Aljazair, Palestina dan Tragedi Piala Dunia 1982

Klasik

by redaksi

Aljazair, Palestina dan Tragedi Piala Dunia 1982

Gol Islam Slimani ke gawang Rusia, pada 26 Juni lalu, tak semata sebagai gol penyama kedudukan. Pasalnya, gol itulah yang membuat Aljazair mencatat sejarah: lolos ke fase 16 besar Piala Dunia untuk kali pertama.

Kesuksesan Aljazair adalah kesuksesan bangsa Arab. Setidaknya itulah yang diungkapkan gelandang serang Aljazair, Sofian Feghouli, dalam akun jejaring sosial twitter. Ia mendedikasikan kemenangan tersebut untuk negara Arab lain, khususnya Palestina.

Dalam kicauannya itu, Feghouli berkata, “Terima kasih kami panjatkan pada Tuhan, kami mewakili 40 juta warga Aljazair dan jutaan warga Arab lainnya berhasil lolos (dari fase grup). Kami persembahkan keberhasilan ini untuk semua rakyat Arab, khususnya orang-orang yang berada di Palestina. Terima kasih.”

Pada babak 16 besar, Aljazair harus menghadapi lawan kuat dari Eropa, Jerman. Dan benar saja, Islam Slimani dkk. akhirnya harus takluk 2-1 setelah bermain dalam 120 menit. Itu artinya, perjalanan mereka di Piala Dunia 2014 pun harus berakhir. Dengan kandasnya Aljazair di babak 16 besar, itu berarti Aljazair berhak mengantongi uang hadiah dari FIFA sebesar $9,5 juta. Dengan rincian,  $1,5 juta untuk uang hadiah keikutsertaan Piala Dunia, dan $8 juta dariuang  hadiah  lolos ke fase 16 besar.

Jumlah yang cukup banyak, memang. Namun hadiah tersebut sepertinya takkan ‘dinikmati’ oleh para pemain Aljazair. Penyerang Aljazair, Islam Slimani, mengatakan bahwa seluruh uang hadiah tersebut akan didonasikan untuk orang-orang di Gaza, Palestina. “Mereka lebih membutuhkannya,” ujar Slimani.

Memori Aljazair dan Jerman

Pertemuan antara Aljazair dan Jerman pada babak 16 besar Piala Dunia 2014 sebenarnya sedikit banyak menguapkan sebuah memori di masa lalu bagi penggemar sepakbola seluruh dunia, khususnya publik Aljazair. Pada Piala Dunia 1982 yang diselenggarakan di Spanyol, Aljazair gagal melaju ke babak 16 besar setelah Jerman Barat dan Austria ‘bermain mata’.

Kala itu, secara mengejutkan Aljazair berhasil memuncaki klasemen grup 2 setelah berhasil mengalahkan Jerman Barat 1-2 pada pertandingan pertama.  Tapi, kemudian Singa Gurun kalah dari Austria, 2-0, pada pertandingan kedua. Dan kembali meraih kemenangan pada laga terakhir, melawan Cile, dengan skor 3-2.

Laga antara Jerman Barat dan Austria digelar sehari setelah laga Aljazair melawan Cile. Austria yang menempati peringkat dua grup sebenarnya berada dalam posisi aman lolos ke babak berikutnya karena sudah mengemas dua kemenangan.

Jerman Barat kala itu sudah unggul sejak menit ke-10. Namun pada sisa pertandingan, kedua tim bermain ogah-ogahan. Skor 1-0 pun bertahan hingga wasit meniupkan peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan. Jerman Barat yang menang besar kala melawan Cile pun akhirnya lolos ke babak 16 besar bersama Austria.

Melihat itu, seluruh penggemar sepakbola di dunia protes dan membuat petisi pada FIFA agar bertindak atas apa yang dilakukan Jerman Barat dan Austria. Namun FIFA tak bisa berbuat banyak. Skor akhir tak bisa diubah. Aljazair terpaksa harus tersingkir karena hanya finish diperingkat 3 setelah kalah selisih gol.

Karena kejadian inilah akhirnya FIFA memberlakukan sistem baru, di mana pertandingan terakhir fase grup harus digelar secara bersamaan. Sistem ini dibuat tentunya untuk menghindari kejadian serupa, kembali terulang.

foto: uk.reuteurs.com

[ar]

Komentar