Hanya Ada Tiga Kesebelasan Besar di Dunia

Klasik

by Dex Glenniza 39657

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Hanya Ada Tiga Kesebelasan Besar di Dunia

Sebelum kamu membaca tulisan ini, pastikan kamu menanggalkan statusmu sebagai fans kesebelasan tertentu, dan baca seluruh tulisan di bawah ini dengan sudut pandang sebagai pemain sepakbola, terutama pemain sepakbola terbaik atau pemain sepakbola yang ingin menjadi yang terbaik.

Pernahkah kita bertanya, kenapa hampir setiap pemain sepakbola ingin bermain di Real Madrid atau Barcelona? Kedua kesebelasan yang disebutkan di atas sama-sama berasal dari Spanyol dan memiliki prestasi yang membanggakan, baik sebagai juara Spanyol, juara Eropa, maupun juara dunia. Sampai di sini, wajar bukan jika hampir setiap pemain sepakbola ingin bermain di Real Madrid atau Barcelona?

Jika kita kesampingkan faktor uang terlebih dahulu (maaf, ya, Paris Saint-Germain dan kesebelasan-kesebelasan di Tiongkok), tidak ada banyak kesebelasan terbaik, kesebelasan besar, atau kesebelasan sukses yang bisa menarik minat para pemain sepakbola yang juga terbaik, yang memiliki nama besar, atau yang ingin merasakan sukses.

Bukan hal mengagetkan jika para pemain terbaik dunia peraih Ballon d’Or seperti Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, Kaká, Fabio Cannavaro, Ronaldinho, Ronaldo (Brasil), Michael Owen, Luís Figo, Rivaldo, sampai Zinedine Zidane pernah bermain bagi Real Madrid dan/atau Barcelona.

Dalam tiga dekade terakhir, hanya Pavel Nedved dan Andriy Shevchenko saja (sebagai peraih Ballon d`Or) yang tidak pernah bermain bagi salah satu dari dua kesebelasan ini.

Ada beberapa pemain non-Spanyol yang tidak bisa berkata “tidak” ketika mereka diincar oleh Real Madrid, seperti Cristiano, Gareth Bale, Toni Kroos, Mateo Kovacic, Ruud van Nistelrooy, David Beckham, sampai kepada nama-nama seperti Owen, Steve McManaman, Thomas Gravesen, Julien Faubert, dan Martin Ødegaard.

Begitu juga di Barcelona. Nama-nama seperti Messi, Luis Suárez, Neymar, Zlatan Ibrahimovic, Marc Overmars, sampai Eidur Gudjohnsen, Keirrison, Alexander Hleb, dan Dmytro Chygrynskiy pun tak menolak ketika Barca menawari mereka kontrak.

Beberapa nama di atas mungkin memiliki pengecualian seperti CR7 yang memang mengidolakan Real Madrid sebagai kesebelasan masa kecilnya. Tapi untuk pemain-pemain seperti Gravesen, Faubert, Ødegaard, Gudjohnsen, Hleb, dan Chygrynskiy, saya yakin mereka tidak cukup berani untuk menolak kesebelasan sebesar Real Madrid atau Barcelona meskipun mereka tahu jika mereka belum tentu akan bermain, apalagi menjadi pemain terbaik, pemain besar, atau meraih Ballon d’Or.

Dengan bermain di Real atau Barcelona, mereka tahu itu akan sangat bagus untuk CV mereka. Jika mereka bisa menunjukkan penampilan yang bagus juga bukan tidak mungkin mereka akan dimainkan. Jadi, kenapa juga menutup kesempatan untuk pindah ke Real atau Barcelona?

Namun, itu semua belum menjawab pertanyaan, kenapa hampir setiap pemain sepakbola ingin bermain di Real Madrid atau Barcelona? Nama besar atau kesuksesan seperti apa yang membuat Real Madrid dan Barcelona menjadi magnet bagi para pemain sepakbola?

Kesebelasan besar selalu lolos ke Liga Champions

Jika kita ibaratkan kesebelasan itu seperti sekolah atau universitas, maka para siswa atau mahasiswa pasti mengincar sekolah atau universitas yang memiliki reputasi yang baik. Meskipun mereka yang bersekolah atau berkuliah di sana belum tentu menjadi orang sukses atau sebaliknya, belum tentu mereka yang bersekolah di sekolah non-unggulan tidak akan menjadi sukses, dan bahkan beberapa orang sukses juga ada yang tidak sekolah atau kuliah.

Sekarang, menjelang awal musim 2017/2018, “pemain besar” seperti Riyad Mahrez atau Virgil van Dijk menyatakan jika mereka ingin pindah ke “kesebelasan besar” (seolah sekarang mereka sedang bermain di kesebelasan sedang atau kecil), dengan deskripsi khusus yaitu mereka yang berlaga di Liga Champions UEFA.

Ini juga yang menjadi alasan kenapa para pendukung Arsenal khawatir setengah mati jika mereka akan ditinggalkan oleh Alexis Sánchez atau Mesut Özil.

