[On This Day] Kado Apa yang Cocok untuk Blatter?

Backpass

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

[On This Day] Kado Apa yang Cocok untuk Blatter?

Swiss merupakan salah satu negara paling aman di seluruh dunia. Pasalnya catatan kejahatan dan kekerasan mereka paling rendah dibandingkan negara-negara lain. Tidak seperti, katakanlah, Rusia. Di Rusia terjadi rata-rata 84 kasus pembunuhan per hari; atau satu orang terbunuh per 18 menit.

Akan tetapi menyandang status negara aman tak serta merta membuat Swiss bebas dari sosok gila kekuasaan. Seorang laki-laki yang lahir di Swiss tepat hari ini berkuasa melebihi segalanya. Segalanya, termasuk mengalahkan kekuasaan Vladimir Putin ketika menjadi Presiden Rusia dari 2000 hingga 2008, lalu terpilih lagi pada 2012.

Lamanya masa jabatan Putin bukan apa-apanya bagi Sepp Blatter, seorang lelaki yang tepat lahir hari ini 79 tahun lalu. Sejak tahun 1998, hingga saat ini, posisinya masih sama: Presiden FIFA.

Seolah belum merasa puas, kembali mencalonkan diri sebagai Presiden FIFA untuk masa pemilihan tahun 2015 dengan tiga pesaing lainnya yakni Luis Figo (legenda sepakbola Portugal), Michael van Praag (Presiden KNVB, Asosiasi Sepakbola Belanda) dan Pangeran Ali Bin Al-Hussein (Anggota Komite Eksekutif FIFA).

Beberapa tulisan yang terkait dengan calon-calon Presiden FIFA selanjutnya:

Piala Dunia 48 Negara, Cara Figo Muluskan Langkah Blatter ?

Mengusik Hegemoni Sepp Blatter di FIFA

Omong Kosong David Ginola Menjadi Presiden FIFA

Borok Dinasti Sepp Blatter yang Mengakar di Tubuh FIFA

On This Day 1998, Skandal Suap yang Mengawali Kerajaan Sepp Blatter

Ketua FA Mulai Serang Balik Blatter


Semula Blatter bisa tenang. Ia percaya diri karena menguasai suara di CONMEBOL setelah mengunjungi Paraguay, Rabu (4/3/2015). Kedatangan Blatter ke Paraguay terkait dengan pemilihan Presiden baru CONMEBOL. Pada kesempatan tersebut Blatter menunjukkan proposal kepada 10 negara anggota.

Klaim itu pun sampai di telinga para pesaingnya, tak terkecuali van Praag. Lalu beberapa hari kemudian tepat di hari ulang tahunnya, Blatter mendapat kabar tidak sedap.

Tersiar informasi jika van Praag berniat berunding dengan Figo untuk memunculkan satu suara saja. Niatan tersebut agar meraup suara yang cukup besar di Eropa. Entah bagaimana mekanisme dari van Praag bersama Figo nantinya.

Pria kelahiran Amsterdam itu memperkirakan jika salah satu di antara dirinya bersama Figo berjalan sendiri, mereka memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk mengalahkan Blatter. Maka menurut van Praag, salah satu diantaranya harus mundur dan membangun koalisi.

Bahkan van Praag mengaku sudah berdiskusi dengan Michel Platini Presiden UEFA, jika rencana tersebut salah satu yang terbaik untuk memotong hegemoni Blatter.

"Apa yang Figo pikirkan tentang ini saya tidak tahu. Tapi akan jauh lebih baik jika Eropa menjadi satu calon," ujarnya seperti dikutip Inside World Football.

Tinggal dilihat bagaimana kedepannya bagaimana strategi van Praag akan berjalan. Apakah rencananya itu dibuat malah untuk keuntungan van Praag pribadi, atau presiden KNVB sejak 2008 tersebutlah yang akan mengalah demi Figo? Entah apa rencana yang dibangunnya dirinya sebagai pemimpin kampanye anti Blatter sejak kongres FIFA tahun lalu.

Rencana menggulingkan Blatter bisa saja berbuah manis jika ada keselarasan antara van Praag dengan Figo. Pasalnya untuk menaklukan Blatter bukanlah hal mudah. Presiden FIFA selama 17 tahun tersebut merupakan orang berpengalaman di dunia sepakbola sekarang.

Sejak terpilih pada Juni 1998 silam, ia belum pernah menghadapi saingan sejak 2002 ketika dia menyisihkan calon lain. Saat 2002 Blatter menyisihkan presiden konfederasi sepak bola Afrika Issa Hayatou dengan selisih suara yang cukup jauh. Blatter memperoleh 139 suara sedangkan Issa hanya 56 suara.

Penerus tonggak Joao Havelange, presiden sebelumnya, Blatter menetapkan sistem babak tambahan penuh sebagai pengganti Golden Goal dan Silver Goal.

Selain itu, hukuman terkait kartu kuning bagi pemain yang membuka jersey saat perayaan gol juga merupakan ketukan palu Blatter.

Sekarang ia tidak hanya membangun kekuatan di Amerika Selatan. Dirinya juga tengah mengambil hati penggemar sepakbola dengan kampanye anti rasisme.

Menurutnya para suporter Rasis harus mendapatkan sanksi yang merugikan kesebelasannya seperti pengurangan nilai, bahkan sampai degradasi.

"Saat kami berani melakukannya maka diskriminasi akan berakhir," ujarnya dalam pidato ketika kunjungan ke Paraguay. Baru-baru ini rasisme menyerang pemain Panama Luis Tejada. Pemain berposisi penyerang ini mendapatkan cemoohan rasial dari suporter Cienciano.

Tentu kampanye anti rasisme itu mampu menarik suara dari Conmebol walau paling sedikit diantara enam konfederasi naungan FIFA. Kendati demikian hal itu tetaplah kuat untuk Blatter. Bisa saja, kan, politik balas budi terjadi antara Miguel Angel Napout, presiden CONMEBOL terpilih, dengan Blatter; seperti politik balas budi yang dilakukan Julio Grondona presiden Asossiasi Sepabola Argentina (AFA) kepada Blatter.

Lagipula Grondona sekaligus merupakan wakil Blatter di kepresidenan FIFA. Bukan tidak mungkin jaringan-jaringan CONMEBOL bisa memuluskan Blatter untuk menjadi orang nomor satu di dunia sepakbola ini.

Jika Napout benar-benar memberikan suara CONMEBOL untuk Blatter dengan suara-suara lainnya, maka bukan tidak mungkin jika posisi Presiden FIFA menjadi kado ulang tahun untuk Blatter. Atau justru terobosan koalisi van Praag-Figo yang akan menjadi kado ulang tahun ke-79 Blatter?

Jika bukan keduanya, maka apa kado terbaik bagi presiden FIFA yang sudah menjabat selama 17 tahun ini? Semoga kau bisa merayakan ulang tahun dengan damai seperti negara asalmu, Blatter!

Komentar