Batas Masa Lalu dan Masa Depan Sepakbola Indonesia

Backpass

by redaksi

Batas Masa Lalu dan Masa Depan Sepakbola Indonesia

Sepakbola Indonesia pernah mengenal Qatar National Bank League alias QNB League pada 2015 lalu. Akan tetapi divisi teratas Indonesia edisi 2015 tersebut hanya berjalan kurang dari satu bulan saja. Pada 2 Mei 2015, liga terpaksa dihentikan karena federasi sepakbola Indonesia (PSSI) dibekukan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi.

Saat itu Imam Nahrawi tidak mengakui terpilihnya Ketua Umum PSSI yang baru yakni La Nyalla Mattalitti. Akan tetapi alasan utama Menpora membekukan PSSI adalah karena PSSI mengizinkan musim baru dimulai saat masalah penunggakan gaji di sejumlah kesebelasan dan persoalan dualisme di kubu Arema (Cronus dan Malang) dan Persebaya (DU dan 1927) belum selesai.

Akibat pembekuan tersebut PSSI pun dihukum FIFA sebagai federasi tertinggi sepakbola. Dampaknya, PSSI tidak diakui FIFA sampai kisruh sepakbola dalam negeri tuntas. Timnas Indonesia tidak diakui di ajang internasional. QNB League pun terkena dampaknya, dengan tidak bisa melanjutkan kompetisi.

Terlepas dari kebijakan politik saat itu, mari kita kembali mengenang QNB League 2015 yang baru seumur jagung tersebut. Pada Liga Super Indonesia edisi ketujuh tersebut ada beberapa hal yang pada akhirnya menjadi bagian dari sejarah sepakbola Indonesia.

Sponsor Keenam Liga Indonesia

Qatar National Bank bukan brand atau perusahaan pertama yang nampang menjadi sponsor utama strata teratas Liga Indonesia. QNB merupakan sponsor keenam. Awalnya, QNB telah meneken kontrak hingga tahun 2017 untuk menjadi sponsor utama Liga Super Indonesia.

Sebelum QNB bekerja sama dengan PT Liga, Liga Indonesia tak memiliki sponsor utama pada periode 2011 hingga 2014. Terakhir kali Liga Indonesia memiliki sponsor utama adalah pada periode 2008 hingga 2011. Saat itu PT Liga bekerja sama dengan salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia, Djarum.

Sebenarnya pada 2005 hingga 2007 pun Djarum sudah menempel di Liga Indonesia dengan nama Liga Djarum Indonesia. Namun setelah menjadi format ISL namanya berubah menjadi Djarum Indonesia Super League sehingga Djarum dihitung dua periode. Sebelum Djarum, Liga Indonesia pernah bekerja sama dengan Bank Mandiri (Liga Bank Mandiri), Kansas (Liga Kansas) dan edisi pertama bersama Dunhill (Liga Dunhill).

Pemain Asing Berkualitas dari Eropa Mulai Berdatangan

Pemain asing di Liga Indonesia sudah menjadi kebutuhan utama. Yang menarik, fenomena pemain asing di Indonesia ada pergeseran kecenderungan. Saat ini, pemain asing yang datang dari Eropa mulai menjamur. Bahkan kualitasnya tidak sembarangan. Marko Simic yang sekarang jadi sensasi baru bersama Persija Jakarta merupakan pemain asal Kroasia yang pernah membela Kroasia U-21.

Gelombang pemain asing Eropa berkualitas sebenarnya sudah cukup deras mengalir pada QNB League. Jika pada ISL 2014 hanya ada delapan pemain saja yang berasal dari Eropa, pada QNB League 2015 jumlahnya meningkat signifikan—hingga 20 pemain. Hanya lima kesebelasan yang tidak memakai jasa pemain asing asal Eropa: Arema Cronus, Persebaya DU, Bali United, Perseru Serui, dan Persipura Jayapura. Mitra Kukar menjadi satu-satunya kesebelasan yang memakai tiga pemain asing yang semuanya berasal dari Eropa—Jorge Gotor (Spanyol), Cristian Portilla (Spanyol), dan Ray O`Donovan (Irlandia).

Pemain Eropa yang menjalani debut di Indonesia itu pun beberapa punya nama mentereng. Dimulai dari O`Donovan yang pernah membela timnas Irlandia dan Sunderland; Nemanja Vucicevic (PSM Makassar), gelandang serang Serbia yang pernah menjadi pemain inti di kesebelasan Jerman seperti FC Koln dan 1860 Muenchen; Goran Ljubojevic (Sriwijaya FC), mantan penyerang timnas junior Kroasia yang sempat membela Dinamo Zagreb dan RC Genk (langsung mencetak tiga gol dari tiga laga); hingga Martin Vunk yang direkrut Persija Jakarta berstatus pemain aktif timnas Estonia (beserta Evgheny Kabaev yang merupakan pencetak gol terbanyak Liga Estonia).

