Dari Nomor Tiga di Turki Menuju Kesebelasan Elite Dunia

Cerita

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Dari Nomor Tiga di Turki Menuju Kesebelasan Elite Dunia

Jujur saja. Melihat deretan kesebelasan yang menduduki peringkat pertama di fase grup Liga Champions UEFA musim ini, kita melihat ada satu kesebelasan yang dianggap lemah: Besiktas JK.

Kesebelasan asal Turki ini menghuni Grup G bersama AS Monaco FC, FC Porto, dan RB Leipzig. Pada pengundian awal juga Besiktas menempati pot tiga (bisa dibaca juga sebagai unggulan ketiga, atau non-unggulan kedua) setelah Monaco dan Porto, serta sebelum Leipzig di pot empat. Padahal mereka adalah juara Süper Lig Turki.

Pada akhirnya, kesebelasan asal Istanbul ini keluar sebagai juara grup, didampingi oleh Porto sebagai runner-up. Sementara itu Leipzig terlempar ke Liga Europa; dan Monaco, sang juara Prancis yang menempati pot pertama, menjadi juru kunci.

Besiktas yang diasuh oleh Senol Günes menjadi juara grup bersama dengan para juara grup lainnya seperti Manchester United, Paris Saint-Germain, Roma, Barcelona, Liverpool, Manchester City, dan Tottenham Hotspur. Kembali ke pembuka tulisan ini: jujur saja, di antara nama-nama kesebelasan tersebut, Besiktas yang paling “lemah”, kan?

Sampai di pengundian fase knock-out 16 besar, kesebelasan runner-up grup yang “beruntung” mendapatkan Besiktas sebagai lawannya adalah raksasa asal Jerman, Bayern München.

Meski “beruntung” di pengundian babak 16 besar, bisa dibilang Bayern “tak beruntung” juga di fase grup karena hanya menjadi runner-up. Mereka kalah dari PSG, yang juga merupakan kesebelasan elite, di klasemen akhir Grup B, di atas Celtic dan Anderlecht, meski memiliki jumlah poin yang sama, 15.

Bayern sebenarnya bisa saja menjadi juara grup asalkan mereka bisa mengalahkan PSG dengan minimal selisih empat gol di matchday terakhir Grup B. Hal ini terjadi karena pada pertemuan pertama di Paris, PSG menang 3-0. Karena UEFA menerapkan head-to-head untuk penentuan posisi di grup, maka Bayern butuh menang lebih dari itu.

Baca juga: Hanya ada Tiga Kesebelasan Besar di Dunia, Salah Satunya Bayern

Pada akhirnya Bayern “hanya” menang 3-1. Itu tak cukup untuk membuat mereka keluar sebagai juara grup.

“Ini grup yang sulit bersama FC Bayern, kami pantas bersyukur,” kata Unai Emery, manajer PSG setelah laga. “Kami senang karena menjuarai grup,” kata Julian Draxler, pemain PSG. Rasa syukur dan rasa senang tersebut sepertinya buyar pada pengundian babak 16 besar, PSG bertemu dengan Real Madrid.

Sementara itu, Bayern sempat waswas karena semua calon lawan mereka tergolong berat di babak 16 besar, kecuali Besiktas. Mereka mendapatkan pengecualian itu. Pertanyaannya, benarkah Besiktas adalah lawan yang mudah untuk Bayern?

Perencanaan Jangka Panjang “Si Nomor Tiga”

Besiktas adalah kesebelasan tertua di Turki. Mereka berdiri pada 1903. Karena sering merepresentasikan Turki, Besiktas diberikan hak untuk menampilkan bendera Turki di logo mereka. Selain itu, logo mereka juga memiliki tiga bintang, yang masing-masing bintangnya mewakili 5 kali gelar juara.

Kesebelasan yang memiliki julukan Elang Hitam ini berhasil menjadi juara Turki pada dua musim ke belakang secara berturut-turut. Besiktas juga sempat menjadi perbincangan ketika menjuarai Liga Turki musim lalu karena melakukan pawai menggunakan kapal-kapal di Selat Bosphorus, selat yang memisahkan Istanbul bagian Eropa dengan Istanbul bagian Asia.

Lolosnya mereka ke babak 16 besar Liga Champions musim ini adalah sejarah, karena mereka tidak pernah bisa melakukannya dalam 31 tahun terakhir.

Musim lalu mereka tersingkir dari fase grup Liga Champions ke babak 32 besar Liga Europa setelah kalah saing dari Napoli dan Benfica di Grup B. Di pertandingan terakhir, mereka dibantai 6-0 di kandang sang juru kunci, Dynamo Kyiv.

