Kesedihan McDonald Bersaudara

Backpass

by Ardy Nurhadi Shufi 38814

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Kesedihan McDonald Bersaudara

Halaman kedua

Ray masih sedikit tidak percaya akan datang pesanan sebanyak itu. Apalagi pesanan itu dari San Bernardino, yang letaknya jauh dari tempatnya berada, yakni St. Louis. Tapi rasa penasaran mendorongnya untuk menempuh perjalanan sejauh 1.783 mil, atau hampir 3.000 kilometer, ke San Bernardino, untuk melihat sendiri restoran macam apa yang tertarik dengan mixer-nya.

Sesampainya di San Bernardino, Ray langsung menyaksikan McD milik Dick dan Mac yang ramai pengunjung. Ia pun coba mengantre untuk memesan makanan di sana. Ray, yang ketika itu berusia 52 tahun, terkejut dengan pelayanan McD karena ia hanya menunggu 30 detik untuk mendapatkan pesanannya.

Ray yang sedang menyantap hamburger kemudian dihampiri oleh Mac. Dari perbincangan kecil, akhirnya Mac mengajak Ray untuk berkeliling di dapur McD. Ketika Ray melihat dapur McD yang bekerja begitu cepat, terstruktur, dan kualitasnya terjaga berkat supervisi Dick, Ray mengajak Mac dan Dick untuk makan malam. Ia ingin mendengar cerita bagaimana keduanya bisa mendapatkan ide membuat restoran cepat saji.

Dari situlah Ray yang sepanjang hidupnya gila akan kesuksesan melihat kesempatan emas. Ia membayangkan restoran milik Dick dan Mac itu diwaralabakan agar bisa menjadi restoran yang tersebar secara nasional, yang juga mendatangkan banyak keuntungan. Ray menawarkan diri sebagai agen penjualan waralaba McD.

Awalnya Dick ragu untuk menerima tawaran Ray. Tetapi berkat bujukan Mac, yang ingin mewujudkan mimpi Dick, yakni menjadikan McD lebih dikenal lebih luas, akhirnya Dick setuju. Ray pun bergerak dengan menawarkan McD ke banyak investor yang dikenalnya. Ia juga mendirikan McD-nya sendiri di Illnois, bermodalkan dari menggadaikan rumah yang ia tinggali bersama istrinya.

Sosok Ray Kroc bersama foto konsep awal McDonald`s buatan Dick McDonald

Ternyata banyak yang tertarik dengan konsep McD milik Dick dan Ray. Setiap bulan, setidaknya dibangun tiga gerai McD baru di berbagai tempat. Tetapi ketika Ray hendak membuat McD di tempat lain, ternyata ia kehabisan tabungannya. Setelah ditelisik, ternyata perjanjian antara Ray dan McDonald bersaudara tak membuatnya mendapatkan banyak keuntungan dari McD.

McDonald bersaudara memang memegang penuh kuasa atas waralaba McD. Keduanya pun mewajibkan setiap gerai McD di mana pun berada harus sesuai dengan SOP yang mereka buat, demi menjaga kualitas dan ke-khas-an McD itu sendiri. Dari perjanjian tersebut juga Ray hanya mendapatkan 1,9% keuntungan setiap gerai (McDonald bersaudara hanya 0,5%).

Dari sinilah friksi antara Ray dan McDonald bersaudara mulai timbul. Ray merasa kesepakatan awal perlu diubah. Ray menginginkan kenaikan keuntungan menjadi 4%. Hal itu ditolak oleh Dick, otak dari restoran McD. Dick dan Mac memang tidak terlalu mementingkan pendapatan dari gerai lain, karena tujuan awal mereka mewaralabakan McD adalah agar nama McD bisa lebih dikenal di seluruh Amerika Serikat. Tapi hal berbeda dengan Ray; ia ingin meraup keuntungan sebesar-besarnya.

Ray, yang ketika itu sudah memiliki 13 lokasi waralaba di 9 negara bagian AS memang merugi. Dengan keuntungan "sekecil" itu ia tak bisa membayar utangnya pada pegadaian untuk menebus sertifikat rumahnya. Secercah harapan datang untuk Ray setelah ia bertemu konsultan keuangan, Harry Sonneborn.

Harry Sonneborn (kanan) bersama Ray Kroc

Setelah Harry melihat buku keuangan Ray, Harry mendapatkan sebuah kesimpulan yang mengagetkan Ray. Menurut Harry, Ray salah menduga terkait waralaba. Pendapatannya sedikit karena Ray hanya menjual merek. Padahal menurut Ray, bisnis waralaba seperti yang sudah dilakukan Ray sebenarnya bisa dialihkan menjadi bisnis real estate. Ray seharusnya menyewakan tempat gerainya untuk keuntungan lain di luar keuntungan dari merek McD itu sendiri.

