Warisan Carlo Tavecchio untuk Timnas Italia

Backpass

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Warisan Carlo Tavecchio untuk Timnas Italia

Halaman kedua

Saat ini, regenerasi mulai terlihat dalam skuat timnas Italia. Saat artikel ini ditulis, dari 27 pemain skuat terakhir mereka, hanya ada tujuh pemain saja yang berusia di atas 30 tahun. Itu menjadi sinyal positif karena pada Piala Eropa 2016 saja, dari 23 pemain, 9 di antaranya berusia di atas 30 tahun.

Pemain Italia memang sudah mulai bersaing dengan para pemain non-Italia di Serie A. Musim 2016/17, Andrea Belotti mencetak 26 gol, berada di posisi tiga pencetak gol terbanyak. Saat ini Immobile memimpin daftar pencetak gol terbanyak Serie A sementara (sampai pekan ke-28). Dari daftar top asis, selain ada Immobile, terdapat Candreva, Simone Verdi, dan Lorenzo Insigne. Kiper-kiper potensial pun bermunculan: dimulai dari Donnarumma, Mattia Perin, dan Marco Sportiello hingga Alex Meret dan Simone Scuffet.

Menurut data Transfermarkt hingga akhir 2017, persentase penggunaan pemain asing (non-Italia) di Serie A berangsur menurun. Pada musim 2014/15 tercatat mencapai 50,4%, sementara pada musim 2016/17 persentasenya berkurang menjadi 44%. Begitu juga dengan rataan usia skuat (termasuk pemain akademi). Jika pada musim 2014/15 rataannya 24,5 tahun, musim 2016/17 menjadi 22,7 tahun.

Angka yang sebenarnya tidak terlalu mengejutkan karena belakang mulai bermunculan pemain Italia di Serie A, masih banyak yang belum dilirik timnas Italia, Italia diprediksi akan memiliki skuat yang mumpuni pada Piala Eropa 2020 atau Piala Dunia 2022. Dari sektor penjaga gawang hingga lini depan, Italia takkan khawatir jika pemain-pemain seperti Gianluigi Buffon, Giorgio Chiellini, Andrea Barzagli, Thiago Motta, Claudio Marchisio, atau Daniele De Rossi memutuskan pensiun dari timnas. Simak skuat bayangan Italia untuk Piala Dunia 2022 prediksi kami:

Jika dilihat, para pemain di atas akan berada di kisaran 27-30 tahun pada Piala Dunia 2022 nanti. Pada usia tersebut biasanya pemain akan mencapai performa puncak dalam kariernya. Terlihat juga para pemain yang ada di daftar atas berada dalam satu generasi.

Dari generasi di atas, pemain-pemain seperti Rugani, Romagnoli, Caldara, Donnarumma, Gagliardini, Conti, Benassi dan Bernardeschi baru muncul setelah diberlakukannya aturan 25 pemain oleh FIGC baru pimpinan Tavecchio. Belum lagi pemain-pemain muda lainnya yang masih akan bermunculan mengingat aturan baru di Serie A ini membuat bibit-bibit baru harapan masa depan Italia bisa mendapatkan kesempatan untuk unjuk gigi di liga teratas Italia. Ini tidak akan terjadi andai FIGC tidak memperketat aturan sehingga para pemain asing tidak terlalu banyak beredar di Italia.

***

Satu hal yang bisa kita pelajari dari FIGC yang berulang tahun hari ini adalah, federasi memang turut bertanggung jawab atas krisisnya prestasi tim nasional serta menurunnya kualitas pemain dalam negeri. FIGC, melalui Carlo Tavecchio kemudian memberlakukan aturan baru pada awal musim 2015/16 mengenai maksimal 25 pemain overage yang delapan di antaranya wajib merupakan produk akademi Italia (minimal empat pemain dari klub masing-masing).

Hasilnya, jumlah pemain tua di Italia mulai berkurang dan talenta-talenta muda Italia pun mulai bermunculan, bahkan melahirkan generasi emas yang bisa dituai timnas Italia pada Piala Dunia 2022 atau bahkan Piala Eropa 2020. Ini setidaknya menjadi warisan positif dari Tavecchio yang dicap gagal karena Italia gagal tampil di Piala Dunia 2018.

PSSI yang sedang membenahi sepakbola Indonesia bisa mencontoh ini dan memang mulai memberlakukan aturan yang tak jauh berbeda untuk Liga 1 2018. Setelah musim lalu memaksakan tiga pemain U-23 wajib bermain setidaknya 45 menit, musim ini aturan tersebut dihilangkan namun setiap kesebelasan wajib memiliki minimal tujuh pemain di bawah U-23.

Hal ini cukup positif, walau setiap klub maksimal memiliki 30 pemain. Karena bisa jadi aturan ini akan membuat klub tidak akan terlalu membongkar pasang pemain, setidaknya untuk memenuhi regulasi, tidak seperti beberapa tahun ke belakang di mana perombakan tim sangat biasa terjadi.

Dampak positif lainnya, setiap klub mungkin akan mulai memaksimalkan para pemain U-19 mereka. Hal itu sebenarnya sudah dilakukan beberapa kesebelasan seperti Borneo FC, Persipura Jayapura, atau PSM Makassar. Harapan besarnya tentu setiap kesebelasan punya akademi masing-masing agar mereka bisa menciptakan pemain berkualitas yang sesuai dengan filosofi masing-masing klub; pada akhirnya, tentu ini diharapkan bisa meminimalisir juga pemain asing dan pemain naturalisasi demi tim nasional yang lebih baik.


Artikel ini merupakan pengubahan secukupnya dari artikel kami yang lebih dulu naik di About the Game kolom detiksport dengan judul "Kado dari FIGC untuk Italia: Generasi Pemain yang Bisa Membuat Italia Juara Piala Dunia 2022".

Komentar