Otak Neymar Bekerja Autopilot Saat Bermain Sepakbola

Sains

by redaksi

Otak Neymar Bekerja Autopilot Saat Bermain Sepakbola

Sebuah penelitian oleh pakar neurologi asal Jepang menghasilkan satu kesimpulan yang sangat menarik. Penelitian ini menunjukan bahwa Neymar aktivasi otak Neymar saat bermain sepakbola tidak sampai 10% dari aktivasi otak pemain amatir saat bermain.

Penelitian ini membandingkan Neymar dan beberapa pemain Barcelona lainnya dengan pemain-pemain dari divisi 2 Liga Spanyol. Pemain-pemain tersebut dilihat aktivasi neuron pada otaknya saat bermain sepakbola dengan menggunakan MRI. Hasilnya, pemain-pemain dari divisi 2 Liga Spanyol akan melakukan aktivasi neuron pada otak labih banyak ketimbang pemain-pemain Barcelona.

Bahkan jika membandingkan dengan Neymar, aktivasi neuron pada otak pemain muda Brasil ini tidak mencapai 10% dari aktivasi neuron yang dilakukan oleh para pemain dari divisi 2 Liga Spanyol.

Apa artinya ini? Apakah maksudnya Neymar tidak memiliki tingkat intelijensi yang baik sehingga tidak bisa banyak berfikir ketika bermain sepakbola?

Tidak, justru sebaliknya, hasil penelitian ini justru menunjukan betapa jeniusnya pemain muda Brasil ini di bidang sepakbola. Bisa dikatakan Neymar layaknya sedang menggunakan mode autopilot saat bermain sepakbola. Gerakan-gerakan rumit yang dilakukannya sama sekali tidak membutuhkan kerja keras dari otaknya karena sudah merupakan gerakan refleks yang bisa dilakukan sendiri oleh tubuhnya.

�"Dari hasil gambar MRI kami menemukan bahwa aktivasi neuron yang dilakukan oleh Neymar tidak lebih dari 10% aktivasi neuron yang dilakukan oleh pemain amatir,�" kata sang peneliti, Eiichi Naito. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor genetis dan latihan yang telah dijalaninya selama ini,�" tambahnya.

Hasil penelitian ini diumumkan pada Swiss Journal Frontiers pada bidang Neuroscience dan berkesimpulan bahwa Neymar memiliki otak super dalam bidang sepakbola yang memungkinkan dia untuk melakukan gerakan-gerakan kompleks tanpa perlu mengaktifkan banyak neuron pada otaknya. Meski tidak dijadikan sampel percobaan, Naito juga mengatakan bahwa hasil serupa akan terjadi pada Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, dan pemain-pemain kelas dunia lainnya.

Dalam sebuah wawancara yang dilakukan oleh surat kabar Jepang, Naito mengatakan, �"cukup layak untuk mengatakan bahwa mereka (Ronaldo dan Messi) akan menunjukan level yang tidak jauh berbeda saat melakukan gerakan-gerakan dalam sepakbola.�" Peneliti asal Jepang ini menambahkan, �"Mengurangi aktivasi neuron pada otak berarti mengurangi beban kerja otak yang kemudian memungkinkan pemain untuk melakukan gerakan jauh lebih kompleks dalam satu waktu.�"

Untuk melakukan suatu gerakan, otak manusia akan terlebih dahulu menangkap gambaran lingkungan sehingga dapat menentukan ke arah mana manusia tersebut akan bergerak. Kemudian otak akan mengirimkan sinyal kepada otot-otot yang bersangkutan untuk berkontraksi dengan mengaktivasi neuron-neuron yang berhubungan dengan otot-otot tersebut. Otot kemudian akan berkontraksi setelah mendapatkan sinyal dari neuron. Ketika otot berkontraksi otak akan tetap bekerja untuk menjaga agar besarnya tenaga yang dilakukan saat otot berkontraksi tidak berlebihan atau kekurangan.

Proses panjang yang dibutuhkan untuk melakukan suatu gerakan ini akan berlangsung jauh lebih efisien jika dilakukan oleh Neymar saat bermain sepakbola. Beberapa tahapan yang harus dilalui oleh orang biasa akan dapat langsung dilewati dengan lebih singkat oleh Neymar dan pemain dunia lainnya. Hal inilah yang kemudian menyebabkan otak mereka bekerja jauh lebih ringan ketimbang orang-orang biasa.

Jika diibaratkan dengan sebuah perangkat komputer atau laptop, Neymar bagaikan memiliki processor super canggih yang mampu bekerja dengan baik meski sedang membuka program lebih banyak. Hal ini menyebabkan komputer ini dapat membuka program lebih banyak dan lebih kompleks ketimbang komputer dengan processor lebih buruk.



sumber: www.abc.net.au

(abi)

Komentar