Dua Kutub Bumi di Satu Lapangan

Backpass

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Dua Kutub Bumi di Satu Lapangan

Sao Paulo Futebol Clube (FC) merupakan salah satu kesebelasan bersejarah dan sarat prestasi sepakbola Brasil. Di kompetisi divisi teratas Brasil, bersama Santos, Flamengo, Internacional, dan Cruzeiro, Sau Paulo masuk dalam jajaran lima kesebelasan yang belum pernah merasakan pahitnya getir degradasi.

Sejarah panjang, prestasi gemilang, dan nama besar yang dimiliki Sau Paulo FC membuat salah satu kesebelasan asal Macapa, salah satu daerah di wilayah Amapa, Brazil Utara, membentuk sebuah kesebelasan dengan nama Sao Paulo Futebol Clube AP pada 3 Februari 1988. Kemiripan Sao Paulo AP dengan Sao Paulo FC tak terlihat hanya dari aspek nama. Lebih dari pada itu, warna seragam dan logo tim Sao Paulo AP juga dibuat mirip dengan Sao Paulo FC.

Namun, Sao Paulo AP dan Sao Paulo FC tetaplah dua kesebelasan berbeda dan tak merumput dalam satu kompetisi yang sama. Sao Paulo FC merupakan kesebelasan yang bermain di kompetisi divisi teratas sepakbola Brasil, Paulista A. Sementara Sao Paulo AP, bermain di level kompetisi terendah Brasil, Campeonato Amapaense (kompetisi sepakbola di negara bagian Amapa).

Berbeda jauh dengan Sao Paulo FC yang dikenal sebagai kesebelasan besar sarat prestasi dalam sejarah sepakbola Brasil, Sao Paulo AP hanyalah tim kecil yang minim prestasi. Meski begitu, Sao Paulo AP bukan tidak memiliki keunikan yang khas. Keunikan Sao Paulo AP terdapat pada stadion yang menjadi homebase mereka, El Estadio Milton Corre.

Sekilas, bentuk stadion yang juga dikenal dengan nama Estadio Zerao itu biasa saja. Berbicara kemegahan pun, Estadio Zerao jauh dari kata megah. Apalagi bila dibandingkan dengan Stadion Morumbi, homebase Sao Paulo FC, yang memiliki kapasitas lebih dari 60 ribu kursi. Estadio Zerao hanya berkapasitas 13.680 kursi.

Estadio Zerao tergolong sebagai stadion kecil di Brasil. Namun stadion ini juga salah satu yang paling unik dan ikonik. Keunikan Estadio Zerao adalah letaknya. Garis tengah lapangan di stadion ini sejajar dengan garis khatulistiwa.

Di dunia, hanya ada 13 negara yang dilalui oleh garis khatulistiwa. Brasil salah satunya. Setidaknya ada enam kawasan di Brasil yang dilintasi garis khayal yang membelah Bumi bagian utara dan selatan itu.

Penanda bahwa Estadio Zerao merupakan stadion yang membagi belahan bumi bagian utara dan selatan adalah monumen khatulistiwa, yang berada dekat dengan kompleks stadion tersebut. Saat Estadio Zerao dibangun pada 1990 silam, letak garis tengah lapangan stadion sengaja dibuat sejajar lurus dengan monument khatulistiwa Macapa.

Tribun utara dan selatan di stadion tersebut tak ubahnya merepresentasikan perwakilan suporter sepakbola dari kawasan bumi bagian utara dan selatan. Kesebelasan yang bermain di Estadio Zerao pun bisa mendapatkan pengalaman yang menakjubkan. Tentu saja, mereka bisa membuat dua gol atau lebih di dua belahan dunia yang berbeda dalam tempo 90 menit pertandingan.

Sensasi tersebut, takkan mungkin bisa dirasakan di stadion megah manapun di dunia. Sebab, Estadio Zerao merupakan satu-satunya stadion sepakbola yang langsung dilintasi garis khatulistiwa.

Lokasi Estadio Zerao. Sumber: Twitter @microsiervos

Keunikan Estadio Zerao sempat membuat beberapa pihak melempar usulan untuk menjadikannya sebagai salah sau venue pertandingan Piala Dunia 2014. Namun usulan tersebut tak berbuah nyata. Fasilitas dan kapasitas penonton yang tak memenuhi standar FIFA, membuat usulan tersebut ditolak.

