Kisah Emosional Bintang American Football yang Mengidolakan Henry dan Arsenal

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Kisah Emosional Bintang American Football yang Mengidolakan Henry dan Arsenal

Hidup tidak selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan. Bahkan seringkali, apa yang kita jalani, merupakan kebalikan dengan apa yang kita bayangkan sebelumnya. Kita juga sering dijauhkan dari apa yang kita sukai. Hal itu juga dialami oleh Jay Ajayi, mengenai sepakbola yang begitu ia sukai, baru-baru ini.

Jay Ajayi merupakan pemain american football yang terbiasa disalahartikan status kewarganegaraannya. Kebanyakan orang menganggapnya bahwa ia adalah warga negara Amerika Serikat (AS) tulen. Ajayi memang menghabiskan dua pertiga hidupnya di negara tersebut.

Namun sejatinya ia lahir di London, Inggris. Selama tujuh tahun Ajayi hidup di London, sebelum mengubah takdirnya karena pindah ke Texas, AS. Kemudian secara perlahan ia mulai kehilangan aksen Bahasa Inggris sejak hijrah ke negeri Paman Sam tersebut. "Jadi suaraku tercampur dengan apapun sekarang. Di mana ada aksen orang Inggris, Amerika, Texas dan semuanya. Tapi aksen ibu saya masih sangat kuat," ujar Ajayi seperti dikutip dari The Guardian.

Ada satu hal kebiasaannya yang tidak bisa ditinggalkan meski aksen berubah dan tempat tinggal berpindah, yaitu bermain sepakbola yang membuatnya jatuh cinta kepada dunia olahraga untuk pertama kali. Ajayi bermain sepakbola sejak kecil dan masih tetap memainkannya walau sudah pindah ke Texas.

"Saya pasti akan bermain sepakbola. Saya berkenalan di Texas melalui sepakbola dan itu adalah permainan yang saya sukai. Sampai saat itu, yang saya tahu adalah sepakbola," katanya seperti dikutip dari The Sun.

Ajayi pun masih mengikuti klub sepakbola sampai kelas satu sekolah menengah atas. Tapi pada waktu itu juga ia mencoba mengenal american football karena lingkungan sekitar dan teman-temannya. Kemudian ia wajib memilih salah satu klub olahraganya ketika menginjak usia 17 tahun. Ajayi semakin tertekan karena pelatih klub sepakbola maupun american football sama-sama membujuknya untuk bergabung secara serius.

"Saat itu sangat menegangkan karena saya berusaha menyenangkan banyak orang dan pada akhirnya ayah saya mengatakan kepada saya: `kamu bisa bermain baik pada keduanya atau kamu bisa menjadi hebat pada satu hal. Kamu benar-benar harus memilih yang mana yang bisa membuatmu hebat," ceritanya.

Ayahnya sendiri bekerja sebagai agen FIFA berlisensi dan memiliki relasi dengan beberapa klub sepakbola profesional Eropa dan Nigeria. Tapi pada akhirnya Ajayi lebih memilih american football karena lingkungan dan teman-temannya di AS. Ia bukanlah orang Inggris pertama yang menekuni american football di negara Paman Sam tersebut. Masih ada Efe Obada, Jack Crawford, Lawrence Okoye dan Menelik Watson.

Ajayi memang memiliki bakat hebat ketika menekuni american football. Ia merupakan pemain pertama sepanjang sejarah di Boise State University yang sanggup berlari menempuh jarak 1.800 yards pada tiga tahun lalu. Ajayi pun sedang menonjol saat ini bersama kesebelasannya bernama Miami Dolphins. Pada musim ini, ia merupakan salah satu dari pemain yang mampu tiga kali mencetak angka dengan menempuh jarak 200 yard dalam satu musim.

Kendati sudah merasakan sukses dengan american football, Ajayi masih bermain sepakbola di dalam beberapa kesempatannya. Menurutnya, sepakbola bisa membantu tekniknya kala bermain american football. Apalagi posisinya di american football adalah seorang running back. Posisi itu bertugas untuk berlari secara cepat sambil membawa bola dan jeli menemukan lubang di celah pertahanan musuhnya.

Ajayi juga merupakan pemain pertama yang bisa menjalani berbagai posisi di american football dan ia selalu mendapatkan kesempatan mencetak gol di setiap pertandingannya. "Kinerja kaki, koordinasi itu bisa dibangun melalui sepakbola. Saya bisa menerjemahkannya ke dalam permainan saya karena harus terus berlari, di mana saya membutuhkan kaki dan keseimbangan yang sangat cepat," aku Ajayi.

