Derby Fla-Flu (Flamengo-Fluminense), Gengsi Terbesar Sepakbola Brasil

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Derby Fla-Flu (Flamengo-Fluminense), Gengsi Terbesar Sepakbola Brasil

Brasil selalu menjadi negara yang bernafas melalui sepakbola. Masyarakat di sana sering menganggap bahwa keberhasilan Brasil terlahir dari besarnya keabadian cinta melalui sepakbola kepada negara tersebut.

Brasil tidak cuma memiliki tim nasional (timnas) yang berprestasi dan hebat, di sana juga terdapat liga domestik yang megah. Di Liga Brasil juga Ada satu derby yang selalu memiliki semangat dan intensitas tinggi, yaitu Derby Fla-Flu antara Flamengo dan Fluminense.

Pertandingan itu identik dengan sentimen sosial yang selalu membara dari sejarahnya, terutama di Kota Rio de Jenairo. Kota itu merupakan area pelabuhan yang bisa menjadi representasi sosial di Brasil sejak zaman dahulu, antara si miskin dan si kaya, maupun mayoritas kulit putih dan hitam.

Orang kulit hitam pun bisa terpandang di Rio asal kaya raya dan memiliki kekuasaan di berbagai bidang. Pertarungan antara kelas sosial itulah yang membuat Rio identik dengan kriminalitas dan menjadi sarang komplotan kejahatan di Amerika Selatan. Mulai dari perdagangan narkotika, senjata api hingga prostitusi ada di kota terbesar di Brasil tersebut.

Di film City of God pun merepresentasikan bagaimana tingginya kriminalitas dimulai dari masalah sosial yang terjadi di Rio. Di kota itu juga ada Fluminense sebagai salah satu kesebelasan tertua di Brasil sejak 1902. Fluminense didirikan oleh para bangsawan di Rio pada waktu itu.

Tempat pertandingan olahraga pun kerap dijadikan ajang berkumpul untuk saling pamer kekayaan para bangsawan Fluminense. Mulai dari busana, asesoris emas, wanita, cerutu dan rokok bermerk. Namun perselisihan di internal membuat beberapa orang dari petinggi Fluminense mengundurkan diri dan membuat klub olahraga baru bernama Flamengo yang dipimpin Domingos Maruqes de Azevedo.

Pembelotan ke Flamengo itu, kemudian diikuti 11 pemain Fluminense termasuk kaptennya pada beberapa waktu kemudian. Alhasil, aksi itu membuat Flamengo bisa mendirikan klub sepakbola secara resmi pada 1911. Tentu saja pembelotan para pemain itu membuat Fluminense berang dan persaingan dengan Flamengo dimulai dari sini.

Walau masih pecahan dari Fluminense, Flamengo dikenal lebih merakyat. Mereka melakukan latihan di Pantai Russel berbarengan dengan cabang olahraga dayung yang juga didirikan terlebih dahulu. Latihan di pantai selalu disaksikan penduduk setempat yang notabene rakyat berekonomi bawah dan kurang suka dengan gaya hidup tinggi orang-orang Fluminense.

Kebanyakan dari mereka didominasi bekerja di buruh pelabuhan dan mayoritas berkulit hitam yang pada waktu itu termajinalkan oleh oleh mayoritas kulit putih dan kulit hitam kaya raya di Brasil. Tidak heran jika para pendukung Flamengo lebih bangga dengan kesebelasannya sendiri ketimbang tim nasional Brasil pada waktu itu.

Perlahan, penduduk setempat terus memberikan dukungan kepada Flamengo sehingga jumlahnya lebih banyak dari pada Fluminense. Sampai sekarang pun Flamengo menjadi kesebelasan yang jauh lebih populer daripada Fluminense. Bahkan Flamengo menjadi kesebelasan yang paling populer di Brasil sampai saat ini dengan jumlah 39,1 juta pendukungnnya.

Flamengeo sudah mengoleksi enam gelar Serie A Brasil, unggul dua trofi dibandingkan Fluminense. Flamengo juga menjadi kesebelasan yang belum pernah degradasi bersama Cruzeiro, Santos, dan Sao Paulo. Tapi pertemuan pertama Derby Fla-Flu pada 7 Juli 1912, berakhir dengan kekalahan 3-2 dari Fluiminense.

