Semua Bukan Tentang Jarak, Tapi Tentang Pagar Hidupnya

Klasik

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Semua Bukan Tentang Jarak, Tapi Tentang Pagar Hidupnya

Tendangan bebas adalah sebuah momok. Dari tendangan bebas, banyak hal bisa terjadi, seperti peluang bahkan sebuah gol. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi dari sebuah tendangan bebas bagi tim yang menerima tendangan bebas tersebut.`

Dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi dari tendangan bebas ini, tak heran tim-tim lazimnya menghindari tendangan bebas agar tidak terjadi di dekat gawang mereka. Kalau pun sampai terjadi tendangan bebas, maka tim yang terkena hukuman tendangan bebas tersebut akan melakukan segala upaya untuk menghalangi agar tendangan tersebut tidak menuju ke gawang mereka. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan pagar hidup.

Pagar hidup sendiri adalah usaha dari para pemain yang terkena hukuman tendangan bebas, terutama tendangan bebas di area dekat kotak penalti, untuk menghambat atau mencegah bola agar tidak langsung meluncur ke gawang. Penggunaan dari pagar hidup ini sendiri, dilansir dari The Times, bermula pada 1957 silam. Dalam laga kualifikasi Piala Dunia yang mempertemukan Irlandia Utara melawan Italia di Roma, para pemain Irlandia Utara melakukan sesuatu yang unik: menggunakan pagar hidup.

Pagar hidup ini mereka terapkan untuk menghadapi Italia yang kala itu memang lebih baik dari segi kemampuan. Cara ini pun sempat memberikan kejutan tersendiri bagi Italia, yang tidak menduga jika Irlandia Utara akan melakukan hal seperti itu.

"Kami mencoba untuk melakukan sesuatu yang berbeda dengan orang lain, yang tak pernah terpikirkan oleh orang lain. Kami harus melakukannya karena kami melawan tim yang lebih baik, yaitu Italia," ujar kapten timnas Irlandia Utara ketika itu, Danny Blanchfower.

Namun, Italia memang bermain dengan cukup cerdik. Meski sempat terkejut dengan taktik yang diterapkan Irlandia Utara ini, mereka dapat menyesuaikan diri secara langsung dan mencetak gol setelah memanfaatkan ruang yang muncul di belakang dinding itu. Tren pagar hidup tendangan bebas pun langsung merebak setelah itu, dan sudah hampir 60 tahun lamanya sampai sekarang, pagar hidup masih digunakan.

Pagar hidup, upaya menahan tendangan bebas agar tidak sampai ke gawang

Namun, mulai memasuki 2017, ada sebuah stigma baru yang muncul. Menurut seorang mantan kiper yang sekarang menjadi penulis sekaligus pelatih kiper di sebuah klub, David Preece, pagar hidup justru menjadi sesuatu yang mempersulit penjaga gawang dalam upaya mereka menghalau bola hasil tendangan bebas.

Preece mengambil contoh dari dua kasus yang terjadi dalam pertandingan antara Hoffenheim melawan Liverpool dalam leg pertama play-off Liga Champions serta pertandingan antara Inggris dan Skotlandia. Dalam dua pertandingan tersebut, baik itu Oliver Baumann (penjaga gawang Hoffenheim) maupun Joe Hart (penjaga gawang timnas Inggris), begitu mudah kebobolan lewat situasi tendangan bebas.

Dalam dua kasus tersebut, Preece menganggap bahwa ada dua hal penting yang berpengaruh terhadap terjadinya gol lewat tendangan bebas tersebut. Salah satunya jarak, sedangkan satunya lagi adalah karena pagar hidup yang mengganggu pandangan dari penjaga gawang itu tersendiri.

Jarak memang penting, tapi masalahnya ada di pagar hidup

Jarak dari tempat tendangan bebas diambil menuju ke arah gawang memang cukup berpengaruh. Namun masalah dalam menghalau tendangan bebas ternyata bukan hanya berasal dari jarak saja. Pagar hidup menjadi sebuah penghalang tersendiri bagi penjaga gawang dalam usaha mereka menghentikan sebuah tendangan bebas.