Para Pelatih Lokal Masih Punya Tempat

Di QNB League 2015, para pelatih lokal bersaing dengan ketat. Jika sekarang ada 11 pelatih asing yang beredar dari 18 kesebelasan yang ada, saat itu hanya lima pelatih asing saja yang mengarsiteki tim: Arcan Iurie, Hans-Pieter Schaller, Osvaldo Lessa, Scott Cooper, dan Dejan Antonic. Saat itu masih ada nama-nama seperti Benny Dollo, Ibnu Grahan, Edi Simon, Salahudin, hingga (alm.) Suharno.

Salah satu faktor pelatih lokal masih banyak beredar saat itu adalah masih berlakunya Lisensi A Nasional untuk menukangi kesebelasan. Setelah pembekuan dan liga kembali bergulir, salah satu aspek yang dibenahi PSSI adalah peningkatan kualitas pelatih. Lisensi A Nasional tidak lagi diakui karena harus mengacu pada regulasi AFC. Sekarang hanya pelatih berlisensi A AFC (atau setara) yang bisa menukangi kesebelasan Liga 1.

Munculnya Bali United

Saat ini Bali United menjadi kekuatan baru sepakbola Indonesia. Bahkan pada Liga 1 2017 mereka nyaris menjadi juara andai menjelang akhir kompetisi tidak ada insiden "tiga poin gratis" untuk Bhayangkara FC yang akhirnya menjadi juara. Padahal Bali United boleh dibilang merupakan kesebelasan baru di Indonesia.

Bali United pertama kali muncul ke permukaan pada ajang QNB League 2015. Saat itu mereka ditukangi oleh Indra Sjafrie. Bali United pun menjadi kesebelasan yang dihuni banyak pemain muda. Saat itu Bali United punya proyek jangka panjang bersama Indra Sjafrie yang dikontrak lima tahun.

Komposisi Bali United saat itu hanya dihuni oleh dua pemain yang berusia di atas 30 tahun—Yoo Jae-hoon dan Endra Prasetya. Sedangkan pemain berusia 25 tahun mencapai 15 pemain. Bali United memang tidak menargetkan juara pada QNB League tersebut. Bahkan tujuan mereka lebih kepada pengembangan pemain muda dan pengembangan akademi. Tak heran dengan target yang tidak terlalu tinggi tersebut Bali United langsung menelan dua kekalahan.

Mengenai Bali United, mereka sebenarnya merupakan kesebelasan yang sebelumnya bernama Persisam Putra Samarinda pada ISL 2014. Bali United pun di QNB League bernama lengkap Bali United Pusam. Namun setelah QNB League berhenti dan sepakbola Indonesia kembali bergeliat satu tahun kemudian, nama Pusam dihilangkan. Bali United pun tak lagi menjadi kesebelasan yang fokus pada pemain muda seperti awal terbentuknya mereka. Sekarang Bali United sama seperti kesebelasan lain yang juga berambisi meraih prestasi tertinggi di kompetisi sepakbola Indonesia.

Penampilan Terakhir Sejumlah Klub

Selain Bali United, ada beberapa kesebelasan baru di ajang Liga 1 yang bergulir sejak 2017. Kehadiran kesebelasan-kesebelasan baru itu merupakan akhir dari beberapa kesebelasan lama. Kesebelasan-kesebelasan baru tersebut memang muncul setelah merger dengan kesebelasan-kesebelasan yang sebelumnya punya hak tampil di kompetisi teratas Indonesia.

Kesebelasan-kesebelasan tersebut adalah Madura United, PS TIRA, dan Bhayangkara FC. Madura United (MU) muncul setelah merger dengan Persipasi Bandung Raya. PBR adalah kesebelasan semifinalis ISL 2014, masih bernama Pelita Bandung Raya. Pada QNB League 2015, mereka mengubahnya menjadi Persipasi setelah hijrah kandang ke Bekasi.

Sementara itu PS TIRA lahir dari rahim Persiram Raja Ampat. QNB League 2015 adalah ajang terakhir sebelum akhirnya nama Persiram tergantikan. Ketika itu Persiram diperkuat oleh Mbida Messi, Thierry Gatthuesi, dan James Koko Lomell di sektor pemain asing. Namun akhirnya Persiram merger dengan PS TNI pada 2016, dan terus berlanjut hingga Liga 1 2017. Baru pada Liga 1 2018 ini kesebelasan eks Persiram tersebut berganti nama menjadi PS TIRA. Oleh karena itu pula ada sindiran yang berbunyi bahwa PS TIRA adalah PS Tilas Persiram.

Tak seperti MU dan PS TIRA yang merupakan hasil merger dengan kesebelasan yang berlaga di divisi teratas, Bhayangkara FC lahir dengan memanfaatkan dualisme di tubuh Persebaya. Pada ISL 2014 dan QNB League 2015, mereka menggunakan nama Persebaya DU. Padahal kesebelasan ini lahir dari rahim Persikubar Kutai Barat yang ketika diakuisisi lolos ke Divisi Utama.