Ikatan Emosional Jay Ajayi dengan Arsenal, Thierry Henry dan Stadion Wembley

Ajayi rajin menonton pertandingan Liga Primer Inggris melalui siaran televisi di AS. Ia merupakan pendukung Arsenal dan sangat mengidolakan Thierry Henry. Bagi seluruh pendukung Arsenal, Henry adalah seorang legenda. Bahkan beberapa juga menganggapnya seperti Tuhan, mungkin hal itu juga yang dirasakan Ajayi tentang Henry.

Suatu hari ketika Ajayi sedang menjalani wawancara eksklusif bersama Sky Sports, ia dikagetkan karena tiba-tiba Henry datang di tengah sesi tersebut. Ajayi langsung terbelalak pada saat itu. Ia seperti merasakan lemas di lututnya dan tubuhnya terasa meleleh sehingga meneteskan beberapa air mata. Jika Ajayi adalah sebongkah nasi, mungkin ia sudah menjadi bubur saat itu.

Kemudian kabar baik selanjutnya diterima Ajayi, yaitu bahwa ia berkesempatan bermain dalam pertandingan International Series NFL melawan New Orleans Saints di Stadion Wembley, London, pada Oktober 2017. Berlaga di kampung halamannya merupakan impiannya karena ia pernah melewatkan kesempatan bermain di tempat tersebut melawan Jets New York karena cedera tulang rusuk pada 2015 lalu. Padahal, pada waktu itu ia datang berstatus sebagai pemain rookie, yaitu pemain anyar yang digadang-gadang bakal menjadi bintang baru.

"Saya tidak berada di dalam pertandingan, tapi saya bisa menikmati seluruh waktu berada di sana bersama keluarga. Tapi kali ini jauh lebih serius dan sangat tertarik untuk mendapatkan kesempatan kembali ke sana dan bermain di Wembley," imbuh Ajayi.

Pada kesempatan saat itu, ia ditonton oleh sekitar 40 keluarga dan teman-temannya, termasuk tiga saudara kandung laki-lakinya yang belum pernah ke London. "Menyenangkan sekali saya pulang ke rumah dan seluruh keluarga saya di sana akan keluar rumah untuk menonton. Ini adalah hal yang istimewa. Dan saya pikir akan lebih istimewa lagi jika saya benar-benar sampai di sana dan bertanding. Saya pikir itu akan menjadi saat yang tepat untuk saya dan keluarga," tuturnya seperti dikutip dari Evening Standard.

Tapi rencananya untuk menonton Arsenal harus batal karena bentrok jadwal. Pertandingan american football saat itu harus bertepatan dengan laga Arsenal menghadapi Brighton & Hove Albion FC. Padahal, Ajayi sudah merencanakan sesuatu jika bisa menyaksikan Arsenal pada waktu itu.

"Menyenangkan sekali berada di sana bersama seluruh keluarga dan tim saya. Wembley adalah tempat yang istimewa sehingga saya pasti tidak menganggapnya biasa saja dan ingin menikmati seluruh waktu di sana. Saya berharap bisa mendapatkan beberapa tiket Arsenal," bebernya. "Saya akan mencari baju Arsenal, mencoba masuk ke dalam tim dan memukul Arsene Wenger," katanya sambil tertawa sewaktu sebelum sampai di London.

Tapi bentrokan jadwal itu tidak membuat Ajayi kecewa sepenuhnya. Hal itu karena Henry datang menemuinya sebelum pertandingan International Series NFL dimulai di Stadion Wembley. Ajayi pun terlihat emosional. Apalagi ia bertemu dengan idolanya itu di stadion kota kelahirannya, tempat impiannya untuknya unjuk gigi kesuksesannya. Apalagi Ajayi pernah punya mimpi bisa berkarier di sepakbola Liga Primer Inggris.

"Saya tumbuh dewasa dengan bermain sepakbola dan saya selalu menonton pemain-pemain seperti Thierry Henry. Dia salah satu idola terbesar saya. Dia yang benar-benar membuat saya ingin terus berolahraga. Untuk melihat betapa hebatnya dia bagi Arsenal, tentu saja tim invincibles. Itu adalah saat yang spesial untuk menyaksikan Arsenal memenangkan liga dan segala hal lainnya," ungkap Ajayi seperti dikutip dari Daily Mail.

Rasa emosional itu menunjukkan bahwa Ajayi tidak berbohong bahwa Stadion Wembley sangat spesial untuknya. Ajayi telah pulang ke rumah dan mendapatkan kesempatan yang jarang terjadi di dalam hidupnya. Siapa tahu lain waktu ia bisa menyaksikan Arsenal secara langsung di Stadion Emirates dan bersebelahan dengan Henry.

Sumber lain: Arsenal Central

Komentar