Kontribusi Thiago Alcantara Sejak Sembuh dari Cedera

PanditSharing

by redaksi

Kontribusi Thiago Alcantara Sejak Sembuh dari Cedera

Oleh Ryan Tank 

Di semifinal Piala Jerman, Thiago Alcantara berhasil menjalankan tugasnya sebagai penendang terakhir dalam adu tendangan penalti melawan Bayer Leverkusen. Bayern lolos ke final karenanya. Tapi tak hanya itu, dalam dua pertandingan melawan FC Porto di perempat final Liga Champions Eropa, peran Thiago tak kalah penting.

Saat Bayern kalah di kandang Porto, Thiago mencetak satu gol yang sangat berarti. Tanpa gol itu, Bayern harus menang empat gol tanpa balas ketika menjamu Porto di Allianz Arena. Berkat gol Thiago, tugas Bayern menjadi lebih ringan: mereka hanya perlu menang dua gol tanpa balas, walau pada kenyataannya Bayern menghancurkan Porto 6-1 pada leg kedua. Pada leg kedua tersebut, pembuka pesta gol Bayern adalah Thiago Alcantara.

Lama tidak bermain karena cedera ternyata tidak menurunkan kualitas permainan Thiago. Begitu sembuh dan kembali dipercaya bermain, Thiago terus tampil gemilang. Hilang sudah keraguan akan masa depannya.

Menilai permainan Thiago dari gol-golnya saja jelas tidak cukup. Ada pertanyaan besar yang harus dijawab: sebesar apa peran Thiago dalam menjaga kualitas permainan Bayern yang, jika melihat jumlah pemain utama yang menderita cedera, sewajarnya menurun?

Sepak bola dibangun dari banyak detail-detail kecil. Sebuah pertandingan antara dua kesebelasan melibatkan begitu banyak hal. Sebuah gol yang tercipta merupakan efek berantai dari begitu banyak pergerakan, penempatan posisi, operan, dribble, potongan, pemanfaatan ruang, dan masih banyak elemen lain. Sepakbola bukan sekadar gol.

Inilah yang terjadi dengan Thiago. Borussia Dortmund adalah lawan pertamanya setelah kembali pulih dari cedera panjang. Pada laga tersebut, statistik whoscored.com mencatat Thiago melakukan satu potongan (interception). Brilian? Tentu tidak, kalau hanya melihat data yang disediakan whoscored.com. Apa istimewanya berhasil melakukan sebuah potongan? Keistimewaan potongan Thiago akan tampak jika konteks penuhnya Anda pahami.

bvb lakukan serangan

Dengan potongannya, Thiago menghentikan serangan Dortmund dan membuat Bayern memiliki momentum. Potongannya melahirkan sebuah serangan balik dan Thiago, yang diplot sebagai pemain nomor delapan, ikut bergerak naik. Ia memposisikan dirinya lebih dalam sehingga secara otomatis ia berada di posisi yang tepat untuk memberi dukungan. Dalam posisinya, Thiago memiliki dua keuntungan.

Pertama, ia siap menyambut bola liar yang bergulir ke luar kotak penalti. Kedua, karena ia berposisi lebih dalam, Thiago berada dalam posisi yang baik untuk merebut bola jika Dortmund melancarkan serangan balik dari kegagalan serangan Bayern.

Seringkali Thiago menempatkan diri dalam posisi yang tepat. Pada beberapa kesempatan, ia berhasil menguasai bola liar saat rekan satu kesebelasannya berhasil merebut penguasaan bola lawan. Kemampuan menguasai bola liar sangat penting karena itu merupakan bagian dari proses permainan yang membuat serangan sebuah kesebelasan “tetap hidup”.

memotong umpan ryan tank

Gambar di atas menunjukkan kemampuan Thiago menguasai bola liar. Berawal dari duel udara antara Lewandowski dan Maicon, bola liar tercipta. Dengan kecepatan dan inisiatifnya Thiago muncul dan mengambil alih penguasaan bola. Dari proses tersebut lahir satu tendangan tepat sasaran.

Saat menyerang, Thiago dalam perannya sebagai pemain nomor delapan mampu menunjukkan kualitasnya sebagai pemain kreatif. Beberapa aksi yang diperlihatkannya nampak sederhana namun brilian dan mampu menciptakan banyak peluang untuk menyerang bagi Bayern.

menciptakan situasi 3 lawan 2

Permainan brilian Thiago tampak dalam gambar di atas, yang menyimpan tiga aksi utama Thiago. Pertama, umpan tumit. Umpan ini sulit ditebak dan tidak terduga sehingga mampu mengganggu sistem pertahanan lawan. Bagi pemain profesional, umpan ini tidak sulit. Karenanya umpan jenis ini tidak istimewa. Tapi, jika digunakan di saat yang tepat, umpan seperti ini sangat berguna dalam menciptakan banyak kejutan bagi lini pertahanan lawan.

