Kisah Pelik Chicharito si Supersub

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Kisah Pelik Chicharito si Supersub

Alangkah indahnya akhir pekan lalu bagi Javier Hernandez. Bagaimana tidak ? Bermain sebagai cadangan, dia berhasil menyarangkan dua gol yang tak biasa untuk dirinya sendiri. Jarang – jarang bola dapat diceploskan dengan tendangan bak pemain voli sedang melambungkan bola ke angkasa.

***

Pada detik – detik terakhir menuju penutupan jendela transfer, Chicharito memang dikabarkan akan segera di lego ke klub lain. Posisinya yang memang sudah sangat terancam belakangan ini, membuatnya merasa tidak lagi nyaman untuk tinggal lebih lama bersama Manchester Unite. Chicharito muak melihat bangku cadangan terus – menerus dan menjadi opsi terakhir dalam tiap pertandingan.

Seperti para pecinta sepak bola lihat, Chicharito bukan pilihan pertama dalam Manchester United era Van Gaal , line-up adalah barang langka untuknya. Pilihan kedua juga mungkin iya, mungkin juga tidak.  Kalau sangat dibutuhkan untuk menggedor pertahanan lawan disaat tim sedang tertinggal, Chicharito sering diturunkan. Namun, jika gol dirasa cukup dalam pertandingan tersebut, Chicharito cuma melamun di pinggir lapangan.

Kalau kata – kata buruknya, Chicharito hanya pelengkap dalam sebuah tim. Sebutan “supersub “ itu bukanlah sebuah ungkapan yang dapat dibanggakan. Untuk apa menjadi  penentu kemenangan, toh kalau diingat orang Chicharito datang sebagai cadangan dan bukan pemain yang diturunkan dari menit awal.

Supersub sebenarnya tak lebih dari kalimat para pemberi harapan palsu. Menarik di awal dan menjijikkan pada akhirnya.

Jujur, masa – masa kejayaan di Unite pernah Chicharito rasakan. Medali Premier League yang dia punya lebih banyak daripada yang dipunyai Steven Gerrard, Frank Lampard atau bahkan Yaya Toure sekalipun. Sebuah hal pelik yang kadang membuatnya senyum – senyum sendiri bila mengingat data itu.

Tapi, setiap  pemain punya mimpi sendiri, bukan ? Sama seperti dirinya, yang bermimpi dijadikan senjata utama dan selalu diharapkan turun dari peluit babak pertama dibunyikan.  Walau, lagi – lagi, Chicharito harus siap menerima. Mimpi tetaplah mimpi. Terkadang, sulit untuk menjadi nyata.

Mengutip salah satu judul lagu Iwan Fals, Chicharito bukan pilihan. Chicharito sulit bersaing diantara para striker mumpuni di klub ini. Padahal, lihatlah apa yang telah Chicharito lakukan. Chicharito juga sering memberi kemenangan. Chicharito juga bisa membuat gol – gol spektakuler .

Memasuki musim baru dan setelah Alex Ferguson pensiun hingga diteruskan David Moyes dan kini beralih ke Louis Van Gaal, pemain – pemain baru berdatangan. Mereka lalu – lalang di depannya. Chicharito mulai gerah. Melihat mereka di transfer dengan harga yang lumayan, Chicharito sedikit iri. Berharap, ada tim lain yang rela merogoh kocek untuk memindahkannya dari penderitaan di Manchester United.

Tak perlu terlalu tinggi nominalnya. Baginya, garansi mendapat posisi bermain jauh lebih berharga. Karena Chicharito tahu bagaimana rasanya dihargai mahal dalam nominal, tetapi tidak dihiraukan dalam sebuah pertandingan. Pengalaman Chicharito berpikir secara logis dan realistis.

Kehadiran Van Gaal dan pemain bawaan yang dia bawa memperparah kondiri itu. Beberapa kode menunjukkan Chicharito  tetaplah penunggu di bangku cadangan. Harapan bersama MU mungkin pupus secara perlahan. Masa depan yang cerah semakin samar tampaknya. Chicharito belajar menerima dan mencoba mengambil hikmahnya.

Chicharito sebenarnya bermain apik pada beberapa pertandingan pra-musim. Tapi kawan, sepakbola dari dahulu belum berubah. Kejam. Betapapun kau baik menurut pandanganmu sendiri, belum tentu baik di mata orang lain. Mimik wajah pelatih menggambarkan semuanya jelas. Chicharito seperti ingin bilang padanya, “Sudahlah bos, saya mengerti maksudmu.”

Chicharito yakin bahwa Van Gaal tak punya ketertarikan pada dirinya. Karakter sebagai seorang poacher tak cocok dengan skema Van Gaal. Sebenarnya, Chicharito tetap bisa bermain walau sistemnya berbeda. Ya, agak sulit menjelaskannya. Intinya, mau tak mau Chicharito diwajibkan menerima keadaan dan situasi seperti ini.

Jalannya bersama MU hanya tersisa dua : tinggal sambil menderita atau keluar. Pertanyaannya, siapa yang ingin mengucurkan dana untuk pemain sepertiku ? Chicharito berpikir berulang kali. Memutar otak sembari terus berdoa.

Dan akhirnya, waktu yang amat ditunggu – tunggu itu datang. Klub kaya dari Spanyol berlabel juara Liga Champion Real Madrid, datang meminta tanda tangannya dengan opsi sebagai pemain pinjaman. Bahagia Chicharito bertambah saat ada opsi pembelian permanen tertera di kertas kontraknya. “I’m feel free!” Jerit batinnya.

Chicharito pindah ke klub dimana pemain – pemain terbaik di seluruh galaksi ini berada. Satu klub dengan pemain pujaan para fans di klubnya terdahulu. Orang mengenalnya sebagai Cristiano Ronaldo. Pemain yang dianggap “nomor. 7” legenda disana. Chicharito dan Ronaldo tentu ditakdirkan berbeda. Disana Ronaldo dipuja seperti Tuhan dengan gol dan skill menawan. Mampu membawa klub menjuarai trofi si kuping besar.

Bagaimana Chicharito ? Ah, Chicharito lelah menceritakannya. Lupakan sajalah. Kepindahannya ke Madrid ibarat pepatah dia keluar mulut harimau masuk mulut buaya. Namun kepindahannya itu setidaknya mampu membuat Chicharito kembali berani bermimpi. Meskipun Chicharito sadar jalan yang dia pilih beresiko persis seperti dahulu. Menjadi pilihan kedua untuk kesekian kalinya.

***

Dua gol ke gawang Deportivo La Coruna akhir pekal lalu jadi sebuah tanda Chicharito juga layak diperhitungkan. Ya, Chicharito masih seperti dulu. Kata orang Chicharito masih si “supersub”.

 

Tulisan dikirim oleh Daniel Giovanno Sijabat. Menjelang 18. Hanya pemula yang beranjak naik. Pemuja Setan Merah. Berkeliaran di twitter dengan akun @danz_gio

Komentar