Siapa, Sih, yang Peduli dengan Piala Emas?

Klasik

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Siapa, Sih, yang Peduli dengan Piala Emas?

Juergen Klinsmann sudah membicarakan mengenai Piala Emas (Gold Cup) CONCACAF selama berbulan-bulan yang lalu. Pelatih kesebelasan negara Amerika Serikat ini sepertinya sudah sangat menanti gelaran turnamen antara negara-negara Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Kepulauan Karibia ini.

Musim panas 2015 memang merupakan musim yang agak sibuk setelah tahun lalu kita menyaksikan Piala Dunia di Brasil. Maklum saja, kali ini Benua Amerika yang sedang sibuk-sibuknya.

Setelah baru beberapa hari yang lalu kita menyaksikan Cile merengkuh juara Copa America CONMEBOL, kemarin (08/07/2015) kita sudah disuguhkan oleh turnamen Benua Amerika lainnya. Belum lagi jika kita menambahkan aksi perempuan Amerika Serikat meraih gelar juara Piala Dunia Perempuan di Kanada.

Kembali kepada Klinsmann, bagi pria asal Jerman tersebut, Piala Emas sudah menjadi "kebutuhan" alih-alih "keinginan", karena sang juara bertahan turnamen dua tahunan ini berarti akan langsung lolos ke Piala Konfederasi 2017 di Rusia jika mereka bisa kembali menjadi juara.

Jadi (menurut Klinsmann), itu lah inti dari Piala Emas. Masalahnya, apakah kita semua sependapat? Apakah kita benar-benar peduli dengan Piala Emas? Haruskah kita peduli dengan Piala Emas?

Menilik ke depan juga (masih menurut Klinsmann), apakah kita juga peduli dengan Piala Konfederasi? Sebagian besar dari kita mungkin hampir sepakat jika Piala Konfederasi hanya menjadi "turnamen formalitas" setiap setahun sebelum Piala Dunia.

Anda ingat siapa yang menang di Piala Konfederas terakhir? Brasil mengalahkan Spanyol di final, dan kedua negara tersebut tersingkir (dengan cara yang masing-masingnya unik) di Piala Dunia 2014.

Sekilas tentang Piala Emas

Piala Emas masih terbilang cukup baru. Piala Emas pertama diselenggarakan pada 1991, sementara Piala Emas 2015 ini adalah edisi ke-13. Pada hakekatnya, "sepakbola bukanlah hal yang populer di Amerika Utara", menurut Steve Davis, seorang reporter ulung di dunia sepakbola Amerika.

Jika mau dibandingkan juga, turnamen tingkat konfederasi ini bukan sesuatu yang bahkan mendekati Copa América CONMEBOL, Kejuaraan Eropa (Euro) UEFA, Piala Afrika CAF, dan bahkan Piala Asia AFC. Piala Emas mencakup wilayah yang memiliki hanya dua negara "kelas nanggung" sepakbola dunia: Amerika Serikat dan Meksiko. Selain mereka... meh.

Amerika Serikat, Meksiko, dan Kosta Rika, tiga negara tersebut sepertinya sudah agak melekat di kepala kita. Tapi, jika membicarakan Trinidad & Tobago, Haiti, Panama, Kanada, Kuba, Jamaika, Honduras, Guatemala, dan El Salvador; siapa yang peduli dengan mereka?

Pada kenyataannya, bagi negara-negara CONCACAF di atas, Piala Emas adalah saat di mana mereka semua bisa unjuk gigi. Mereka bukan lah negara yang identik dengan sepakbola (camkan kata "soccer" baik-baik, USA!), pun ketika Piala Dunia digelar, jarang sekali dari mereka yang bisa membuat kita terkesima.

Ya, CONCACAF memang mendapat empat jatah di Piala Dunia. Tapi apakah Anda ingat Honduras di Piala Dunia lalu? Sebenarnya, Honduras sudah mengikuti dua Piala Dunia terakhir, tapi mereka belum memenangkan satu pun pertandingan.

