Dalam Soal Pemberitaan Piala Dunia, Media Korea Utara Memang Beda!

Berita

by redaksi

Dalam Soal Pemberitaan Piala Dunia, Media Korea Utara Memang Beda!

Baru-baru ini Indonesia sedang dibingungkan oleh media. Setelah pemilihan umum presiden selesai, kedua kandidat presiden tersebut mengklaim bahwa pihaknya mendapatkan suara lebih banyak dan berhak untuk menjadi presiden berikutnya. Pengakuan tersebut didasarkan hasil dari hitung cepat yang dilakukan oleh beberapa lembaga survey di Indonesia.

Ini adalah kali pertama sebuah pemberitaan tentang hasil hitung cepat pemilu di media, khususnya di televisi, tak berjalan secara selaras. Ketika kita menyaksikan channel A, maka hasil hitung cepat yang ditampilkan menunjukkan kemenangan capres-cawapres dari kubu A. Tapi ketika berganti channel B, hasil hitung cepat justru menunjukkan bahwa capres dari kubu B-lah yang mendapatkan raihan suara lebih banyak.

Sangatlah mustahil jika kedua belah pihak benar-benar memenangkan pemilu tersebut. Tentunya ada satu media televisi yang hendak memanipulasi fakta untuk membodohi kita semua.

Sebagian dari kita berpikiran bahwa adalah hal memalukan bagi Indonesia bisa terjadi hal seperti ini. Namun Indonesia nyatanya tak perlu khawatir karena Indonesia bukan satu-satunya negara yang ‘berani’ melakukan hal kotor tersebut. Ada negara lain yang lebih fasih dalam hal mempropagandakan sebuah fakta. Bahkan ‘pembodohan’ yang mereka lakukan berskala lebih besar dibanding yang terjadi di Indonesia. Jika di negara kita hanya kelompok kecil atau satu kelompok media yang melakukannya, maka di negara tersebut pemerintahlah yang dengan sengaja memberitakan kabar palsu bagi rakyatnya.

Adalah Korea Utara yang medianya benar-benar dikuasai oleh pemerintah. Yang terbaru, media Korut memberitakan bahwa tim nasional Korut saat ini akan melawan Portugal pada babak 16 besar Piala Dunia yang diselenggarakan di Brasil. Mereka berhasil lolos dari babak fase grup setelah mengalahkan Jepang (7-0), Amerika Serikat (4-0), dan Cina (2-0). Setidaknya itu yang diberitakan Korea News Backup dalam YouTube.

[youtube]

[/youtube]

Brooks Peck di Yahoo Sports menulis: “Meskipun ini semua jelas omong kosong, namun tak akan menjadi omong kosong di Korea Utara. Jika berita luar ditayangkan di sana, maka pembawa berita akan mengatakan hal yang berbeda karena telah di sulih suarakan. Untuk itu, pertandingan Piala Dunia 2014 ditayangkan setelah 24-35 jam setelah pertandingan selesai, sehingga rakyat di sana tak dapat menyaksikan pertandingan secara live.”

Ini bukanlah hal baru bagi Korut. Empat tahun lalu, saat Korea Utara berlaga di Piala Dunia Afrika Selatan, media memberitakan bahwa timnas Korut berhasil mengalahkan Brasil dengan skor 1-0. Padahal kenyataannya, Brasil menang dengan skor 2-1. Dalam highlight tersebut hanya memperlihatkan gol yang diciptakan pemain Korut.

[youtube]

[/youtube]

Seperti yang kita ketahui Korea Utara sama sekali tak berlaga di Piala Dunia 2014. Korea Utara gagal lolos dari babak kualifikasi setalah kalah dua kali dari Uzbekistan dan Tajikistan. Namun media pemerintah telah membelokkan fakta tersebut sehingga rakyatnya percaya.

Korut memang dikenal sebagai media yang paling represif di dunia. Rezim satu partai menguasai semua kelompok media dalam negeri sebagai upaya untuk mengatur semua komunikasi dan membatasi kemampuan rakyat Korut untuk mendapat akses informasi dari luar. Semua wartawan dalam negeri adalah anggota dari partai yang berkuasa dan berfungsi sebagai corong bagi rezim tersebut. Setiap berita yang akan disiarkan pun harus disetujui oleh pemerintah.

Maka tak aneh para penduduk Korea Utara tak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di luar Korut. Mereka akan menelan mentah-mentah semua berita yang tersedia baik di surat kabar maupun media elektronik. Lagipula, mendengarkan atau melihat siaran asing yang tak mendapat legalitas publikasi dari pemerintah dianggap "kejahatan terhadap negara". Nantinya orang yang melakukan hal tersebut akan mendapat hukuman yang sangat berat seperti kerja paksa, hukuman penjara, dan hukuman mati.

Kekuasaan yang disalahgunakan menjadi faktor utama penyebab terjadinya propaganda tersebut. Itu pun yang terjadi saat ini di Indonesia. Pihak-pihak yang memiliki kekuasaan dalam sebuah kelompok media mencoba menyetir rakyat Indonesia untuk melakukan sebuah sikap atau tindakan tentang apa yang diberitakan media tersebut.

Ir. Soekarno dalam sebuah acara dengan Persatuan Wartawan Indonesia pada tahun 1965 pernah mengatakan: “Jangan sampai saudara-saudara mengeluarkan satu perkataan pun dari tetesan pena sudara yang tidak berisi satu kebenaran. Oleh karena tiap-tiap tetesan pena saudara dipercayai oleh pembaca. Jika surat kabar menulis seorang perempuan hamil dihamili ular, rakyat akan percaya”. Ya, media memang memiliki kekuatan yang sangat menakutkan. Oleh karena itu kita perlu hati-hati dalam membaca sebuah berita karena banyak pihak yang sering menyalahgunakan media sebagai alat untuk mewujudkan tujuan-tujuan terselubung.

foto: 101greatgoals.com

[ar]

Komentar