Simbol dan persaingan terbesar sepakbola Brasil

Sejak pertandingan itulah pertemuan Flamengo dengan Fluminense memiliki nama Derby Fla-Flu yang diciptakan oleh jurnalis olahraga bernama Mario Filho. Ia juga salah satu orang yang memberikan nama Stadion Maracana. Berdirinya Maracana merupakan kebesaran simbol persaingan di Brasil karena selalu hidup ketika menjadi tuan rumah Derby Fla-Flu.

Pertandingan itulah yang bisa mengundang sampai hampir 195 ribu orang di Stadion Maracana. Atas jumlah penonton yang banyak itu, Derby Fla-Flu dilabeli The Derby of the Crowds (Derby dari Kerumunan). Pertandingan identik dengan Stadion Maracana yang penuh sesak.

Para penonton di sana dipenuhi kegembiraan atas persaingan yang hebat. Mereka menikmati momen-momen sepakbola baik kegembiraan maupun sakit hati. Alhasil, Stadion Maracana menjadi rumah spiritual sepakbola di Brasil yang selalu dibanjiri bendera, spanduk dan kembang api untuk merayakan sebuah pertandingan bernama Derby Fla-Flu.

"Pada tahun 1963, saya datang untuk menonton Derby Fla-Flu dan 177.000 penonton berada di sana, sebuah rekor untuk pertandingan sebuah klub. Saya juga ingat ketika keluar dari koridor ke stadion dan terkesan oleh warna-warna di sana," ujar Zico, mantan pemain Brasil era 1970-an sampai 1980an, seperti dikutip dari These Football Themes

Derby Fla-Flu adalah sandiwara terbesar di Brasil. Bahkan Lebih dari sekadar pertandingan sepakbola lainnya di negara tersebut. Asumsi itu karena pertandingan Derby Fla-Flu selalu melahirkan momen yang dramatis dan menentukan sehingga menjadi ciri khas sekaligus identitas sepakbola di Kota Rio.

Pernah terjadi keributan di lapangan karena invasi setelah Flamengo mendapatkan penalti dari wasit pada 22 Oktober 1916. Bahkan sampai tiga kartu merah dan 15 kartu kuning dikeluarkan wasit pada Derby Fla-Flu pada 22 September 2005. Persaingan antara pendukung kesebelasan ini juga cukup sengit di luar lapangan.

Pertandingan itu selalu dinanti-nanti dengan penuh semangat oleh masing-masing pendukungnnya. Tapi dukungan yang terlalu berapi-api dari masing-masing pendukung kesebelasannya terkadang mendekat kepada kekerasan dan kekacauan. Maka dari itu panitia pelaksana pertandingan sering melakukan sterilisasi penonton selama dua jam antara pendukung tersebut, baik sebelum atau sesudah pertandingan Derby Fla-Flu.

Jika bentrokan sudah terjadi, masing-masing kubu bisa bertarung menggunakan tangan kosong, pisau, botol, senjata api, bahkan bom buatan sendiri. Hal itu membuat kekerasan antara pendukung telah menginfeksi Derby Fla-Flu yang memiliki sejarah sepakbola yang indah.

Rivalitas antara keduanya juga bisa sampai mempengaruhi produk kesebelasannya masing-masing. Pada 2015 lalu, Fluminese masih memiliki kontrak kerja sama dengan Adidas dan akan menjalin kesepakatan baru. Kemudian Adidas dikabarkan akan menjalin kesepakatan juga dengan Flamengo dengan nilai kontrak 10 tahun.

Kemudian pendukung Fluminense yang bernama Young Flu menekan petinggi klub agar menghentikan kerja sama dengan Adidas dan pindah ke Nike atau pabrikan lainnya. Mereka juga mengkampanyekan anti-adidas melalui media sosial.

Melalui catatan-catatan tersebut, Derby Fla-Flu memiliki sejarah panjang dan selalu ada pertempuran baru yang diperjuangkan di setiap harinya, baik itu di ladang pekerjaan, jalanan, maupun media sosial. Di sisi lain, Derby Fla-Flu yang besar dan luar biasa itu mampu mengubah tontonan sepakbola menjadi seperti karnaval.

Sumber lain: ESPN FC, FIFA, Inside Football.

Komentar