Soal Mogok Main dan Lingkaran Setan yang Harus Dihentikan

Editorial

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Soal Mogok Main dan Lingkaran Setan yang Harus Dihentikan

Lanjutan dari halaman sebelumnya

Sementara itu, Mulyana Sobandi yang pernah menjadi instruktur wasit PSSI, membeberkan pandangannya soal kejadian mogok sebuah kesebelasan. Selain memang karena adanya kesalahan wasit dalam memberikan keputusan, ia menyebut bahwa aksi mogok yang terjadi sebagai puncak dari ketidakpercayaan sebuah kesebelasan terhadap kepemimpinan wasit. Kepercayaan yang harus bisa dibangun kembali oleh para wasit sekarang.

"Sebenarnya, keputusan yang dibuat wasit ada sebabnya. Dalam laga melawan Kukar kemarin, di mata wasit terlihat Matsunaga seperti diganjal oleh pemain lawan, maka wasit memberikan hukuman penalti. Tapi, kesalahan dari wasit adalah ia ada di posisi blind zone, sehingga ia tidak punya angle yang baik untuk melihat peristiwa Matsunaga tersebut. Ia hanya melihat Matsunaga jatuh, tapi tidak melihat sebab dari Matsunaga jatuh," ungkap Sobandi.

"Kemudian, kenapa bisa mogok demikian? Satu, secara hierarki tim lawan sudah tidak percaya kepada wasit. Kemudian, sebaliknya, bisakah teman-teman wasit memperbaiki hal seperti itu?" ujar pria yang juga pernah menjadi pemain ini.

Soal aksi mogok, Mak Mul (sapaan akrab Sobandi) pun menyebut bahwa regulasi harus dijadikan acuan untuk menghukum kesebelasan yang melakukan aksi mogok ini. Ia mengacu kepada regulasi yang digunakan dulu, bahwa dulu jika ada kesebelasan melakukan mogok, maka akan kena sanksi dan hukuman WO (walk out).

"Kalau terjadi pemogokan, seperti dalam regulasi, tim yang mogok kena sanksi, baik denda ataupun WO. Tim yang mogok akan kena skor [kalah] 3-0, Jadi jika tim yang mogok sedang menang 1-0, dia akan kalah dengan skor 3-1. Jika keadaan seri, maka tim yang mogok akan kalah dengan skor 3-0. Di regulasi yang dulu ada, tidak tahu kalau di regulasi yang sekarang, tapi harus tetap dipatuhi regulasi itu," ungkapnya.

Namun, usai laga yang berakhir dengan aksi mogok, seperti laga melawan Arema FC lawan Madura United serta PSM lawan Sriwijaya FC, tidak ada sanksi yang dijatuhkan oleh Komisi Disiplin PSSI terhadap kesebelasan yang mogok, padahal dalam regulasi di atas jelas disebutkan soal kesebelasan yang menolak bertanding. Apa memang karena tidak ada batas waktu mogok? Karena Sobandi menyebut di regulasi dulu ada batas waktu kesebelasan melakukan mogok.

"Di dalam regulasi dulu, di dalam peraturan pertandingan disebutkan bahwa apabila tim mogok, ditunggu lima menit oleh wasit. Kalau tidak, wasit bisa menghentikan seterusnya. Itu dulu, kalau sekarang mungkin regulasinya beda lagi," ungkapnya.

Proses menghentikan lingkaran setan

Dengan adanya aksi mogok ini, ada siklus yang terbentuk. Siklus tersebut berawal dari kualitas wasit yang dianggap buruk, sehingga menimbulkan aksi pemain dan pelatih yang protes, serta berlanjut ke aksi mogok, dan dibiarkan begitu saja tanpa ditindak. Lalu kembali lagi ke kualitas wasit yang buruk, dan hal yang sama pun kembali terjadi.

Siklus ini membentuk sebuah lingkaran setan, dan hal inilah yang membikin sepakbola Indonesia menjadi tidak maju dan terkesan jalan di tempat. Masih terjadinya lingkaran setan ini dalam ajang Liga 1 2017, liga baru dan semangat baru yang muncul setelah PSSI disanksi setahun lamanya oleh PSSI, menjadi sebuah pekerjaan rumah tersendiri yang harus diselesaikan oleh semua elemen sepakbola Indonesia.

Grafis lingkaran setan sepakbola Indonesia. Infografis: Haikal Kharisma

Apakah lingkaran setan ini bisa diputus? Tentu. Siklus itu akan berhenti jika ada salah satu fase yang berhasil dihentikan. Jika salah satu fase dihentikan, maka siklus tidak akan berlanjut dan kemungkinan sepakbola Indonesia untuk melaju ke arah yang lebih baik tetap terbuka.

Perihal wasit buruk, maka hal ini bisa dihentikan dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan mengenai dunia perwasitan sehingga kualitas wasit bisa lebih baik dan bisa memimpin jalannya pertandingan dengan baik. PSSI sudah mengupayakan ini dengan mendatangkan George Cumming, direktur wasit FIFA, untuk memperbaiki kualitas wasit di Indonesia.

Sedangkan untuk soal pemain atau pelatih yang kerap protes, hal ini akan berkaitan kembali dengan regulasi. Jika operator liga bisa menerapkan regulasi dengan baik, dan memberikan sanksi tegas bagi pihak-pihak yang melanggar, tanpa pandang bulu, maka akan sedikit kesebelasan-kesebelasan yang melakukan protes berlebihan kepada wasit.

Pada intinya, lingkaran setan ini harus berhenti. Selain memutus salah satu alur yang ada di dalam lingkaran tersebut, harus ada perbaikan menyeluruh di PSSI sehingga kelak, akan tercipta kondisi sepakbola Indonesia yang kondusif dan sepakbola Indonesia bisa maju ke arah yang lebih baik.

Foto: Taufik Ferdiansyah

Komentar