Kendati demikian, saat Brasil tengah bersolek mempersiapkan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014, Pemerintah Macapa pun turut mendandani stadion tersebut agar terlihat lebih modern. Setelah proses renovasi yang dilakukan pada 2014, kapasitas stadion bertambah dari 10 ribu kursi menjadi 13.680 ribu kursi.

Selain itu, di area komplek stadion dibangun pula museum sepakbola. Tak kalah penting, rumput dan sistem drainase pun perbarui. Saat ini Estadio Zerao menjadi salah satu stadion dengan sistem drainase terbaik di Brasil.

"Zerao, di Amapa, adalah contoh bagaimana pemerintah federal bekerja sehingga, memanfaatkan Piala Dunia dan Olimpiade, semua wilayah di negara ini memperbaiki infrastruktur olahraga,” kata Menteri Olahraga Brasil, Aldo Rebelo, dilansir dari Esporter pada 2014 lalu.

Tak semudah yang dibayangkan

Melalui segala keunikan yang dimiliki Estadio Zerao, tak berlebihan menyebutnya sebagai salah sau stadion paling ikonik di dunia. Namun bermain di Estadio Zerao bukanlah satu perkara mudah. Sebab pesepakbola yang bermain di sana akan berhadapan dengan kondisi cuaca panas yang menyengat. Umumnya, daerah yang dilintasi garis khatulistiwa memiliki suhu di atas rata-rata.

Di Macapa, suhu normal rata-rata bekisar pada 24 derajat celsius pada pagi hari dan 31 derajat celsius pada siang hingga sore hari. Perkiraan suhu di atas tidak akan berlaku bila kawasan Macapa sedang mengalami fenomena kulminasi, yang merupakan peristiwa ketika matahari berada di garis bujur tempat kita berdiri.

Saat fenomena kulminasi terjadi, maka suhu bisa meningkat drastis. Artinya, kondisi permukaan bumi menjadi lebih panas dari biasanya. Peningkatan suhu di daerah Macapa umumnya terjadi dari bulan Oktober hingga Januari. Rata-rata suhu tertinggi dalam periode tersebut mencapai 39 derajat celcius. Suhu menurun saat memasuki bulan Februari hingga September, dengan rata-rata suhu tertinggi mencapai 32 derajat celcius.

Umumnya, dalam pertandingan sepakbola yang berlangsung dalam cuaca panas akan diberlakukan water break, atau jeda waktu tambahan saat pertandingan berlangsung. Water break dianjurkan untuk digunakan dalam kondisi pertandingan di daerah bersuhu tinggi guna menghindarkan pesepakbola dari dehidrasi.

Aturan water break pun ada dalam aturan FIFA dengan standar pemberlakuan water break pada pertandingan yang berlangsung di daerah dengan suhu di atas 32 derajat Celcius.

Masalah yang paling sering dihadapi pesepakbola saat tampil dalam pertandingan bersuhu tinggi adalah kelelahan hebat dan dehidrasi. Pasalnya, tubuh akan berada dalam tekanan besar saat berolahraga. Selain terus mengeluarkan keringat, kondisi tubuh saat bergerak aktif pun akan membuat kerja otot akan meningkat hingga menghasilkan panas yang lebih dari biasanya.

Dalam keadaan tubuh yang bergerak aktif, panas yang dihasilkan tubuh mencapai 20 kali lipat besarnya dari panas yang dihasilkan saat diam. Oleh sebab itu, pesepakbola yang tidak terbiasa bermain di daerah bersuhu tinggi akan lebih cepat mengalami kelelahan. Sementara untuk yang sudah terbiasa, umumnya mereka piawai dalam menjaga sirkulasi suhu tubuh mereka, dan membuat performa di lapangan tak terganggu.

Tapi untungnya daerah yang dilintasi oleh garis khatulistiwa umumnya beriklim tropis. Macapa merupakan daerah beriklim tropis, sehingga curah hujan di daerah tersebut cukup tinggi. Musim hujan di Macapa umumnya berlangsung dari Desember hingga Agustus. Sementara dari September hingga November, daerah Macapa akan mengalami musim kemarau.

Tingginya curah hujan di Macapa, setidaknya, bisa membantu mengurangi suhu tinggi di daerah tersebut. Saat pertandingan dilangsungkan pada sore hari dalam kondisi hujan, setidaknya potensi pesepakbola mengalami dehidrasi bisa lebih mudah dihindari.

(pik)

Komentar