Marcel Sacramento: "Bek Indonesia Paling Tangguh? Maman Abdurrahman"

Cerita

by redaksi

Marcel Sacramento: "Bek Indonesia Paling Tangguh? Maman Abdurrahman"

Marcel Sacramento langsung menjadi salah satu penyerang asing produktif di Indonesia sejak pertama kali datang pada 2016. Saat itu ia membela Semen Padang yang mengikuti ajang Indonesia Soccer Champions A 2016. Pada liga pengisi kekosongan sepakbola Indonesia yang sedang dihukum FIFA tersebut ia mencetak 21 gol. Torehan golnya saat itu hanya kalah dari Beto Goncalves (25 gol).

Sekarang Sacramento memasuki musim ketiganya di Indonesia. Kesebelasan yang ia bela saat ini adalah Persipura Jayapura. Saat artikel ini ditulis, Persipura tengah memuncaki klasemen sementara Liga 1 2018. Sacramento turut menyumbang lima gol dari tujuh laga yang sudah dijalaninya.

Indonesia sendiri bukan negara asing pertama yang ia jajaki dalam kariernya. Selain di Brasil yang menjadi tempat kelahirannya, pemain kelahiran 24 Agustus 1987 tersebut pernah bermain di Jepang bersama Albirex Niigata dan di Swedia saat membela Kalmar FF dan Jonkoping Sodra.

Usai sesi latihan Persipura Jayapura di Lapangan C Stadion Senayan, Rabu (9/5), kami sempat berbincang-bincang singkat dengan Sacramento terkait perjalanan kariernya tersebut, bahkan soal kemungkinan dirinya dinaturalisasi. Berikut petikan wawancara kami dengan penyerang yang kini berusia 30 tahun tersebut:

Sejak membela Semen Padang Anda sudah langsung bisa mencetak banyak gol, walau musim lalu sempat menurun tapi sekarang mulai kembali menemukan ketajaman. Apakah menurut Anda sepakbola Indonesia cukup mudah?

Tidak. Sepakbola Indonesia punya perbedaan besar dari segi kecepatan. Para pemainnya kecil tapi sangat cepat. Ini sebenarnya sulit buat pemain Brasil yang lebih banyak menguasai bola. Pemain Brasil itu sabar kalau di sini, tidak terlalu cepat.

Tidak mudah di Indonesia karena Anda harus beradaptasi dengan cepat. Setiap Anda pergi [menyerang], Anda harus kembali lagi [ke pertahanan], terus seperti itu karena sangat banyak serangan balik.

Saya pikir saya bisa cetak banyak gol di Semen Padang pada musim pertama karena tim saya sangat bagus. Sekarang di Persipura juga begitu, sangat kuat. Setiap saat kami bermain untuk menang. Itu bagus untuk saya.

Saya butuh gelandang yang bagus karena saya butuh bola. Saya tidak cepat tapi saya pemain yang cukup pintar. Saya suka operan kombinasi; satu-dua sentuhan mudah buat saya.

Tapi kalau tidak salah, dari hasil pencarian saya, Anda dulu posisinya gelandang ya? Kok bisa langsung produktif saat jadi penyerang?

Di Brasil saya tidak masalah saya bermain di posisi nomor 10, di belakang penyerang, karena saya punya umpan yang bagus. Tapi sistem permainan di Indonesia berbeda. Semua kesebelasan bermain dengan 4-3-3. Di formasi ini, di Indonesia, posisi terbaik saya adalah penyerang.

Sejauh ini, siapa pemain belakang yang paling tangguh yang Anda ingat?

Indonesia punya sangat banyak bek yang tangguh. Tapi buat saya yang paling tangguh pertama adalah Fabiano Beltrame. Kalau pemain lokal Maman [Abdurrahman], pemain Persija. Di tim saya, Yohanis Tjoe, juga bek yang sangat kuat. Di Indonesia sangat banyak bek bagus.

Ngomong-ngomong bagaimana ceritanya Anda "terdampar" di Indonesia? Siapa yang mengajak Anda bermain di sini?