Benar memang, Kosta Rika memiliki petualangan yang hebat di Piala Dunia 2014, tapi kita tidak akan bisa lebih jauh dari situ (setidaknya sekarang). Ini adalah "kolam yang dangkal" untuk ukuran turnamen dengan 12 tim.

Ditambah lagi, persebaran pemain CONCACAF di liga-liga besar Eropa tidak sebanyak CONMEBOL (Amerika Selatan/Latin), AFC (Asia), maupun CAF (Afrika).

Bagi kita yang tinggal di Indonesia dan menggilai sepakbola, Piala Emas sudah seperti lampu kuning di lampu lalu lintas (merah-kuning-hijau): kita tahu mereka ada, tapi kita hampir tidak pernah menggubris mereka, apalagi merenungi apa manfaat dari adanya mereka.

"Bonus" Piala Emas ini nyatanya bisa kita nikmati, meskipun agak eksklusif, yaitu pada salah satu channel di televisi satelit berlangganan. Kita hanya tinggal menontonnya saja. Tapi, perlukah atau inginkah kita menonton Piala Emas? Hal yang sama juga berlaku jika Piala AFC atau Piala AFF disiarkan di Benua Amerika. Tidak perlu-perlu amat atau tidak ingin-ingin amat pastinya mereka menonton Piala AFC atau Piala AFF.

Amerika Serikat selalu menjadi tuan rumah

Amerika Serikat, Amerika Serikat, Amerika Serikat, Amerika Serikat, Amerika Serikat, Amerika Serikat, Amerika Serikat, Amerika Serikat, Amerika Serikat, Amerika Serikat, Amerika Serikat, dan Amerika Serikat. Ya, 12 edisi sebelumnya dari Piala Emas selalu diselenggarakan di Amerika Serikat. Tak terkecuali Piala Emas edisi ke-13 kali ini.

Dominasi penyelenggaraan mereka dalam 24 tahun terakhir membuat kota besar di Amerika Serikat sepertinya sudah kebagian jatah semua.

Kota penyelenggara tahun ini seperti Carson, Chester, Glendale, dan Frisco sampai-sampai mendapat kesempatan menyambut turnamen ini. Dengan status negara adikuasa yang kaya akan fasilitas dan komunitas olahraga, Amerika Serikat tampak selalu menjadi pilihan yang tepat (baca: serakah) untuk turnamen CONCACAF ini.

Namun, mereka seperti sedikit berbaik hati. Sebanyak dua kali edisi (1993 dan 2013), mereka merangkul negara penyelenggara pendamping mereka, yaitu Meksiko. Edisi 2015 kali ini pun Kanada yang menjadi pendamping mereka.

Berbeda dengan dua kali Piala Emas sebelumnya (Meksiko sebagai co-host di 1993 dan 2003), Meksiko beruntung bisa menjadi tuan rumah pertandingan final. Sedangkan Kanada hanya akan menjadi tuan rumah satu pertandingan di Toronto.

Turnamen yang boleh diikuti negara tamu khusus dan anggota non-FIFA*

Tahun 2015 menandai momen langka dalam sejarah Piala Emas di mana semua negara yang terlibat dalam kompetisi adalah anggota CONCACAF dan juga FIFA. Dalam beberapa tahun terakhir, Piala Emas telah melihat beberapa hasil mengejutkan dari sangara yang, terus terang, mungkin seharusnya tidak berhak ada di sana.

Pada tahun 2007, negara non-FIFA yang merupakan wilayah luar negeri Perancis, Guadeloupe, menyerbu ke TKP dengan kemenangan atas Kanada dan Honduras sebelum akhirnya dilibas Meksiko di semi-final.

Dua tahun kemudian, negara ini kembali lagi dan membuktikan "keberhasilan" sebelumnya bukanlah kebetulan dengan mengalahkan Panama dan Nikaragua. Tapi mereka harus dibantai Kosta Rika 5-1 di perempat-final.

