Di Inggris, Laporan KDRT Meningkat Saat Pertandingan Sepakbola Digelar

Berita

by redaksi

Di Inggris, Laporan KDRT Meningkat Saat Pertandingan Sepakbola Digelar

Seperti dilansir Harian Independent baru-baru ini, Yvette Cooper politisi feminis dari Partai Buruh di Inggris memaparkan sebuah data mencengangkan mengaitkan antara sepakbola dan kekerasan dalam rumah tangga yang sering menimpa kaum wanita.  Di Inggris, kekerasan dalam rumah tangga selalu melonjak dari tahun ke tahun, hanya saja lonjakan itu akan meningkat tajam di akhir pekan atau momen-momen tertetu saat pertandingan sepakbola gencar digelar.

Sebagai contoh, selama Piala Dunia 2010 dan 2014, layanan call line pelaporan KDRT di Inggris  menerima  laporan keluhan yang meningkat tajam hingga 26 pesen saat Inggris menang dan 38 persen saat Inggris kalah. Data itu terjadi pada Piala dunia 2010, lantas pada Piala Dunia 2014 yang dimana Inggris tak pernah menang, angka kekecewaan yang dilampiaskan lewat KDRT hingga mencapai 80%. Lantas di akhir pekan saat Liga Inggris digelar, laporan selalu meningkat hingga 30%.

Tingkat kekerasan dalam rumah tangga di Inggris telah mencapai titik krisis: rata-rata 2 perempuan per minggu dibunuh oleh pasangan atau mantan pasangan mereka. Lembaga Bantuan Hukum Perempuan Inggris memperkirakan bahwa 1,2 juta perempuan pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Ironisnya momen sepakbola selalu dijadikan sebagai pelampiasan melakukan KDRT.

Tapi tentu saja sepak bola tidak bisa disalahkan akan sikap pengecut ini. Hanya saja  pertandingan sepakbola ditengarai dapat memperburuk penyalahgunaan kekerasan yang ada. Seperti yang diutarakan Sandra Horley CBE, Kepala Eksekutif LBH Perempuan Inggris. "Para lelaki memilih memanfaatkan waktu pertandingan untuk melakukan hal itu, mengingat tingkat stress dan pengaruh alkohol akan meningkat saat mereka menonton sepakbola."

Apa yang terjadi di Inggris adalah contoh buruk seorang pengecut. Sebuah hal yang ironis mengingat tingkat perceraian di negara itu tergolong tinggi dibandingkan dengan negara eropa lainnya. Sebuah hal yang mengerikan jika membayangkan ribuan anak-anak yang ketakutan menyaksikan ayah mereka berlaku brutal terhadap ibu mereka di rumah lewat pemantik sebuah pertandingan sepakbola.

Komentar