Atas ide brilian itu, tanpa memberi tahu McDonald bersaudara, Ray membuat perusahaan real estate Franchise Realty Corporation. Ray membeli lahan kosong, membangun restoran McD yang ikonik dengan lambang M melengkung (Golden Arches), lalu menyewakan tempat tersebut pada para investor. Dari situ pendapatannya meningkat drastis karena para investor tersebut setiap bulan/tahunnya memberikan keuntungan bersih sebesar 1,9% sekaligus membayar sewa tempat. Saat itu waralaba McD pun bisa dimiliki siapa saja karena jika tak memiliki lahan bangunan untuk restorannya, tetap bisa menjalankan McD dengan menyewa tempat kepada Ray atau memilikinya dengan sistem kredit.

Semakin banyak investor tertarik, semakin tersebar pula McD ke seluruh pelosok Amerika Serikat. Di saat bersamaan, Ray dan Mac yang akhirnya mengetahui adanya perusahaan real estate milik Ray merasa dicurangi. Tetapi, McDonald bersaudara tak bisa berbuat banyak karena yang dilakukan oleh Ray memang tidak melanggar kesepakatan kedua belah pihak.

Ray kemudian semakin melangkahi McDonald bersaudara dengan segala eksperimennya pada McD. Salah satu eksperimen paling vital adalah dengan mengganti bahan es krim, dari susu perah asli menjadi susu bubuk (dilakukan untuk mengurangi pengeluaran). Semua McD di bawah waralabanya dikirimi susu bubuk tersebut; gerai milik McDonald bersaudara tidak.

Dick, yang ingin menjaga kualitas ketimbang keuntungan, marah besar ketika mengetahui hal ini. Menurutnya, hal tersebut tidak sesuai dengan ide McD yang ia bangun: segala sesuatunya harus asli, demi menciptakan restoran yang ramah untuk keluarga. Menggunakan susu bubuk artinya mengurangi manfaat dari susu itu sendiri. Ray bergeming dengan keputusannya.

Ray pun akhirnya melangkah lebih jauh. Kesuksesan bisnis real estate-nya membuatnya lupa diri. Ia menceraikan istrinya untuk mendapatkan perempuan lain, yang merupakan istri dari salah satu pemilik gerai McD, yang juga merupakan koleganya. Ia pun mengubah nama perusahaannya dari Franchise Realty Corporation menjadi The McDonald`s Corporation, termasuk membuat logonya sendiri.

McDonald bersaudara kembali memprotes inovasi yang dilakukan Ray tersebut. Bahkan Mac, yang awalnya membela Ray, kehabisan kesabaran dengan mempertanyakan keberadaan The McDonald`s Corporation. Tapi protesnya itu berujung pada pemberian cek kosong dari Ray. Ray ingin membeli hak penuh atas merek McDonald`s; berapapun harganya.

McDonald bersaudara menyadari kekuatan finansialnya tak cukup untuk menuntut bahkan melawan Ray. Apalagi saat itu penyakit diabetes Mac kambuh. Akhirnya keduanya sepakat melepas merek McDonald`s kepada Ray. Keduanya meminta 2,7 juta dolar AS (masing-masing 1,35 juta dolar AS) sebagai pembelian merek McD. Satu permintaan lain, McDonald bersaudara tidak akan menyerahkan restoran mereka.

"Aku ingat saat pertama kali melihat nama itu (McDonald`s) membentang di kiosmu. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Saat itu juga aku berkata, `aku harus memilikinya`. Sekarang aku memilikinya," ucap Ray pada Dick saat keduanya menyepakati pembelian McDonald`s.

***

Ray mendapatkan McDonald`s pada 1961, atau tujuh tahun setelah pertama kali ia berkunjung ke McDonald`s milik Dick dan Mac. Berkat kegigihan Ray pula McD kemudian semakin berkembang pesat. Pada 1970 ia sudah memilik 1600 gerai di 50 negara bagian AS dan 5 negara asing, dengan pendapatan sekitar 700 juta dolar AS per tahun. Pada 1974, Ray mampu memiliki klub bisbol, San Diego Padres.

Namun dalam sejarah McD saat ini, mereka tidak menceritakan bagaimana perjuangan McDonald bersaudara memulai revolusi restoran makanan cepat saji. Jika melihat situs-situs resmi McD, pada bagian sejarah, mereka akan menceritakan perjalanan seorang Ray Kroc dimulai dari nol sampai akhirnya memiliki McD. Tahun berdiri McD pun disebutkan pada 1954, tahun berdirinya McD pertama milik Ray yang terletak di Illnois, bukan 1940 yang merupakan tahun berdirinya McD pertama milik Dick dan Ray.

Tapi jika Ray tidak melakukan manuver bisnisnya, mungkin kita tidak akan pernah mencicipi menu McD yang sekarang hampir ada di seluruh dunia, termasuk tidak akan ada pula 23 Februari 1991 yang menjadi hari bersejarah McD di Indonesia. Tanpa Ray juga McD tidak akan bisa menjadi sponsor resmi hajatan terbesar sepakbola, Piala Dunia. Namun di saat bersamaan, kesuksesan McD ini menjadi kesedihan bagi Dick McDonald dan Ray McDonald yang telah bersusah payah menemukan gagasan restoran cepat saji.


Naskah ini merupakan penceritaan ulang dari film tentang sejarah McDonald`s itu sendiri yang berjudul The Founder (2016). Foto-foto di atas pun diambil dari film tersebut.

Komentar