Di Piala Emas 2013, Martinique, yang juga merupakan negara anggota non-FIFA, mengikuti jejak Guadeloupe dengan kemenangan 1-0 atas Kanada di babak penyisihan grup. Pahlawan Martinique pada hari itu di Rose Bowl adalah Fabrice Reuperne, yang mencetak gol di injury time dan berhasil menulis namanya dalam sejarah Wikipedia.

Keterlibatan Guadeloupe dan Martinique ini bukannya tak beralasan dan tak berdasar. Mereka adalah negara anggota CONCACAF dan CFU (badan sepakbola negara-negara Kepulauan Karibia) dan diperbolehkan mengikuti kompetisi yang diselenggarakan oleh ke dua badan tersebut.

Berdasarkan status FFF (artikel 34, paragraf 6): "[...]Under the control of related continental confederations, and with the agreement of the FFF, those leagues can organize international sport events at a regional level or set up teams in order to participate to them."

Daftar mengejutkan peserta Piala Emas tidak hanya terdiri dari "ikan-ikan yang kecil". Brasil bahkan sempat menjadi peserta pada tahun 2003 meskipun dengan skuat U-23. Namun demikian, mereka bisa mencapai final melawan Meksiko.

Sayangnya mereka kalah dalam perpanjangan waktu setelah turnamen yang penuh dengan pertunjukan luar biasa dari Kaka yang saat itu masih berusia 21 tahun.

Sebelumnya, Brasil juga menjadi runner-up (lagi-lagi) melawan Meksiko pada 1996. Sementara negara-negara Amerika Selatan seperti Kolombia dan Peru juga sempat mengikuti turnamen ini.

Bahkan Afrika dan Asia telah mengirim peserta juga, dengan Korea Selatan mencapai semi-final 2002 dan Afrika Selatan mengalahkan Meksiko dalam perjalanan ke perempat-final 2005. Hal ini diakui oleh CONCACAF, mereka melakukannya agar turnamen menjadi lebih menarik.

Jadi, siapa yang peduli dengan Piala Emas?

Sah-sah saja bagi kita untuk tidak mempedulikan Piala Emas. Tapi kami mengucapkan terimakasih kepada Anda yang sudah mau membaca sampai sejauh ini, karena itu berarti Anda sudah menunjukkan kepedulian (meskipun sedikit) kepada Piala Emas.

Pada kenyataannya, Piala Emas sangat berpengaruh untuk para pemain dan pelatih yang terlibat di dalamnya. Sebut saja, Robert "Bob" Bradley dipecat setelah AS dikalahkan oleh Meksiko di final 2011 akhir.

Ini juga penting untuk pemain yang dapat mengesankan bagi manajernya dan juga manajer kesebelasan lainnya yang mungkin tidak sengaja menonton mereka bermain maupun cuplikan pertandingan di televisi.

Bahkan Keith "Kayamba" Gumbs saja, yang merupakan pemain andalan Saint Kitts dan Nevis di Kepulauan Karibia, tidak pernah merasakan tuah turnamen ini.

Namun, jika kita berbicara tentang pemain terbaik Piala Emas, taktik, analisis pertandingan, dan lain-lain, kita mungkin tahu ke arah mana pembicaraan ini akan bermuara. Yaitu, bagaimana semua ini akan mempengaruhi kualifikasi Piala Dunia, dan akhirnya tentunya Piala Dunia berikutnya.

Pada akhirnya, bagi kita mungkin Piala Emas adalah turnamen yang baik-baik saja. Seperti lampu kuning di lampu lalu lintas, seperti sayuran di nasi goreng Anda, atau seperti coklat Silverqueen: Nggak ada loe, ya, nggak lengkap aja.

*Seluruh tautan pada sub-judul "Turnamen yang boleh diikuti negara tamu khusus dan anggota non-FIFA" akan membawa Anda kepada video yang berkaitan di YouTube, silakan di-klik.

Sumber: Fusion, Chron, Voice of America, YouTube

Komentar