Persebaya DU sendiri merupakan kesebelasan yang sudah berkali-kali berubah nama karena dianggap mencatut nama Persebaya Surabaya yang lahir sejak 1927. Dimulai dari Surabaya United, Bonek FC, Bhayangkara Surabaya United, sampai akhirnya menjadi Bhayangkara FC setelah merger dengan PS Polri yang mengikuti ajang Piala Bhayangkara 2016.

Usut punya usut, penggunaan nama Bhayangkara FC sendiri sebagai upaya pemilik klub, yang merupakan instansi kepolisian, agar nama polisi atau "Polri" tidak lagi menjadi sasaran cibiran masyarakat khususnya suporter lawan ketika mereka tampil buruk. Walaupun perjalanan Bhayangkara FC dihiasi dengan segudang kontroversi, Bhayangkara FC menjadi juara Liga 1 yang pertama.

Gresik United "Juara" QNB League 2015

Sama seperti kick off-kick off liga Indonesia yang terus mengalami pengunduran jadwal, QNB League juga berkali-kali mengalami pengunduran jadwal. Alasan utama yang membuat QNB League 2015 diundur adalah verifikasi BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) yang menuntut kesebelasan-kesebelasan peserta QNB League 2015 merupakan kesebelasan profesional. Setelah melalui serangkaian verifikasi, akhirnya liga yang awalnya hendak digelar akhir Februari baru dimulai pada awal April, tepatnya 4 April.

QNB League 2015 kemudian berjalan hingga 11 April. Saat itu liga hendak memasuki pekan ketiga. Pekan ketiga ini sudah melangsungkan pertandingan antara PSM Makassar melawan Sriwijaya FC (3-3) dan Barito Putera vs Gresik United (0-1). Saat itu isu pembekuan sudah muncul. Liga sendiri dipaksakan berjalan meski verifikasi klub belum selesai dilaksanakan oleh BOPI. Karena BOPI yang bekerja sama dengan pemerintah dianggap menghambat jalannya liga, saat itulah PSSI sudah menghentikan liga dan mengancam akan menghentikan kompetisi.

Karena BOPI dan pemerintah tetap pada pendiriannya bahwa liga boleh berjalan dengan syarat segala kewajiban sebagai klub profesional sudah terpenuhi dan PSSI keukeuh ingin menjalankan liga dengan permasalahan yang ada, bahkan melakukan pemilihan Ketua Umum PSSI, Menpora akhirnya turun tangan dengan tidak mengakui pengurus PSSI yang baru dan membekukan organisasi yang berdiri sejak 1930 tersebut. Intervensi pemerintah, dan gagalnya upaya membujuk pemerintah untuk mencabut pembekuan, ini yang membuat PSSI akhirnya menghentikan semua kompetisi Indonesia per 2 Mei 2015.

Saat QNB League 2015 dihentikan, Gresik United sedang berada di puncak klasemen dengan poin sembilan—hasil dari tiga kemenangan dari tiga laga. Gresik United dikuntit oleh Persipura Jayapura dan Persib Bandung yang sama-sama meraih poin enam. Karena hal inilah Gresik United disebut sebagai "juara" QNB League 2015, yang tentunya hanya sekadar guyonan semata.

***

Setelah QNB League 2015 dihentikan dan PSSI dihukum FIFA, Indonesia disebut-sebut berada di titik nadir. Peringkat Indonesia di FIFA terjun bebas hingga posisi 171. Para pemain nasibnya terkatung-katung. Sepakbola Indonesia benar-benar mati suri.

Meski begitu selalu ada hikmah di balik setiap musibah. Para pemain muda masa depan Indonesia mulai bermunculan menunjukkan tajinya setelah pembekuan dicabut. Kesebelasan-kesebelasan Indonesia mulai benar-benar diprofesionalkan meski belum profesional secara utuh. Pelatih-pelatih lokal terpaksa harus menaikkan level hingga B dan A AFC untuk bisa tetap eksis di divisi teratas Indonesia. Kurikulum baru bertajuk FILANESIA (Filosofi Sepakbola Indonesia) pun lahir sebagai cetak biru filosofi permainan Indonesia di masa yang akan datang.

Pada akhirnya QNB League 2015 akan menjadi potongan besar dalam sejarah sepakbola Indonesia. Walau dampaknya belum terasa secara signifikan bagi timnas dan sepakbola nasional secara keseluruhan, QNB League 2015 adalah batas masa lalu dan masa depan sepakbola Indonesia. Sekarang tinggal bagaimana federasi dan penyelenggara liga tetap konsisten memperbaiki kualitas liga demi membaiknya prestasi sepakbola nasional, agar peristiwa yang terjadi pada pertengahan 2015 tersebut menjadi pijakan awal sepakbola Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.


Simak cerita dan sketsa adegan Rochi Putiray tentang rasisme yang jadi musuh bersama di sepakbola:

Komentar