama Juan Guilherme Nunes Jesus barangkali akan membuat banyak orang mengernyitkan dahi. Namun bisa jadi berbeda apabila nama yang disebutkan adalah Juan Jesus.

Bek tengah berpostur 185 centimeter ini bergabung dengan I Nerazzurri pada 30 Januari 2012 lalu. Ia bergabung dengan Inter saat masih ditukangi oleh allenatore kawakan, Claudio Ranieri. Saat itu Internazionale membelinya dari klub Brasil, SC Internacional, dengan mahar sebesar 2.66 juta poundsterling. Jumlah yang cukup besar untuk memboyong pemain yang saat itu baru menginjak usia 20 tahun.

Bergabung dengan Internazionale di usia muda kadangkala menjadi hal yang riskan karena klub dari kota mode ini dikenal gemar menggunakan pemain-pemain berpengalaman di skuad mereka. Terlebih pada saat itu La Beneamata masih punya Ivan Cordoba, Lucio, Walter Samuel dan Andrea Ranocchia untuk mengisi pos bek sentral. Pengamat pun menyebut jika pembelian Juje adalah sebuah investasi masa depan.

Selera dan Standar Mancini dalam Aktivitas Transfer Inter Milan

Perlahan tapi pasti, seiring dengan pensiunnya Cordoba serta hengkangnya Lucio dan Samuel, Juje-panggilan akrabnya-mematri satu tempat di lini belakang Inter. Baik ketika diasuh Andrea Stramaccioni, Walter Mazzarri ataupun kini bersama Roberto Mancini.

Ia bertransformasi menjadi figur sentral di lini pertahanan Inter meski penampilannya seringkali membuat jantungan tifosi Il Biscione. Hal ini dibuktikan dengan catatan penampilan Juje yang menembus 118 pertandingan di semua kompetisi dalam tiga musim terakhir. Akan tetapi jika dicermati lebih jauh, ada yang berbeda dengan Juje versi Mancio dengan Juje versi Mazzarri dan Stramaccioni.

Strama dan Mazzarri selalu memainkan Juje sebagai bek tengah, sesuai dengan posisi alaminya. Pun begitu dengan Mancio diawal periode kepelatihannya pertengahan musim lalu. Juje menjadi satu dari dua bek yang berdiri tepat di depan penjaga gawang. Ia merupakan tandem buat sang kapten, Ranocchia. Tapi seiring berjalannya waktu, posisi Juje malah lebih sering digeser oleh sang eks allenatore Manchester City itu ke pos bek kiri.

Juje mengemban tugas sebagai fullback kiri untuk kali pertama pada pekan ke-28 Serie A musim 2014/2015. Kala itu Inter bertandang ke Luigi Ferraris guna bersua Sampdoria. Meski akhirnya La Beneamata tumbang dari Il Samp dengan skor 0-1, tampaknya Mancio kesengsem pada performa Juje saat itu yang tidak canggung untuk beradaptasi dengan peran barunya.

“Pertahanan kami tak kebobolan lebih banyak angka dengan Juje di pos bek kiri yang mana membuat semuanya tampak lebih baik meskipun ia jarang membantu serangan”, tutur Mancini selepas laga tersebut.

Eksperimen Mancio pun berlanjut selagi duo bek tengah diisi oleh Ranocchia dan Nemanja Vidic. Juje terus dimainkannya sebagai bek kiri, kecuali di pekan ke-37 kala bertemu Genoa, hingga musim berakhir.

Baca juga: Rencana Mancini Mengubah Skema Bermain Inter Milan

Lumrah jika pergeseran posisi Juje ini dikarenakan Inter tak mempunyai stok bek kiri yang memadai. Tapi nyatanya I Nerazzurri punya persediaan berlebih dalam diri Dodo, Danilo D’Ambrosio, Yuto Nagatomo dan Davide Santon. Sempat ada secercah harapan yang timbul dengan mainnya D’Ambrosio dan Santon di posisi ini. Tapi malang, penampilan mereka begitu inkonsisten dan tak sebaik kala menghuni pos fullback kanan. Sementara Dodo dan Nagatomo justru lebih bersahabat dengan meja operasi dan bench.

Tren ini rupanya kembali berlanjut di pekan-pekan awal Serie A musim 2015/2016. Dari tiga laga yang sudah dijalani Inter, pos bek kiri mereka selalu ditempati Juje. Mancio seolah menemukan sesuatu dalam diri Juje yang tak dimiliki oleh Dodo, D’Ambrosio, Nagatomo ataupun Santon. Patut diingat bahwa semenjak Cristian Chivu pensiun, pos bek kiri Inter bagaikan lubang menganga yang bisa dieksploitasi lawan dengan mudah. Sialnya para fullback murni di atas tak bisa menggantikan peran bek asal Rumania tersebut.

Penulis dapat dihubungi lewat akun Twitter @Windekind_Budi

Komentar