Neymar saja mungkin tidak akan pindah ke Paris Saint-Germain jika mereka tidak berlaga di Liga Champions, meskipun ia menyatakan jika alasannya pindah adalah untuk “mencari tantangan baru”. Di sini saya bertanya kenapa ia tidak pindah ke Liga Primer Inggris atau kesebelasan kecil saja jika memang ingin “mencari tantangan baru”? Entahlah, hanya Neymar yang tahu.

Semua pemain, manajer, dan suporter pernah merasakan ini. Dari dalam lubuk hati terdalam, David De Gea pasti ingin pindah dari Manchester United (ini “kesebelasan besar” bukan?) ketika “Setan Merah” tidak lolos ke Liga Champions.

Jadi, semuanya karena Liga Champions?

Melihat kesebelasan besar dari enam liga teratas di Eropa

Sebuah kesebelasan yang ingin lolos ke Liga Champions harus terlebih dahulu memiliki musim yang sukses di liga domestik mereka masing-masing (atau memiliki musim yang lumayan tapi kemudian bisa menjuarai Liga Europa). Jadi, bisa kita simpulkan jika kesebelasan besar bisa dilihat dari partisipasi dan prestasi mereka di Liga Champions.

Melihat klasemen sepanjang masa di Liga Champions, ada tiga kesebelasan teratas. Tentu saja dua di antaranya adalah Real Madrid dan Barcelona, tapi Bayern München nyempil di peringkat kedua diapit Real di atasnya dan Barcelona di bawahnya.

Tiga kesebelasan ini adalah definisi sesungguhnya dari kesebelasan besar. Mereka rutin menjuarai liga domestik mereka, rutin lolos ke Liga Champions, dan bukan hanya lolos, tetapi juga memiliki penampilan yang mengesankan di Liga Champions.

Real Madrid sudah 21 musim terakhir selalu lolos ke Liga Champions (Liga Champions yang dimaksud, persisnya, baru dimulai sejak musim 1992/1993). Mereka juga selalu bisa sampai ke semi-final dalam tujuh musim terakhir dengan tiga di antaranya menjadi juara. Sementara Bayern sudah 10 musim berturut-turut lolos (ditambah 11 lagi untuk partisipasi total). Mereka sempat tidak lolos pada 2007/08 karena musim sebelumnya menempati peringkat keempat di liga. Mereka sekali juara dan tiga semi-final dalam tujuh musim terakhir.

Kemudian Barcelona sudah 14 musim terakhir selalu lolos ke Liga Champions (ditambah delapan lagi untuk partisipasi total). Mereka selalu bisa sampai ke perempat-final dalam tujuh musim terakhir dengan dua di antaranya menjadi juara.

Sampai sini, lima paragraf ke atas sebenarnya sudah menjawab pertanyaan paling awal di tulisan ini. Namun jika kamu tidak puas, kami akan berusaha menyediakan jawaban yang lebih memuaskan.

Berdasarkan peringkat koefisien UEFA, ada tiga negara yang pasti mengirimkan tiga wakil otomatis (artinya tanpa kualifikasi) ke Liga Champions. Mereka adalah Spanyol, Jerman, dan Inggris. Sebagai tambahan, ada Italia, Portugal, dan Prancis yang berhak mengirimkan jatah otomatis sebanyak dua kesebelasan.

Mengerucutkan definisi kesuksesan sebagai kesuksesan domestik diikuti dengan tingkat kontinental, maka kita hanya bisa melihat ada atau tidaknya kesebelasan besar dari enam negara di atas saja.

Sebenarnya ada juara Rusia, Ukraina, Belanda, Belgia, Turki, dan Swiss yang juga otomatis lolos. Tapi satu jatah tersebut terlihat sangat sulit untuk didominasi oleh satu kesebelasan saja.

Sementara Republik Ceko, Yunani, dan Rumania berhak mengirimkan dua jatah tapi tidak satupun yang lolos otomatis ke babak grup. Hal ini juga yang bisa membuat kita mengesampingkan Skotlandia (peringkat ke-25 koefisien UEFA) yang kesebelasan juaranya sudah didominasi oleh Celtic dalam enam musim terakhir, tapi belum tentu lolos ke babak grup Liga Champions.

Selain Real Madrid, Barcelona, dan Bayern?

Di klasemen sepanjang masa Liga Champions dan kompetisi Eropa lainnya, sebenarnya masih ada tujuh kesebelasan lagi yang tergolong sudah mapan sebagai “kesebelasan besar” di Eropa.

Manchester United berada di peringkat keempat. Mereka sempat 18 musim (1996/97 sampai 2013/14) berturut-turut berlaga di Liga Champions dari total 21 musim (termasuk musim ini). Sejak 2010, mereka merasakan satu final dan satu perempat-final, tapi dua kali tidak lolos dari babak grup.

Kemudian ada Milan yang sudah empat musim (termasuk musim ini) tidak lolos, padahal mereka sudah 17 kali berlaga di Liga Champions dengan tiga kali sebagai juara.

