Melawan Terorisme dengan Sepakbola

Cerita

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Melawan Terorisme dengan Sepakbola

Pertandingan antara tuan rumah Brasil kontra Meksiko di Piala Dunia 2014 berakhir 0-0. Puluhan ribu pendukung Brasil maupun pendukung Meksiko yang memadati stadion Castelao tampak tenang-tenang saja sampai akhir pertandingan. Tiada keriuhan maupun selebrasi karena memang tidak ada gol tercipta. Pemandangan kontras tersaji di Damaturu, sebelah timur laut Nigeria.

Tepat hari itu, diselenggarakan acara nonton bareng (nobar). Di tengah jalannya pertandingan, sebuah bom meledak. Laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang memadati tempat nobar sontak panik dan berlarian lintang-pukang. Orang-orang yang menonton pertandingan Brasil kontra Meksiko di Damaturu disertai rasa takut akibat teror. Hari itu, tidak ada ketenangan di Nigeria.

Kelompok teroris Boko Haram pelaku serangan tersebut. Setidaknya 21 jiwa melayang dan 27 lainnya terluka parah akibat insiden itu.

Sepakbola kerap jadi sasaran empuk operasi sadis Boko Haram. Pada Maret 2014, tiga bulan sebelum tragedi Damaturu, dua ledakan terjadi secara bersamaan di Maiduguri. Lagi-lagi tempat kejadian perkaranya sama; tempat nobar pertandingan sepakbola.

Berdasarkan survei Nielsen Sports pada 2014, Nigeria adalah negara yang paling terlibat dengan sepakbola. Jumlah penduduk Nigeria pada tahun itu sebanyak 177 juta jiwa dan 83 persen di antaranya terlibat aktif dengan sepakbola. Sebagai perbandingan, di posisi dua ada Indonesia yang 77 persen masyarakatnya terlibat dengan sepakbola.

Di Nigeria pula terdapat festival “Arsenal Day” yang dirayakan tiap tahun dalam rangka memperingati berdirinya klub asal London Utara itu. Menurut Ilyas Abdulsalam, direktur Arsenal fans klub cabang Ebiraland, festival itu tidak pernah sepi pengunjung. Pada 2017, CNN melaporkan ada lebih dari sembilan ribu orang yang berkumpul mengenakan kostum Arsenal. Hal ini menjadi unik karena di Inggris saja tak pernah ada yang namanya festival “Arsenal Day”.

Tingkat kecintaan masyarakat Nigeria akan sepakbola berada di level dewa. Menurut Biyi Akangbe di situs soccernet.com, penduduk Nigeria percaya ada dewa dalam bentuk permainan sepakbola yang mereka beri nama “GoS” (God of Soccer). Tiap ada pertandingan sepakbola, penduduk Nigeria punya ritual memuja. Orang-orang Nigeria bakal berkumpul, dan inilah salah satu alasan mengapa Boko Haram suka menyerang area yang berkaitan dengan sepakbola.

Selain dapat menimbulkan korban tewas dalam jumlah yang banyak, sepakbola menjadi target penyerangan karena perbedaan ide. Sejak didirikan, kelompok Boko Haram punya misi untuk melawan nilai-nilai peradaban Barat. Sepakbola dianggap salah satu produk budaya Barat yang digemari oleh masyarakat muslim Nigeria. Boko Haram sangat benci jika melihat masjid-masjid mereka kosong tetapi di sisi lain, umat Islam malah meramaikan lapangan-lapangan atau kegiatan sepakbola. Bagi kelompok Boko Haram, sepakbola merupakan sumber dari segala maksiat dan seketika menjadi halal untuk dimusnahkan.

Namun bagi tentara Nigeria yang menjadi garda terdepan dalam melumpuhkan Boko Haram, sepakbola justru dijadikan kekuatan. Tentara sadar bahwa sepakbola adalah bagian dari kehidupan masyarakat Nigeria. Di halaman rumah, gang-gang sempit, kolong jembatan, pinggir pantai, bahkan reruntuhan bangunan sekali pun, selalu ada lanskap permainan sepakbola.

Pada November 2017, tentara Nigeria menggelar konferensi pers terkait rencana mengadakan kejuaraan sepakbola junior. Perlu diketahui bahwa kelompok Boko Haram menggunakan anak-anak sebagai pelaku bunuh diri. Menurut data UNICEF, dari Januari hingga Agustus 2017, sudah ada 83 anak di Nigeria yang dijadikan “bom berjalan”. Jumlahnya diyakini masih terus bertambah hingga kini.

Adanya turnamen sepakbola bagi kelompok usia muda diyakini mampu menangkal terorisme. Hal itu diamini Audu Bulama Bukarti, seorang peneliti di Tony Blair Institute for Global Change. Menurut sarjana hukum asal Nigeria itu, langkah tersebut merupakan inovasi taktik untuk melemahkan kelompok Boko Haram. Jika pendekatan ini berhasil, maka akan jadi kemenangan penting bagi tentara. Anak-anak bakal resisten terhadap segala bentuk rekrutmen dari pihak teroris. Boko Haram akan kehilangan sumber daya manusia dan juga potensi regenerasi kelompok mereka.

Selain itu, sepakbola juga akan jadi saluran positif bagi kemarahan dan kesedihan anak-anak yang kehilangan sanak famili. Sepakbola akan jadi alternatif pemandangan ketika kanan dan kiri mereka hanyalah puing-puing kenangan. Sepakbola juga yang mungkin akan mengubah nasib mereka jadi lebih baik.

Sejak awal 1990-an, Nigeria sudah mengekspor para pemain berbakat ke liga-liga top Eropa. Taribo West, Odion Ighalo, Brown Ideye, Samson Siasia, dan Obafemi Martins adalah para pemuda Nigeria yang berhasil keluar dari lingkungan yang keras dan liar. Adapun lingkungan itu berada di Ajegunle, Lagos, Nigeria.

Berdasarkan laporan BBC tahun lalu, tingkat kejahatan di daerah itu yang tertinggi di Nigeria. Tidak hanya itu, Ajegunle juga minim ketersediaan air bersih dan masih belum dialiri listrik. Tapi para pemuda di sana tidak patah semangat. Mereka menjadikan sepakbola sebagai social elevator.

Kini, sepakbola digunakan oleh tentara Nigeria sebagai strategi mengalahkan terorisme. Sebelum Boko Haram menyebarkan teror ke seluruh penjuru Nigeria, sepakbola sudah membawa pesan-pesan positif di sana.

Nigeria adalah negara yang dihuni lebih dari dari 300 suku. Yoruba, Igbo, Hausa, dan Itsekiri adalah beberapa di antaranya. Masing-masing suku punya hukum adat dan hal itu tak jarang menjadi pemicu konflik antar suku di Nigeria. Kendati demikian, konflik itu berhasil diredam oleh sepakbola. Sebagaimana dilaporkan BBC, ketika mereka bermain dalam satu lapangan, maka sudah tak ada lagi ego antar suku. Mereka bermain sebagai orang Nigeria.

Banyak cara merayakan sekaligus menyikapi momentum Piala Dunia. Di Nigeria, hal ini berarti pesta karena kebetulan ada perwakilan mereka di Rusia nanti. Meski pernah terjadi tragedi bom yang bertempat di area nobar, hal itu bukan halangan untuk terus mendukung timnas Nigeria. Malah, sepakbola akan jadi senjata khusus untuk melawan aksi-aksi teror. Nigeria dan sepakbola seolah berkata: kami tidak takut!

Komentar