Preece menyebut bahwa jarak berpengaruh terhadap keberhasilan dari sebuah tendangan bebas. Jika tendangan bebas dilakukan dalam jarak kurang dari 25 yard, maka kemungkinan ia akan berhasil lebih tinggi. Semakin jauh jaraknya dari 25 yard (lebih dari 25 yard), maka tendangan bebas itu akan semakin kecil kemungkinannya untuk berhasil.

Namun, Preece juga menyebut bahwa salah satu masalah yang kerap hadir dalam sebuah eksekusi tendangan bebas adalah masalah pagar hidup. Pagar hidup. alih-alih menahan laju dari tendangan bebas itu sendiri (kecuali dalam jarak di bawah 25 yard), justru malah menghalangi pandangan dan juga mengacaukan prediksi dari penjaga gawang itu sendiri.

Bagi penjaga gawang, penempatan posisi dan juga prediksi ke mana bola akan mengarah adalah elemen penting dalam usaha mereka menghentikan sebuah tendangan bebas yang dilakukan lawan. Salah prediksi dan penempatan posisi, maka sudah bisa dipastikan bola akan mengarah ke arah gawang dan menjadi gol (beruntung jika bolanya tidak mengarah ke gawang). Nah, prediksi dan penempatan posisi ini, menurut Preece, kerap dikacaukan oleh kehadiran pagar betis, terutama jika tendangan dilancarkan dari jarak 25 yard ke atas.

Inilah kasus yang terjadi dalam gol yang dicetak oleh Trent Alexander-Arnold ke gawang Hoffenheim dan gol Leigh Griffiths yang terjadi ke gawang Inggris. Pagar hidup membuat Baumann dan Hart salah dalam memprediksi dan menempatkan posisi, sehingga berujung gol.

Lalu, adakah cara lain yang bisa dilakukan untuk menghentikan atau menghambat tendangan bebas ini, di kala pagar hidup malah menjadi sebuah kesulitan tersendiri?

Mengganggu fokus penendang, itu lebih penting

Tim Dittmer, pelatih kiper timnas U21 Inggris menemukan bahwa ada cara lain untuk membuat tendangan bebas lawan menjadi sesuatu yang tidak berbahaya. Alih-alih menggunakan pagar hidup, Tim menemukan cara bahwa untuk membuat tendangan bebas lawan menjadi gagal, mengganggu fokus dan konsentrasi sang penendang adalah cara yang lebih baik, meski untuk melakukannya tetap membutuhkan tenaga pagar hidup.

"Saya sangat percaya bahwa mengganggu fokus penendang itu lebih penting. Contohnya begini, bagaimana jika kita memasang pagar hidup pada jarak yang cukup jauh dari jarak diambilnya tendangan, misalkan 10 sampai 15 yards. Lalu pagar hidup itu sedikit bergerak mendekati penendang? Hal itu bisa mengganggu fokus dan konsentrasi dari si penendang itu sendiri," ujar Tim.

Hal ini serupa dengan yang dilakukan oleh George Herd, pelatih tim junior Sunderland. Preece, yang pernah dilatih oleh beliau, merasakan dampak dari penggunaan skema yang mengganggu penendang tersebut. Penjaga gawang tidak perlu susah-susah menghalau bola, karena pada akhirnya bola mental saat mengenai pagar hidup. Fokus dari penendang terganggu karena ada sedikit gerakan dari pagar hidup.

***

Pagar hidup memang seolah sudah menjadi keniscayaan ketika skema tendangan bebas terjadi, terutama di jarak-jarak yang dekat menuju gawang. Namun, tidak ada salahnya mencoba skema baru selain pagar hidup saja agar tendangan bebas ini tidak lagi menjadi sesuatu yang berbahaya dan ditakuti.

Pelatih-pelatih pun harus mulai berani menginvestasikan waktunya untuk mempelajari hal ini, karena kelak jika ada yang berhasil menemukan skema khusus menghalau tendangan bebas ini, mereka bisa dianggap sudah melakukan sesuatu yang sedikit revolusioner.

Sumber: The Times

Baca juga: Cara Baru Membangun Pagar Betis dari OGC Nice

foto: @BamberBridgeFC

Komentar