Cara Juventus Kalahkan Fiorentina 3-0

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Cara Juventus Kalahkan Fiorentina 3-0

Oleh: Ryan Tank

Babak semi-final Coppa Italia memasuki leg kedua. Di Stadion Artemio Franchi, Fiorentina yang bermodalkan kemenangan 1-2 pada leg pertama, ternyata harus takluk di tangan Juventus dengan skor telak, 0-3.

Meski kalah dominan perihal penguasaan bola, Fiorentina nyatanya tak sanggup menembus lini pertahanan Juventus. Kekokohan di lini pertahanan inilah yang menjadi kunci Juventus tak kebobolan pada laga ini dan berhasil mencuri tiga gol.

line-up
line-up

Pressing konstan di tengah dan padat di belakang
Juve bermain berdasarkan bentuk 4-1-2-1-2. Bentuk ini, secara natural, membuat skuat asuhan Massimilliano Allegri ini dengan mudah memenuhi area tengah. Dan hal ini berlangsung dengan lancar, mereka berhasil memaksa Fiorentina bermain melebar.

patrice-evra-man-to-man-joaquin
Patrice Evra man to man Joaquin. Momen menit 24:56. Juventus dalam fase bertahan. 4 pemain belakang + diamond narrow di depan.

Ketatnya area tengah Juventus membuat Valero melakukan improvisasi dengan bergerak jauh dari posisinya, dari kiri ke kanan. Hal ini dilakukan untuk membuka pertahanan Juventus sehingga menciptakan area kosong. Namun Claudio Marchisio dan Giorgio Chiellini menyadari hal ini. Keduanya menyadari hal ini dan langsung meng-cover area yang hendak dimanfaatkan Valero.

Juventus juga bermain dengan sangat disiplin namun tetap mampu lakukan pertukaran posisi. Ketika satu pemain tinggalkan pos nya, pemain lain di dekatnya harus mengisi pos tersebut. Pada momen ini, Evra tinggalkan posnya untuk terus menempel Joaquin. Stefano Sturaro, sebagai gelandang tengah-kiri, bertukar posisi dengan Evra dan seolah ia bermain sebagai bek sayap kiri.

Interception oleh Marchisio and Chiellini. Serta, pertukaran posisi antara Evra dan Sturaro.
Interception oleh Marchisio and Chiellini. Serta, pertukaran posisi antara Evra dan Sturaro.

Karena padatnya area tengah, Fiorentina lantas mencoba masuk lewat sayap dan lepaskan umpan silang melambung. Namun ketangguhan Leonardo Bonucci dan Chiellini dalam duel udara membuat serangan ini dengan mudah dipatahkan.

Juventus defensive shape. 4 bek sejajar, 3 gelandang tengah, dan satu gelandang serang tengah.
Juventus defensive shape. 4 bek sejajar, 3 gelandang tengah, dan satu gelandang serang tengah.

Formasi padat semacam ini tidak hanya terlihat di lini belakang Juve. tetapi juga bisa dijumpai di area depan. Hal ini terjadi karena Juventus memainkan pressing berintensitas tinggi oleh seluruh pemainnya, termasuk pemain depan. Mereka lakukan pressing konstan di tengah. Selain berhasil membentuk tembok pertahanan kokoh, pressing ini pun memainkan peran yang sangat besar dalam gol pertama juventus.

Pressing Juventus yang berujung pada gol. Momen-momen sebelum gol Juventus di menit 21.
Pressing Juventus yang berujung pada gol. Momen-momen sebelum gol Juventus di menit 21.

Ada dua fase dalam pressing yang menghasilkan gol ini. Fase pertama adalah ketika Evra lakukan press pada Joaquin. Pressing ini “memaksa” bola disirkulasikan di antara Savic-Joaquin sebelum akhirnya digulirkan ke belakang, pada Neto.

Fase kedua adalah ketika Neto lakukan umpan panjang kepada Alonso di kiri. Neto harus lakukan umpan panjang ke sayap karena semua jalur umpan pendek pada bek tengah ‘tertutup’ oleh tiga pemain depan Juve yang memberikan tekanan pada tiga pemain belakang Fiorentina.

Sebenarnya, setelah Alonso menerima umpan Neto dan bola disirkulasi di antara tiga pemain (Alonso mencukil bola lalu Mario Gomez yang menerima umpan Alonso megumpannya pada Borja), para pemain Fiorentina melakukannya dengan positioning yang baik. Umpan yang diberikan pada Borja pun sudah tepat karena membuka opsi umpan lain (ke area terbuka, di mana Aquilani dan Salah berada).

