Apa Hebatnya Pelatih Baru Bayern, Niko Kovac?

Cerita

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Apa Hebatnya Pelatih Baru Bayern, Niko Kovac?

Sesaat setelah Bayern Muenchen memastikan gelar juara Bundesliga, Jupp Heynckes mengonfirmasi bahwa dirinya akan kembali menikmati masa pensiun setelah musim 2017/18 berakhir. Sebagai respons atas keputusan Heynckes, pada Jumat (14/4) waktu setempat, Bayern akhirnya mengumumkan peresmian penunjukan Niko Kovac sebagai sebagai pengganti Heynckes.

Menurut Heynckes, sosok yang kini masih menjabat sebagai manajer Eintracht Frankfrut itu merupakan tipikal manajer pekerja keras, inovatif, dan memiliki passion yang luar biasa di bidang sepakbola. Bagi Heynckes, Kovac adalah sosok luar biasa yang telah ditakdirkan untuk melatih Bayern.

“Saya percaya Bayern telah membuat keputusan bagus untuk membawanya. Dia bekerja dengan banyak tipe pemain berbeda dengan berbagai kewarganegaraan di Frankfurt, dan dia melakukan pekerjaan luar biasa. Dia ditakdirkan untuk melatih Bayern. Dia adalah pilihan yang tepat. Saya pikir, ini akan berhasil,” kata Heynckes, dilansir dari situs Bundesliga.

Heynckes tentu tak asal bicara. Meski Kovac belum pernah membawa tim yang diasuhnya meraih gelar juara, tapi rekam jejaknya di dunia kepelatihan membuktikan bahwa ia adalah pelatihan potensial, khususnya bagi Bayern.

***

Setelah memutuskan gantung sepatu pada 2009, Kovac langsung fokus meniti karier sebagai pelatih di Akademi RB Salzburg. Selama dua tahun menjadi pelatih Akademi Salzburg, pada 2011 ia naik jabatan sebagai asisten Ricardo Moniz di tim senior.

Satu tahun di akademi Salzburg, Kovac lantas menerima tawaran menukangi timnas U-21 Kroasia. Saat itu Kovac ditargetkan membawa Kroasia lolos ke Piala Eropa U-21 2015. Akan tetapi target tersebut gagal dicapai setelah Kroasia kalah dari Inggris di babak play-off.

Namun pesona Kovac tak memudar. Pada 16 Oktober 2013, Davor Suker, Presiden Federasi Sepakbola Kroasia (CFF), menunjuk Kovac sebagai pengganti Igor Stimac, yang dipecat dari kursi pelatih kepala timnas Kroasia, setelah awal yang buruk di kualifikasi Piala Dunia 2014. Kovac dibebani tugas membawa Kroasia lolos ke Piala Dunia 2014. Ia kemudian berhasil merealisasikan target tersebut dan membawa Kroasia tampil di Brasil. Tapi, pada 9 September 2015, CFF mendepak Kovac.

Kovac, tak perlu lama menganggur. Enam bulan setelah dipecat CFF, ia dipinang Eintracht Frankfurt. Kovac resmi diperkenalkan sebagai manajer baru The Eagles pada 8 Maret 2016, menggantikan Armin Veh. Saat Kovac bergabung kondisi Eintracht benar-benar terpuruk.

Di tabel klasemen Bundesliga, Eintracht terseok di zona degradasi. Bukan situasi yang menguntungkan bagi Kovac, yang tengah memulai debutnya sebagai manajer kesebelasan divisi teratas. Dengan sisa sembilan pertandingan di Bundesliga, Kovac ditargetkan bisa membuat Eintracht bertahan di Bundesliga.

Debut Kovac bersama Eintracht tak berjalan mulus, kekalahan 0-3 dari Borussia Moenchengladbach menandai kiprahnya sebagai pelatih kesebelasan. Namun setelah itu, Eintracht bangkit dengan meraih empat kemenangan dalam tujuh pertandingan selanjutnya. Perlahan The Eagles mulai meninggalkan zona degradasi karena naik peringkat ke posisi 15. Namun, kekalahan 0-1 dari Werder Bremen di pekan ke-34 Bundesliga membuat Eintracht kembali turun ke posisi 16.

Nasib Eintracht bertahan di Bundesliga berada di ujung tanduk. Nasib mereka harus ditentukan melalui laga play-off melawan Nuremberg. Di pertandingan leg pertama, bermain imbang 1-1. Hasil akhir pertandingan tersebut menguntungkan Nuremberg, yang hanya butuh hasil imbang 0-0 di pertandingan leg dua, karena keunggulan gol tandang. Namun Eintracht sukses membalikkan keadaan di laga leg dua. Mereka mengalahkan Nuremberg 1-0. Melalui keunggulan agregat 2-1, Eintracht bertahan di Bundesliga.

Kovac kemudian dihadapkan pada kenyataan sulit saat akan memulai debut satu musim penuhnya bersama Eintracht. Ia kehilangan beberapa pemain andalan seperti Carlos Zambrano hingga Stefan Aigner yang memutuskan hengkang. Ditambah dengan kondisi finansial klub yang tak terlalu bagus, Kovac tak punya banyak pilihan untuk mendatangkan pemain baru.

