Naby Keita, Dari Jalanan Guinea ke Anfield

Cerita

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Naby Keita, Dari Jalanan Guinea ke Anfield

Namun keinginannya tersebut sempat terganjal karena kedua orang tuanya lebih mendukung agar dirinya fokus pada pendidikan. Walau begitu, Keita tetap teguh pada pendiriannya untuk menjadi pesepakbola. Ia berpikir bahwa sepakbola adalah salah satu jalan kesuksesan yang bisa ia ambil untuk membahagiakan keluarganya. Pada usia 16 tahun, Keita pun nekat berkelana ke Prancis.

“Saya telah menonton banyak pertandingan Ligue 1, Liga Champions dan Liga Inggris di TV dan saya tahu saya ingin bermain di level itu. Tidak mungkin saya mencapai tujuan itu bila hanya diam di rumah, jadi jelas bahwa saya harus menguji diri dengan pergi ke Eropa. Saya bertekad untuk menjadi pesepakbola, bukan hanya karena saya menyukai permainan ini, tapi saya bisa memberikan sesuatu untuk keluarga saya."

Setibanya di Prancis ia mengikuti beberapa seleksi, salah satunya bersama Le Mans. Perjalanannya tidak semulus yang dibayangkan, banyak kesulitan yang harus dihadapi karena ia harus bersaing dengan pemain-pemain yang tumbuh dan mengenal sepakbola dari akademi, tidak seperti dirinya yang didik oleh sepakbola jalanan. Keita menemui banyak kendala, terlebih dalam penafsiran sepakbola yang rumit.

Saat menjalani seleksi di beberapa kesebelasan, Keita bercerita bahwa dirinya kesulitan untuk memahami apa yang dibicarakan oleh pelatih. Ketika pelatih memberikan instruksi kepadanya, maka ia seperti tengah mengerjakan soal matematika yang rumit. Selain itu, Keita juga mengakui bahwa dirinya tidak mengenal dan memahami taktik sepakbola. Itulah yang membuatnya sering ditolak masuk klub.

Tapi Keita tidak menyerah. Pada usia 18 tahun, Le Mans tertarik untuk mendidiknya. Namun pada saat itu Le Mans tengah mengalami kesulitan finansial, yang membuat mereka akhirnya batal merekrut Keita. Namun salah sau karyawan klub yang mengetahui bakat Keita pun menghubungi direktur olahraga FC Istres saat itu, Frederic Arpinon. Setelah melihat langsung performanya di lapangan, FC Istres tertarik untuk menggunakan jasa Keita, dengan memberikannya kontrak selama tiga musim pada November 2013.

Hanya butuh satu musim bagi Keita untuk menunjukkan pesonanya bersama Istres, sejak saat itu banyak pemandu bakat yang terus memerhatikan perkembangan permainannya. Dari sekian banyaknya pemandu bakat, sosok Gerard Houllier adalah salah satunya. Mantan manajer Liverpool itu memegang jabatan sebagai Kepala Sepakbola RB Salzburg, setelah terpukau dengan permainan Keita Houllier tak membuang waktunya dengan memberi tahu Ralf Rangnick, Direktur Olahraga Salzburg, soal bakat Keita.

Houllier dan Rangnick pun menyaksikan pertandingan persahabatan internasional antara Guinea melawan Mali pada 25 Mei 2016 di Prancis. Keita bermain dalam pertandingan tersebut, setelah laga berakhir Rangnick tertarik pada bakat Keita dan langsung memberinya kontrak lima tahun. Di klub berjuluk Die Roten Bullen itu, ia bertemu dengan Sadio Mane yang seiring berjalan kariernya, menjadi sosok yang sangat penting.

Musim pertama Keita di Salzburg tak seindah khayalannya, sebagai anak baru ia harus rela lebih banyak menghabiskan waktu di bangku cadangan. Hal tersebut membuatnya frustrasi, Mane yang melihat kondisi itu selalu menenangkannya dan terus memberikan motivasi agar Keita bisa bangkit. Hingga akhirnya kesempatan itu datang, dan Keita menunjukkan kapasitasnya sebagai gelandang jempolan di kompetisi Austria.

"Dia (Mane) membantu saya dengan segala hal - bahasa, pertemanan, memahami klub dan kota. Dan, tentu saja, dia benar. Begitu saya dimasukkan ke dalam tim, saya menunjukkan kualitas saya dan semuanya berjalan lebih mulus. Sadio penting bagiku, sampai saat ini! Bagiku, dia adalah kakakku. Dia sangat suka belajar hal baru, memperbaiki dan mendorong dirinya sendiri dan kita sama dengan cara ini. Dia adalah contoh bagus untukku,” tutur Keita.

Dua musim berkarier bersama Salzburg, musim 2016/2017 Keita pindah ke Jerman untuk memperkuat RB Leipzig. Seperti sudah disebutkan di atas, kembali Keita mampu menunjukkan kapasitasnya hingga membuat Liverpool kepincut pada bakatnya. Ibarat sebuah takdir, Mane dan Keita pun akhirnya akan dipertemukan kembali dalam balutan seragam merah khas Liverpool pada musim depan.

"Dia bertanya kepada saya tentang Liverpool dan saya mengatakan kepadanya bahwa ini adalah klub yang menakjubkan dengan pemain berbakat, manajer hebat dan banyak ambisi. Kota dan orang-orangnya sangat bagus dan dia akan betah di sini,” terang Mane.

Sumber: Goal International

Komentar