Kenapa Saya Harus Jadi Suporter Manchester City?

Editorial

by Ammar Mildandaru Pratama 35088

Ammar Mildandaru Pratama

mildandaru@panditfootball.com

Kenapa Saya Harus Jadi Suporter Manchester City?

Lanjutan dari halaman sebelumnya

Lalu kembali ke pernyataan awal dan judul tulisan, kenapa saya harus jadi suporter Manchester City? Jawabannya sebenarnya sudah terpapar sedari tadi, bahwa selain berprestasi di masa sekarang, kesebelasan ini juga menjanjikan di masa depan.

Tapi saya perlu ingatkan bahwa menjadi suporter Manchester City itu tidak mudah. Di era media sosial sekarang suporternya sering mendapat cibiran karena dianggap pecinta sesuatu yang instan. Dipanggil anak bawang karena mereka pikir tak tahu apa-apa soal sepakbola.

Padahal zaman terus berubah pilihan ada pada diri masing-masing, tetap mendukung kesebelasan dengan tradisi besar atau memilih alternatif lain. Lalu apakah dilarang jika penonton sepakbola usia muda yang memang baru mengenal sepakbola karena usianya atau alasan lain menyukai hal ini.

Memandang suporter lain lebih rendah levelnya karena baru mengenal sepakbola itu menyebalkan. Ibarat orang-orang yang merasa lebih hebat dari lainnya hanya karena mereka lebih tua umurnya. Padahal menjadi tua tak membutuhkan kemampuan khusus, semua orang bisa mendapatkannya.

Jangan khawatir akan merasa kesepian jika mendukung Manchester City. Karena menurut data yang dirilis media Spanyol Sport pada 2015, suporter The Citizens telah meningkat pesat. Pertumbuhannya mencapai 523% di seluruh dunia.

Selain secara global di tingkat lokal suporter mereka juga tak buruk-buruk amat. Stigma stadion kosong sampai plesetan stadion Emptyhad adalah propaganda akun sepakbola semacam @plesetanbola @plessbol. Akun fenomenal yang dikelola pendukung tetangga. Data musim lalu, jumlah penontonnya adalah nomor empat setelah Man United, Arsenal, dan West Ham. Model propaganda pakai sudut pandang foto tak sesuai konteks adalah ciri orang-orang "lama" bukan?

Tidak perlu takut juga bersaing dengan pendukung lain seperti Liverpool misalnya. Mereka juara liga terakhirnya saja berbarengan dengan stasiun TV swasta pertama di Indonesia RCTI diresmikan.

Apalagi dengan Arsenal yang kondisi pendukungnya sekarang terbelah menjadi dua, pro Wenger dan anti Wenger. Hampir mirip dengan peta politik di masyarakat Indonesia saat ini pasca pilpres. Bahkan seandainya saja Arsene Wenger akhirnya lengser dari jabatannya debat itu mungkin masih berlanjut. Jika Arsenal kemudian sukses yang dulunya anti Wenger bakal bersorak, begitu juga bolak-baliknya jika gagal. Mirip pilpres 2014 di Indonesia kan?

Lalu jika diejek suporter Chelsea ingatkan kepada mereka bahwa usia kita tak jauh-jauh amat. Roman Abramovich lebih dulu menginjakkan kaki di Inggris mungkin karena usianya 4 tahun lebih tua dari Sheikh Mansour. Bagaimana, masih bangga hanya karena lebih tua?

Sedangkan kesebelasan lain semacam Tottenham Hotspur tak usah dipikirkan. Bahkan pengikut kesebelasan London tersebut di Twitter masih kalah dengan yang dipunya Persib Bandung. West Ham apalagi, tahukah kalian kalau suporter mereka sempat meledak hanya karena film Green Street Hooligans.

Satu lagi yang menjadi ancaman tentu adalah Manchester United. Tapi jangan khawatir, jika mereka memamerkan aksi heroik final Liga Champions 1998 balas saja dengan gol menit Aguero ke gawang QPR pada 2012 lalu. Jika perlu tunjukkan bagaimana wajah Phil Jones dan Alex Ferguson ketika itu.

Jika mereka membantahnya dengan argumen kelas Liga Champions berbeda dengan liga, masih tetap tenang saja. Bilang bahwa akan kita balas musim depan, jika perlu bertemu di final. Memangnya kenapa harus menunggu musim depan? Karena musim ini Man United hanya berlaga di Liga Malam Jumat.

Menjadi pendukung Manchester City juga mudah karena mereka main di Liga Inggris, selalu mendapat jaminan siaran langsung televisi. Meski kerap mendapat sindiran dari tifosi Serie A karena dianggap kurang taktikal, kalian masih harus tenang dan tak perlu membalas. Ini dilakukan untuk memberi mereka hormat, selain senior di kalangan penggemar sepakbola Eropa di Indonesia, om-om ini juga sedang kesusahan karena terpaksa streaming hanya untuk menonton klubnya musim ini.

Serangan liga luar yang paling berisik mungkin akan datang dari Spanyol. Lagi-lagi tetap harus tenang karena faktanya mereka memang menjadi dominan di kawasan Eropa beberapa tahun belakangan. Namun jangan terpancing untuk pindah dukungan ke sana karena liganya mirip band RAN; Atletico Madrid, Barcelona, dan Real Madrid ibarat band dengan komposisi dua vokalis dan satu gitaris tersebut. Dan, kalian pasti tahu siapa yang diibaratkan sebagai gitarisnya.

Jadi bagaimana, sudah berminat menjadi suporter Manchester City?

Komentar