Proses gol pertama. Nomor 1, 2, 3 , dan garis biru merupakan urutan sirkulasi bola Fiorentina (seperti yang dijelaskan di atas). Jika anda lihat garis merah muda, itu merupakan indikasi starting point dan pergerakan masing-masing pemain Fiorentina, sampai Borja Valero menerima umpan dari Gomez (3).
Proses gol pertama. Nomor 1, 2, 3 , dan garis biru merupakan urutan sirkulasi bola Fiorentina (seperti yang dijelaskan di atas). Jika anda lihat garis merah muda, itu merupakan indikasi starting point dan pergerakan masing-masing pemain Fiorentina, sampai Borja Valero menerima umpan dari Gomez (3).

Hal yang menarik dari proses ini adalah pergerakan yang dibuat Marchisio (yang bermain sangat baik selama pertandingan). Ia diplot untuk melakukan man to man marking pada Alberto Aquilani. Tetapi dalam momen ini, ketika bola tersirkulasi di (1), (2), dan (3), Marchisio dengan instinggnya meninggalkan Aquilani dan bergerak ke kiri, di mana bola berada, untuk memberikan tekanan di area tersebut.

Marchisio berhasil lakukan counter-pressing pada Borja, merebut bola, menggiringnya, lalu mengirimkan umpan datar yang berujung pada gol. Keberhasilan Marchisio ini patut diapresiasi karena jika Borja mampu mengantisipasi maksud Marchisio tersebut dan menemukan celah untuk mengumpan pada Aquilani atau Salah, (bisa jadi) ceritanya akan lain.

Tetapi, di atas dari apa pun asumsi-asumsi yang muncul, gol ini merupakan hasil dari pressing konstan di tengah. Juve lakukan pressing secara terus-menerus dan mampu melakukan kontrol ruang yang menutup hampir semua pergerakan umpan pemain-pemain Fiorentina.

Banyaknya pergarakan menyamping yang dilakukan oleh para pemain depan Juventus juga memainkan bagian yang menarik. Jenis pergerakan yang saya sebut lateral seperti ini (dikombinasi dengan pertukaran posisi tiga penyerang) dapat membuat lawan untuk terus menebak dan menebak tanpa tahu pasti dari mana pergerakan tersebut akan dimulai dan di mana ia akan berakhir.

Untuk lebih jelasnya, saya memberikan beberapa gambar untuk menunjukkan bagaimana sebuah pergerakan lateral yang simpel namun bisa memberikan dampak positif pada skema serangan Juventus untuk memberikan ancaman yang lebih membahayakan kepada lini pertahanan Fiorentina.

Fiorentina memadati area tengah.
Fiorentina memadati area tengah.

Bentuk skema di atas merupakan bentuk yang tepat jika anda ingin memaksa lawan bermain melebar. Sekarang, jika pemain-pemain Juventus ingin memainkan bola melalui area tengah, jelas terlihat kesempatannya sangat kecil karena Fiorentina lakukan menumpuk para pemainnya pada area tersebut.

Dengan kesulitan semacam ini, pemahaman dan kerjasama antar pemain yang dikombinasi dengan pergerakan lateral mungkin akan menciptakan jalan keluar yang dibutuhkan. Sebuah pergerakan lateral yang dikombinasikan dengan pemain lain yang tetap ingat untuk mengisi area-area potensial, seperti area sayap, pintu sepertiga akhir, dan area depan kotak penalti. Kesemuanya ini merupakan area-area di sekitar kotak penalti.

vidal-melebar-dan-padoin-menuju-half-space
Vidal melebar dan Padoin memasuki area sepertiga akhir.

Ini hal pertama yang dilakukan pemain Juventus: pertukaran posisi antar pemain. Tetapi meski Padoin memasuki area sepertiga akhir, bukan berarti hal ini telah menciptakan ruang yang cukup untuk Juventus bisa masuk ke kotak penalti Fiorentina. Hanya saja, dengan melakukan gerakan ini, Padoin langsung memiliki satu jalur operan, yaitu pada Roberto Pereyra.