Juventus berada di peringkat keenam. Mereka sudah berlaga sebanyak 18 kali di Liga Champions, dengan enam musim terakhir selalu lolos. Mereka merasakan dua final pada tujuh tahun terakhir.

Di bawah mereka ada dua kesebelasan asal Portugal, yaitu Benfica (lolos delapan musim terakhir dari total 13) yang merasakan dua perempat-final sejak 2010, serta FC Porto (lolos tujuh musim terakhir dari total 22) yang merasakan satu perempat-final dalam tujuh musim terakhir.

Arsenal dan Liverpool membuntuti di peringkat kesembilan dan ke-10. Arsenal sudah 19 musim berturut-turut lolos ke Liga Champions, dengan pengecualian adalah musim ini. The Gunners merasakan tersingkir di babak 16 besar selama tujuh musim terakhir berturut-turut.

Sementara Liverpool secara keseluruhan sudah 10 kali berlaga di Liga Champions, termasuk musim ini. Partisipasi terakhir mereka sebelum musim ini adalah pada 2014/2015 saat mereka tidak lolos grup. Meskipun demikian, tidak seperti Arsenal, Liverpool merasakan satu kali juara pada 2004/2005.

Selain tujuh kesebelasan di atas (Manchester United sampai Liverpool), tidak ada kesebelasan yang secara tradisi sudah menjadi kesebelasan besar yang memiliki reputasi baik di Liga Champions. Namun, ada beberapa kesebelasan yang sedang bangkit, di antaranya adalah PSG, Manchester City, Atlético Madrid, Chelsea, dan CSKA Moscow.

PSG sudah enam musim terakhir selalu lolos dari total 10 musim. Mereka merasakan empat kali perempat-final dalam lima musim terakhir. Kemudian Man City sudah tujuh musim terakhir selalu lolos ke Liga Champions meskipun sebelumnya mereka belum pernah sama sekali. Prestasi terbaik mereka adalah sampai ke semi-final 2015/2016.

Atlético sudah lima musim terakhir selalu lolos dari total delapan. Mereka termasuk yang tersukses karena sudah merasakan dua final sejak 2014. Selanjutnya, dari total 15 kali berpartisipasi di Liga Champions termasuk musim ini, Chelsea sempat 13 kali lolos berturut-turut ke Liga Champions (2003/2004 sampai 2014/2015). The Blues sudah merasakan satu kali juara, satu semi-final, dan satu perempat-final dalam tujuh tahun terakhir.

Jika CSKA bisa mengatasi Young Boys (Swiss) di play-off, mereka bisa merasakan lima musim berturut-turut lolos ke Liga Champions dari total 10 sejauh ini. Tapi dalam empat musim terakhir mereka di Liga Champions, kesebelasan asal ibu kota Rusia ini selalu gagal lolos dari babak grup.

Alasan Real, Barcelona, dan Bayern disebut kesebelasan besar: stabil di atas

Pada akhirnya kita tidak hanya membicarakan sejarah atau uang jika sudah membicarakan Real, Barcelona, dan Bayern. Mereka bisa terus menjadi prioritas tujuan bagi para pemain sepakbola karena mereka bisa terus stabil di papan atas.

Sebagai tambahan, CIES Football Observatory mengeluarkan daftar kesebelasan yang paling stabil di Eropa, yaitu kesebelasan dengan pemain-pemain yang sudah lama bermain bersama kesebelasan tersebut.

CSKA Moscow berada di peringkat pertama dengan rata-rata para pemainnya sudah 6,28 musim bermain bersama. Selanjutnya ada Jönköpings Södra dari Swedia (rata-rata 5,34 musim para pemainnya bermain bersama), Barcelona (4,97), Shakhtar Donetsk dari Ukraina (4,90), Real Madrid (4,86), Bayern (4,70), dan Athletic Bilbao (4,36).

Sebagai tambahan, beberapa kesebelasan yang sudah disebutkan sepanjang tulisan ini adalah Juventus (3,96), Man United (3,72), Man City (3,66), Arsenal (3,47 – kalah dari West Bromwich Albion dengan 3,59), Atlético (3,35), Benfica (3,26), PSG (3,23), Chelsea (2,61), dan Liverpool (2,39). Sementara dua di antara para kesebelasan paling tidak stabil, artinya sering bongkar-pasang pemain, adalah Milan (1,78) dan Olympique de Marseille (0,90).

Stabil saja memang belum cukup untuk mendefinisikan sebuah kesebelasan besar. Bukan hanya stabil, mereka juga butuh untuk konsisten di papan atas untuk bisa dikategorikan sebagai kesebelasan besar.

Tidak heran, sejauh ini memang hanya Real Madrid, Bayern München, dan Barcelona yang merupakan kesebelasan besar di Eropa dan bahkan dunia, tak peduli liga mereka kompetitif atau tidak.

Maka dari itu, alasan-alasan di atas adalah yang paling membuat para pemain sepakbola umumnya ingin bermain di Real Madrid, Bayern München, atau Barcelona; karena pemain sepakbola ingin bermain di “kesebelasan besar”, dengan definisi yang tanpa perdebatan.

Komentar