Merajai liga domestik tapi kemudian jadi pecundang di Eropa adalah hal yang biasa. Apalagi Besiktas (total 15 kali juara Turki) juga merupakan “kesebelasan si nomor tiga” di Turki dan juga Istanbul karena masih kalah dari Galatasaray (20) dan Fenerbahce (19), meski menang populer dibandingkan Istanbul Basaksehir dan Kasimpasa.

Baca juga: Intercontinental Derby, Rivalitas Abadi Antara Fenerbahce dan Galatasaray

Sepakbola di dekat Istana Dolmabahce di pinggir Selat Bosphorus, tempat kandang Besiktas, selalu seperti ini. Setidaknya sampai 2013. Fondasi kesuksesan mereka saat ini dimulai saat penunjukkan Slaven Bilic pada 26 Juni 2013, satu hari setelah UEFA menghukum Besiktas karena skandal pengaturan pertandingan.

Saat itu, terakhir kali mereka menjadi juara Turki adalah pada 2009, dan tak ada tanda-tanda kebangkitan. Namun, Bilic mengawali karier kepelatihannya dengan baik di Besiktas.

“Itu cinta pada pandangan pertama untuk para pendukung Besiktas,” kata Engin Kehale, jurnalis dan pembawa acara beIN Sports, dikutip dari Bleacher Reports. “Bilic seperti orang Besiktas yang ditunjuk untuk memimpin tim di atas lapangan. Tim merefleksikan karakteristik Bilic — gembira, terorganisir, dan agak rebel.”

Meski musim itu Besiktas hanya menempati peringkat ketiga, Bilic sudah menancapkan fondasi kesuksesan Besiktas saat ini melalui pemain-pemain seperti Atiba Hutchinson, Oguzhan Özyakup, Gokhan Töre, Necip Uysal, dan Cenk Tosun.

Gairah Bilic terhadap sepakbola juga yang mendasari presiden mereka, Fikret Orman, membangun prioritas Besiktas untuk tumbuh menjadi yang terbaik, bukan hanya di Turki, tapi juga di dunia.

Salah satu caranya adalah dengan tampil reguler di Liga Champions, kompetisi yang ditonton oleh berjuta-juta pasang mata dari seluruh dunia. “Untuk menyampaikan pesan kepada suporter di seluruh dunia, Liga Champions menjadi krusial” kata Kehale.

“Rencananya jelas, yaitu menjadi merek global. Itu juga kenapa Besiktas melakukan perjalanan ke Tiongkok musim panas ini (2017) untuk memainkan pertandingan persahabatan melawan Schalke. Idenya adalah untuk membangun basis suporter di luar Turki,” lanjutnya.

Pemasaran Sukses dan Engagement Tinggi

Di awal musim ini, Besiktas melakukan pembaruan besar-besaran dalam hal pemasaran dan pendekatan di media sosial. Tagar #ComeToBesiktas menjadi salah satu ciri khas Besiktas yang menjadi trending topic.

Beberapa pemain seperti Caner Erkin, Pepe, Álvaro Negredo, Orkan Cinar, dan Gary Medel kemudian benar-benar come to Besiktas di musim panas. Cristiano Ronaldo bahkan sempat diajak untuk bergabung ke Besiktas dengan tagar ini.

Salah satu penyerang andalan mereka, Cenk Tosun, pindah ke Everton di musim dingin. Namun, sebagai gantinya, Besiktas berhasil mendatangkan Vagner Love dan Cyle Larin, penyerang menjanjikan asal Kanada.

Manajer mereka saat ini, Senol Günes, banyak terbantu karena Bilic meninggalkan warisan skuat, gairah, dan mentalitas yang menjadi kunci kesuksesan Besiktas. Günes mempertegas permainan Besiktas dengan bukan hanya untuk menang, tapi juga untuk menghibur.

“Kamu pikir [banyak pemain bintang] adalah kelompok yang sulit diajak bekerja sama,” kata Kehale. “Tapi tidak untuk Günes.”

Günes sebelumnya pernah membawa Turki ke semifinal Piala Dunia 2002. “Jika kamu memiliki rencana yang tepat dan orang-orang yang tepat untuk mengimplementasikan rencana tersebut, kamu sudah membangun sesuatu untuk masa depan, bukan hanya untuk satu percobaan mendapatkan gelar juara,” lanjut Kehale.

Menurut Kehale, langkah ini adalah langkah terbesar yang Besiktas ambil, yang belum pernah dilakukan oleh Galatasaray dan Fenerbahce. Itu yang membuat Besiktas sudah beda level, padahal dulu mereka hanya sekadar kesebelasan ketiga di Istanbul dan Turki; sekarang mereka menatap status sebagai kesebelasan elite dunia.

Jadi, Besiktas lawan yang mudah, nih, Bayern? Sementara sebaliknya, sudah siap menghadapi Bayern sebagai kesebelasan elite yang sesungguhnya, Besiktas?

Komentar