Sang Pionir Attacking Full-Back

Backpass

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Sang Pionir Attacking Full-Back

Pada 18 Juli 1942 di Treviglio, kota terbesar kedua di Provinsi Bergamo, Italia, seorang pekerja perusahaan kereta api melahirkan anak laki-laki yang kelak menjadi ikon permainan asli sepakbola Italia. Anak itu dinamai Giacinto Facchetti. Bagaikan prolog sebuah epos, tak ada yang menduga kalau ia akan menjadi seorang legenda di negeri pizza.

Ketika usianya menginjak 18 tahun, dengan postur setinggi 1,8 meter dan berat badan 85 kg, Facchetti bermimpi menjadi seorang atlet atletik. Layaknya pemuda, ia juga punya cita-cita setinggi langit: menjadi juara Olimpiade. Untunglah Facchetti bukan seorang pemuda yang sekadar bermimpi, ia juga berupaya menggapai apa yang diimpikannya lewat latihan keras dan disiplin tinggi.

Namun pada 1956 ia justru bergabung dengan kesebelasan lokal, Trevigliese. Selain terkenal sebagai penyerang dengan kemampuan penguasaan bola yang menjanjikan, Facchetti juga mahir dalam melesatkan tembakan keras dan memiliki akurasi umpan silang yang tinggi.

Empat tahun merumput bersama kesebelasan kampung halamannya, bakat sepakbola Facchetti mulai terendus Helenio Herrera yang kala itu menjadi pelatih Internazionale Milan. Facchetti pun menjadi bagian dari skuat Inter Milan pada 1960.

Bergabungnya Facchetti ke Inter menjadi penanda awal kejayaan catenaccio.

Alih-alih diplot sebagai penyerang, Facchetti dibentuk menjadi seorang full-back kiri di tangan Herrera. Kecepatan alami serta teknik yang mumpuni diyakini Herrera sebagai modal yang pas bagi Facchetti untuk bermain di sisi kiri pertahanan Inter saat itu. Keyakinan Herrera memang bukan sekadar angan-angan. Facchetti pun terbukti piawai mengadang serangan; kebanyakan lawannya bahkan tak mampu melewati garis tengah lapangan.

Facchetti juga sering membantu serangan dengan memanfaatkan kecepatannya. Sebanyak 59 gol dari 476 pertandingan bersama Inter di Serie A adalah bukti bahwa umpan-umpan silangnya dan sepakan kerasnya tetap bisa diandalkan.

Lewat permainan briliannya, Facchetti berhasil mengukuhkan diri sebagai kunci strategi catenaccio a la Herrera. Serangan balik Inter yang diimbangi pertahanan solid menjadi kengerian tersendiri di mata lawan. Facchetti pun dianggap sebagai pionir attacking full-back di ranah persepakbolaan dunia. Keunggulan lain Facchetti sebagai pemain bertahan: rapi ketika mencuri bola dari kaki lawan.

Konon, gaya bermain Franz Beckenbauer terinspirasi aksi Facchetti selama di lapangan. Pele juga tak ragu memilihnya untuk masuk ke dalam daftar 125 pesepakbola terbesar dalam perayaan ulang tahun ke-100 FIFA.

Cita-citanya sebagai atlet atletik pun perlahan terlupakan seiring dengan pencapainannya sebagai pesepakbola. Bagi Facchetti, sepakbola adalah salah satu hal langka yang membuat orang berbicara positif tentang Italia.

Kontribusinya sebagai kunci keberhasilan permainan kesebelasannya, berhasil membantu Nerazzurri meraih juara Serie A tiga kali berturut-turut mulai 1962/63 sampai 1965/66, dan selanjutnya pada 1970/71. Bersama Inter juga ia berhasil meraih trofi European Cup (Liga Champions) dua kali berturut-turut, yakni pada 1963/64 dan 1964/65.

Namun cerita Facchetti bukannya tanpa kelabu. Penyesalan terbesarnya sebagai pesepakbola adalah ketika ia gagal mengantarkan Italia menjadi juara Piala Dunia 1970 akibat takluk di tangan Brasil dengan skor 1-4.

Facchetti adalah antinomi dari stereotipe yang sering dilekatkan pada pemain bertahan sebagai wakil dari permainan kasar sepakbola. Meski berposisi sebagai pemain bertahan di sepanjang kariernya bersama Inter, Facchetti hanya menerima satu kartu merah. Itupun bukan karena pelanggaran, tetapi bertindak tidak sopan dengan bertepuk tangan terhadap keputusan wasit.

Loyalitas Facchetti yang dibuktikan dengan keteguhan dan kegigihannya untuk tak membela kesebelasan selain Inter serta didukung jiwa kepemimpinan yang tumbuh akibat didikan keras selama menjadi pesepakbola membuatnya dipercaya mengemban jabatan Presiden Inter pada 2004. Ini bukan pertama kali Facchetti duduk di jajaran direksi. Sebelumnya ia pernah bertugas sebagai direktur teknik, anggota direksi, ambassador dunia, dan wakil presiden.

Facchetti wafat di usianya 64 tahun pada 4 September 2006, meninggalkan seorang istri dan 4 orang anak. Kendati sudah tiada, namun Facchetti tetaplah legenda bagi pesepakbolaan Italia dan Inter. Terlebih lagi ia merupakan pionir full-back bertipe menyerang dalam era strategi catenaccio pertama era Herrera. Kini Inter tinggal menunggu siapa full-back loyalis selanjutnya setelah era Facchetti, Giuseppe Bergomi, dan Javier Zanetti.

Komentar