Jika kita melihat tiga pemain Fiorentina di sana (Borja, Aquilani, dan Gonzalo), mengoper pada Pereyra mungkin bukan opsi yang bagus buat Padoin. Karena bola tampaknya akan dengan mudah diintersep. (lihat garis merah pada gambar di atas)

Karena Pereyra berada pada posisi yang kurang menguntungkan, Padoin harus memilih opsi lainnya. Satu-satunya opsi (tersembunyi) dan menjanjikan adalah mengoper pada Alessandro Matri. Bagaimana caranya?

Di sinilah pergerakan lateral memainkan perannya. Pereyra memutuskan untuk membuat diagonal run ke sisi kanan. Pergerakan ini berhasil memancing Borja dan Gonzalo untuk mengikutinya. Hal ini berhasil membuka jalur operan untuk Matri. Dibandingkan (jika) Pereyra yang menerima umpan, posisi Matrijelas  lebih membahayakan gawang Fiorentina. Alasannya, ia “hanya” memiliki satu pemain lawan yang menjaganya saat itu.

Gol kedua dicetak oleh Roberto Perreyra. Gol ini memperlihat dengan baik sekali, apa pentingnya verticality dalam sepakbola. Juventus memainkan bola secara perlahan dari lini belakang. Pada satu momen yang tepat, build up sabar tersebut “diakhiri” dengan vertical play. Leonardo Bonucci mengirimkan sebuah direct pass ke area depan, di mana umpannya sukses mendarat pada Alessandro Matri.

Vertical play by Bonucci (1)yang menjadi awal malapetaka di lini belakang Fiorentina.
Vertical play by Bonucci (1)yang menjadi awal malapetaka di lini belakang Fiorentina.

Kontrol dan “hold up play” yang bagus dari Matri dilanjutkan dengan memberikan pantulan pada Morata untuk kemudian lakukan tembakan (3). Tembakan tersebut mampu digagalkan oleh Neto (4), sebuah penyelamatan yang bagus sebenarnya. Tetapi, Pereyra mampu muncul dari lini ke-dua dalam kecepatan yang sangat tinggi, mengambil bola liar, dan menceploskan gol kedua Juventus.

Pada babak pertama, beberapa kali terlihat lihat ada jarak yang terlalu jauh antara lini tengah dan belakang. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya kemampuan bertahan Alberto Aquilani yang diplot sebagai holding midfielder, yang bermain lebih ke dalam pada saat membangun serangan dan coba mengamankan area pertahanan dari tengah. Sedangkan Aquilani tidak menunjukkan kualitas yang mencukupi untuk memainkan peran krusial macam ini, yang mana membutuhkan dua hal besar, kreatifitas dan kemampuan bertahan yang baik.

Pada babak kedua, Fiorentina berusaha bermain lebih cepat. Juventus sendiri tetap berusaha untuk mempertahan intensitas permainan mereka. Bahkan, setelah gol ke-3 (oleh Bonucci) yang “membunuh” pertandingan, beberapa kali terlihat Juventus makin agresif dalam lakukan pressing. Baik di area tengah dan (terutama) di area sayap.

Pressing Juventus di babak ke-2.
Pressing Juventus di babak ke-2.

Pada situasi di atas, Fernández dan Marcos alonso mencoba membangun serangan dari sisi kiri. Padoin dan Vidal, yang merupakan bagian dari sisi kanan Juve, selalu coba meng-cover area tersebut. Dalam situasi seperti ini, Pereyra memainkan perannya, baik sebagai pemain yang membantu mempesempit ruang gerak maupun sebagai pemain yang bertugas memberikan tekanan pada pemain Fiorentina yang menguasai bola.

Kesimpulan

Juventus lebih baik secara taktik dan implementasinya. Claudio Marchisio dan Roberto Pereyra bisa dikatakan sebagai pemain terbaik dalam partai ini. Keduanya terlibat banyak dan memainkan peran besar, baik dalam bertahan maupun menyerang.

Keberhasilan Juve menjaga lini pertahanan agar tak kebobolan dengan pressing yang begitu konstan menjadi kunci bagi Juve menahan setiap serangan skuat asuhan Vincenzo Montella. Bahkan selain itu, pressing ini pun berperan besar pada gol pembuka Juve yang menjadi momentum untuk mencetak gol tambahan. Juve layak mendapatkan kemenangan ini.

Penulis adalah pecinta sepakbola dan penggila taktik yang hobi bermain game Football Manager dengan moto hidup 'mengetahui bagaimana sesuatu bekerja dan mengapa hal-hal tertentu bekerja merupakan hal terindah'. Beredar di dunia maya dengan akun twitter @ryantank100

foto: theworldgame.sbs.com

Komentar