Kedua, lihatlah posisi Thiago saat menerima bola. Ia menghadap ke sisi kanan (bukan ke arah gawang lawan). Ia mendapatkan tekanan dari dua pemain lawan. Dengan memanfaatkan umpan tumit, ia telah menghemat waktu dalam usahanya untuk memindahkan bola ke daerah yang lebih dekat ke gawang lawan. Jika Thiago terlebih dahulu menahan bola dan memutar badannya, kedua pemain Frankfurt pasti sudah semakin dekat menekan dan karenanya Thiago terpaksa mengumpan ke arah belakang, bukan depan.

Ketiga (dan ini yang terpenting), umpan Thiago kepada Gotze langsung melahirkan serangan bagi Bayern. Gotze, Lewandowski, dan Muller berhadapan dengan tiga orang pemain belakang Frankfurt dalam situasi tiga lawan tiga.

umpan pada pemain depan

Gambar di atas menunjukkan kualitas visi Thiago. Dari empat pilihan yang ia miliki, mengumpan kepada Lahm adalah yang tersulit. Namun Lahm berada di daerah yang paling berbahaya bagi lawan. Thiago mengambil opsi ini. Setelah bola dilepaskan Thiago, Lahm meneruskannya kepada Muller. Setelahnya bola diteruskan kepada Lewandowski dan terciptalah gol. Jika bukan karena Thiago, tak akan tercipta sebuah gol. Brilian? Tentu saja.

umpan jauh ke pertahanan hoffenheim

Pada leg kedua putaran delapan besar Liga Champions musim ini, ada banyak momen di mana Thiago menunjukkan visi bermain yang baik dan daya jelajah yang tinggi. Salah satunya adalah momen pada menit ketiga babak pertama. Sebuah umpan jauh mendarat di zona 14 Porto. Saat itu, baik Lewandowski maupun muller berada jauh di luar kotak 16 (perbatasan antara zona 10-13 dan 11-14). Thiago mampu menjemput bola dan dalam sentuhan pertama ia flick bola ke belakang, ketika Muller bergerak naik ke depan.

dante under pressure

Gambar di atas adalah umpan jauh Thiago. Dalam sebuah kesempatan, para pemain Leverkusen menerapkan taktik man-to-man marking. Thiago yang menyadari hal tersebut bergerak mendekati Dante yang menguasai bola. Begitu bola berada dalam penguasaannya, Thiago segera memindahkan bola ke sisi yang berbeda. Dengan pemikiran yang cepat ia membebaskan Bayern dari tekanan.

thiago-umpan-ryan-tank

Ada dua hal utama yang harus diperhatikan dari gambar di atas. Pertama, perhatikan umpan yang dipilih. Thiago mengumpan ke kiri untuk menciptakan situasi menang jumlah. Kedua, Thiago menunjukkan kelasnya dalam momen ini dengan memperhitungkan semua kemungkinan bahkan ketika bola belum ada dalam penguasaannya (sebelum melepas umpan, Thiago meminta bola dari Boateng yang tidak terlihat dalam frame ini).  

Di menit ke-94, Thiago kembali melakukan hal serupa. Ia mengisi half space di arena kanan Leverkusen. Begitu menerima umpan dari Xabi Alonso, Thiago langsung mengirim sebuah umpan diagonal berjarak lebih dari 22 meter ke sisi kiri Leverkusen, di mana Bernat berdiri tanpa kawalan.

Umpan Thiago pada Gotze dan pada Bernat, merupakan jenis umpan yang ditujukan untuk mengubah arah permainan menyerang. Saat sebuah kesebelasan diserang dari sisi kiri, merupakan sesuatu yang wajar bila kesebelasan tersebut lebih terfokus (bahkan memenuhi area tersebut). Dalam kondisi seperti ini, kesebelasan penyerang, yang memiliki pemain kreatif, dapat memanfaatkan “kekosongan” di sisi kanan, dengan cara memindahkan permainan melalui umpan diagonal yang jauh dan mengejutkan.

