Menjadi Italia Namun Pindah Juga

Backpass

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Menjadi Italia Namun Pindah Juga

Sulit untuk tidak melihat permohonan kewarganegaraan Italia yang diajukan Ricardo Kaka sebagai sesuatu yang ia lakukan untuk AC Milan. Untuk apa pula Kaka memperjuangkan kewarganegaraan di negara yang tim nasionalnya tak bisa ia bela?

Kaka resmi menjadi warga negara Italia pada 12 Februari 2007. Ketika ia memperlihatkan paspor Italianya sembari tersenyum, Kaka seperti menyatakan ‘Aku suka di Milan dan aku ingin tinggal di sini selamanya.’ Tidak bisa tidak, walau malam itu bukan kalimat tersebut yang keluar dari mulut Kaka.

“Ini sebuah kehormatan,” ujar Kaka. “Sekarang aku warga negara Brasil dan Italia. Aku sangat senang. Ini membantuku, dan barangkali akan membantu Milan.” Karena sudah menjadi warga negara Italia, Kaka bisa didaftarkan Milan sebagai pemain Uni Eropa sehingga slot pemain asing yang memang tak banyak jumlahnya bisa dialokasikan untuk pemain lain.

VIDEO: Kompilasi skill dan gol terbaik Kaka



Pernyataan terang-terangan Kaka mengenai pilihannya untuk lebih baik bertahan di Milan ketimbang pindah ke klub lain baru benar-benar terlontar pada 2009, saat rumor kepindahannya ke Manchester City berhembus kencang. Itupun karena situasi mengharuskan, bukan karena Kaka tak pernah menunjukkan kecintaannya kepada Milan.

“Jika Milan ingin menjualku,” kata Kaka sebagaimana diwartakan The Times, “aku akan duduk dan membicarakannya. Aku katakan selama klub tidak berniat menjualku, aku tentu akan bertahan.”

Tawaran 100 juta paun yang datang di tengah musim tentu sangat menggoda. Pada 19 Januari 2009, Silvio Berlusconi menyudahi rumor dengan menyatakan “Kaka bertahan di Milan. Ia menolak uang yang ditawarkan dan ia tidak akan meminta peningkatan jumlah. Ia lebih suka bertahan di Milan.”

Berlusconi, yang berbicara lewat stasiun televisi Italia 7, menambahkan: “Uang bukan segalanya untuk Kaka. Ia bertahan bersama kami. Ada yang lebih penting dari uang. Kami bahagia. Kami menawari sang pemain untuk mempertimbangkan keputusannya dan meraup keuntungan besar untuk dirinya sendiri, namun ia menganut nilai-nilai yang lebih tinggi.”

“Keputusan ini tergantung saya dan tergantung ia juga. Ketika saya mendengar bahwa ia memilih untuk bertahan, bahwa ia pikir ia tidak akan melewatkan kesempatan besar dan bahwa ia lebih memilih nilai-nilai bendera kami, nilai-nilai kedekatan dan persahabatan, kehangatan dan kasih sayang yang ditunjukkan para pendukung belakangan ini, saya katakan ‘hore’ dan kami berpelukan. Kaka bertahan di Milan.”

Kaka bertahan di Milan karena itu yang ia inginkan. Namun kontrol penuh situasi bukan miliknya. Pada akhirnya Kaka -- yang oleh salah satu jurnalis yang mengikuti perjalanan kariernya disebut sebagai ‘pria yang sangat baik di profesi yang penuh dengan orang berengsek’ -- pindah juga. Bukan ke City, melainkan Real Madrid.

Masih di 2009, pada Juni, diwartakan bahwa Florentino Perez mengajukan tawaran sebesar nyaris 70 juta paun kepada Milan untuk memboyong Kaka. Lebih kecil dari tawaran City enam bulan sebelumnya, namun Milan sangat membutuhkan uang.

“Kami makan siang dan berbincang mengenai Kaka,” ujar Galliani kepada La Gazzetta dello Sport setelah tertangkap kamera bertemu dengan Perez bersama Bosco Leite, ayah sekaligus agen Kaka, di Madrid. “Saya tidak menyangkal. Negosiasi ada, namun kesepakatan belum tercapai.”

Menjustifikasi penjualan pemain yang sudah sepenuh hati membela Milan, Galliani menambahkan: “Kita semua punya hati, namun nilai yang ada sudah sedemikian rupa hingga bahkan mereka yang berhati besar pun harus menghadapi ini dan memperhitungkannya sendiri.”

“Kaka selama ini bersikap baik, tidak pernah meminta penyesuaian atau perpanjangan kontrak. Ia sudah enam tahun di sini dan memenangi semua yang bisa dimenangi. Namun kami tidak boleh kehilangan 70 juta paun. Alasan kepindahan Kaka ekonomis.”

Kaka sendiri sedikit bicara mengenai kepindahannya dari Milan. “Sekarang opera sabun ini sudah berakhir,” ujar sang pemain sebagaimana diwartakan Guardian. “Detail yang tertinggal hanya tinggal pemeriksaan kesehatan, dan aku sudah menjalaninya. Negosiasi sudah ditutup dan aku telah menyelesaikan kepindahanku ke Madrid.”

“Semua yang kulakukan untuk Milan kulakukan berdasar kesepakatan bersama, sejak aku tiba hingga aku pergi hari ini. Aku pergi lewat pintu depan. Aku telah memenangi semua yang bisa kumenangi sebagai pemain dan ini motivasi baru untukku.”

Pada 8 Juni 2009, kepindahan Kaka ke Madrid dikonfirmasi. Dua gelar dan 120 pertandingan berselang, Kaka kembali berseragam merah-hitam setelah kontraknya di Madrid habis dan tak diperpanjang.

Komentar