Atas situasi itu Kovac mendatangkan banyak pemain muda seperti Jesus Vallejo (Real Madrid), Guillermo Varela (Manchester United), Michael Hector (Chelsea), dan Ante Rebic (Fiorentina) dengan status pinjaman. Bermodalkan skuat yang terbilang seadanya, Kovac tetap membuktikan kapasitasnya sebagai juru taktik andal.

Di paruh pertama musim 2016/17, Kovac berhasil membawa Eintracht bertengger di posisi lima besar. Mereka juga menjadi salah satu kesebelasan yang tak terkalahkan selama tampil di laga kandang. "Anda dapat mencapai banyak hal dengan organisasi, tanggung jawab dan disiplin," kata pria berusia 46 tahun itu kepada Frankfurter Allgemeine Zeitung.

Akan tetapi di paruh kedua musim 2016/17, Eintracht kehabisan bensin. Menukiknya performa Eintracht di Bundesliga membuat kans tampil di kompetisi Eropa pun sirna. Di akhir musim, The Eagles hanya mampu finis di papan tengah, tepatnya di posisi ke-11.

Walau begitu, di ajang DFB Pokal, Kovac mampu membawa Eintracht lolos hingga partai final. Itu merupakan partai final pertama Eintracht dalam satu dekade terakhir. Oleh karenanya itu menjadi prestasi gemilang bagi Frankfurt dan Kovac meski di partai puncak The Eagles takluk dari Borussia Dortmund.

"Tentu saja kami kecewa, tetapi kebanggaan saya pada kenyataannya kami mendorong Dortmund jauh melebihi itu. Musim ini luar biasa bagus. Kami mengakhirinya dengan baik dengan final, dan sekarang kami akan mencoba untuk menjadi lebih baik lagi di musim depan," tegas Kovac dilansir dari situs resmi DFB.

Memulai musim 2017/18, Kovac kembali merancang komposisi yang pas bagi Eintracht. Ia belajar dari pengalaman di musim sebelumnya dengan meminimalisasi pendatangan pemain berstatus pinjaman. Perombakan skuat Eintracht dimulai dengan kedatangan Jetro Willems yang diproyeksi sebagai pengganti Oczipka yang hengkang ke Schalke 04.

Selain itu, beberapa pemain seperti Sebastien Haller, Simon Falette, dan Danny da Costa didatangkan dengan harga murah. Kevin-Prince Boateng pun tiba dengan status bebas transfer.

Dengan skuat yang ‘lebih mumpuni’ dari tahun sebelumnya, Kovac menatap musim 2017/18 dengan lebih percaya diri. Hasilnya, Eintracht melaju dengan akselerasi maksimal. Hingga berakhirnya pekan ke-29, Eintracht nyaman di posisi lima besar klasemen sementara Bundesliga. Tak hanya itu, Eintracht juga berada di posisi dua sebagai kesebelasan dengan tingkat kebobolan paling sedikit di Bundesliga. Sejauh ini, gawang mereka baru kebobolan 33 kali, hanya kalah dari Bayern dengan 21 kebobolan.

Pencapaian lainnya yang diukir Kovac bersama Eintracht pada musim ini adalah The Eagles tampil di semi-final Piala DFB untuk tahun kedua secara beruntun. Hal tersebut membuat Kovac berhasil menyamai pencapaian Dietrich Weise dan Friedhelm Funkel.

***

Dalam dua setengah musim kiprahnya bersama Eintracht, Kovac mengubah status The Eagles dari pejuang zona degradasi menjadi pejuang peraih tiket tampil di kompetisi Eropa. Melalui pencapaian tersebut, maka tak heran bila Bayern menginginkan Kovac mengarsiteki Robert Lewandowski dan kawan-kawan pada musim depan.

Dengan skuat yang jauh lebih mewah dan sokongan dana melimpah, Kovac bisa bereksplorasi membuat Bayern lebih kuat dari musim ini. Setidaknya itulah optimisme yang dilambungkan Direktur Olahraga Bayern, Hasan Salihamidzic, yang bertanggung jawab atas pemilihan pelatih baru Bayern di musim depan.

"Niko melakukan pekerjaan fantastis, dia mengambil alih Frankfurt ketika mereka berada dalam posisi yang sulit dan sekarang mereka mendorong untuk Eropa. Dia juga memiliki pengalaman internasional, setelah membawa Kroasia ke Piala Dunia," katanya kepada FCBayern TV.

Salihamidzic juga meyakini bahwa Kovac merupakan kriteria manajer ideal bagi Bayern. Selain fasih berbahasa Jerman, ia juga mengenal betul karakteristik sepakbola Jerman karena Kovac lahir di Berlin. Selain itu, Kovac juga pernah bermain untuk Bayern sebagai gelandang antara 2001 dan 2003.

"Niko bermain untuk Bayern, dan tahu orang-orang yang bertanggung jawab, serta struktur dan DNA klub dengan sangat baik. Kami yakin dia pelatih yang tepat untuk masa depan FC Bayern. Ada kesejajaran dengan Jupp Heynckes juga," sambung Salihamidzic.

Foto: @FCBayernEN

Komentar