Dalam dua partai menghadapi Porto, Thiago menunjukan ia juga memiliki kemampuan, saya sendiri menyebutnya, sebagai false eight. Dua gol yang dibuatnya merupakan cerminan terhadap kemampuan ini. False eight dalam pemahaman saya merupakan sebuah peran yang diemban salah satu gelandang tengah yang bertugas lebih banyak sebagai penyokong serangan ketimbang rekannya, gelandang tengah lainnya, yang lebih banyak sebagai penyokong pertahanan (atau sering disebut sebagai pemain nomor enam).

False eight tentunya memiliki perbedaan dengan pemain nomor delapan. False eight diharapkan mampu masuk ke kotak penalti lawan untuk menciptakan peluang, merusak konsentrasi lawan, atau (bahkan) mencetak gol. Melihat kedua gol yang diciptakannya dalam dua pertandingan, Thiago tampak sudah memainkan peran false eight dengan baik.

thiago-ryan-tank

Gol ke-tiga Bayern merupakan gol terbaik dalam pertandingan ini. Lahm lepaskan umpan silang pada Muller, untuk kemudian flick on pada Lewandowski, yang langsung disundul oleh Lewandowski sendiri. Tapi, sebelum Lahm menyisir sisi kiri Porto, adalah Thiago yang menciptakan inisiatif serangan. Ia yang berikan umpan satu sentuhan pada Lahm.

Teknik individu menjadi kelebihan tersendiri bagi Thiago. Wajar, mengingat darah Brasil mengalir dalam tubuhnya. Kemampuan ini pulalah yang memaksa Thiago berkembang ketika dihadapkan pada ruang permainan yang sempit.

kemampuan-umpan

Gambar di atas menunjukkan Thiago dalam ruang sempit. Sampai pada taraf tertentu, bentuk segitiga merupakan bentuk yang tepat bagi sebuah kesebelasan untuk meloloskan diri dari pressing lawan. Bentuk ini menyediakan dua opsi umpan bagi si pemegang bola. Juga sangat baik untuk mempertahankan penguasaan bola. Tetapi, terkadang, hal ini tidak berlaku bila lawan lakukan pressing yang sangat baik pada si pemegang bola (dan menciptakan ruang sempit). Atau jika penempatan posisi dalam bentuk segitiga kurang tepat.

Dalam gambar di atas, Leverkusen berhasil melakukan pressing dan ciptakan situasi tiga lawan satu terhadap Thiago. Inilah salah satu kelebihan Thiago. Ia memiliki teknik (sekaligus kecepatan berpikir) untuk bermain dalam ruang sempit. Kali ini, dalam waktu yang begitu mepet, ia sukses lepaskan umpan pada Muller, yang kemudian coba lakukan kombinasi satu-dua dengan Lewandowski.

Umpan jauh Thiago (umpan dengan jarak target sejauh 25 meter) juga termasuk baik. Sering kali dari umpan seperti ini ia menciptakan kesempatan serang yang potensial bagi Bayern.

Dalam “debut” menghadapi Dortmund, Thiago tampil selama 20 menit terakhir. Ia membuat 27 sentuhan pada bola (yang kebanyakan dilakukan di tengah dan kiri), 22 umpan tepat, satu umpan kunci (key pass), dan 3 dribble tuntas. Di partai menghadapi Porto, Thiago tampil selama 90 menit (sebelum ditarik keluar di waktu tambahan). Ia membuat 72 sentuhan, 52 umpan tepat, 3 umpan kunci (key pass), dan 4 dribble tuntas.

Sekitar 74% dari (masing-masing) sentuhan dan umpan yang dilakukannya, berada di area pertahanan lawan (kebanyakan di area tengah, bukan 1/3 pertahanan lawan). Hal ini memperlihatkan, secara garis besar, di posisi mana pun Thiago bermain. Ia merupakan nomor delapan yang banyak bergerak dari area yang lebih dalam, untuk kemudian bergerak ke area depan. Bahkan pada saat-saat tepat, ia dapat masuk ke dalam kotak penalti.

Pernah Pep berkata (kira-kira begini), “pertahanan merupakan sesuatu yang terstruktur, menyerang merupakan sesuatu yang lebih kepada talenta.” Bagi saya pribadi, ucapan ini bisa merepresentasikan peran terbaik bagi Thiago. Bayern bisa saja memplotnya sebagai hibrida nomor enam dan delapan. Tetapi, Bayern juga harus tetap memberikan kebebasan lebih padaya untuk menciptakan lebih banyak kepanikan di area depan (sebagai false eight). Thiago punya bakat tersebut dan akan sangat berguna saat Bayern menggunakannya untuk menghajar pertahanan lawan.

Komentar