Sebelumnya saya punya satu teman yang pernah bermain di sini. Teman saya itu Diego Santos [Paulo Diego Messias dos Santos, red], sebelumnya main di Semen Padang.

Dia yang memberikan DVD permainan saya ke seseorang di Indonesia. Semen Padang dan Persib Bandung menyukainya. Kemudian teman saya bertanya, ‘Marcel, kamu mau coba datang ke Indonesia?’ saya jawab, ‘kenapa tidak?’.

Selain di Brasil, Anda pernah main di Jepang dan Swedia. Apa yang membedakan negara-negara tersebut dengan Indonesia, baik di dalam maupun luar lapangan?

Di Jepang sangat fantastis. Mereka sangat profesional dalam segala hal. Uang yang dihasilkan pun sangat banyak. Di Jepang Anda akan bahagia karena punya struktur yang bagus untuk latihan, hotel, semuanya. Itu membuat pemain lebih mudah. Ketika Anda datang ke Jepang Anda cuma tinggal fokus ke permainan saja karena Anda sudah cukup senang dengan yang Anda dapatkan. Anda mendapatkan vitamin, suplemen, tempat latihan yang bagus, bola baru, baju baru, semuanya sangat dimudahkan karena itulah Jepang fantastis.

Di Swedia seperti sepakbola Eropa umumnya, saya menyebutnya sepakbola robot. Pemain-pemain sangat kuat, sangat banyak latihan yang harus dijalani, itu menjadikan sepakbola di sana lebih sulit.

Di Brasil jauh lebih mudah. Tapi Brasil punya sangat banyak pemain bagus jadi sangat susah bermain di tim utama kesebelasan divisi satu. Di sana Anda akan sering pindah karena biasanya Anda dikontrak selama tiga bulan. Ketika Anda kalah satu atau dua pertandingan, Anda akan pindah kesebelasan. Itu berbeda dengan di Indonesia, di sini Anda punya kontrak satu tahun, artinya satu tahun untuk beradaptasi jadi lebih mudah.

Di Indonesia suporternya sangat fantastis. Setiap bertanding, stadion selalu penuh. Tapi Indonesia perlu melihat sepakbola Eropa soal organisasi, contohnya soal lapangan latihan, soal fisioterapi, obat-obatan, soal-soal seperti itu Indonesia agak tertinggal jauh dari Eropa. Meskipun begitu saya suka berada di Indonesia, saya sangat suka sekali tinggal di Indonesia.

Soal sepakbola Indonesia, tahukah Anda kalau di Anniversary Cup 2018 kemarin timnas Indonesia tak mencetak satu gol pun. Indonesia kemudian dikenal tidak punya striker lokal yang bagus, banyak yang bilang kehadiran penyerang asing adalah salah satu penyebabnya. Tanggapan Anda?

Indonesia punya penyerang lokal bagus, tapi soal kualitas, penyerang asing memang lebih unggul. Seorang penyerang harus percaya diri setiap saat. Sementara pemain Indonesia seringkali kehilangan konsentrasi. Kalau sudah begini, meski main bagus, Anda tetap tidak bisa cetak gol. Menurut saya ini masalah yang ada pada penyerang-penyerang Indonesia.

Tips dari Anda untuk para penyerang Indonesia?

Anda butuh banyak pengalaman. Sebagai penyerang Anda juga harus sabar. Yang paling penting Anda harus bisa mengontrol bola untuk bisa mencetak gol.

Terakhir, Anda dua-tiga tahun lagi bisa dinaturalisasi dan jadi pemain timnas Indonesia, loh. Siap jadi WNI?

Ya, ya. Saya sangat suka Indonesia. Jika saya diminta, kenapa tidak?


Wawancara ini dilakukan dalam Bahasa Inggris. Kata yang tidak dicetak miring adalah kata yang diucapkan narasumber dalam bahasa Indonesia.

Sumber foto: liga-indonesia.id

Komentar