Perjuangan Berat Suriah di Babak Kualifikasi Piala Dunia 2018

Cerita

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Perjuangan Berat Suriah di Babak Kualifikasi Piala Dunia 2018

Perang yang berkecamuk di Suriah selama kurang lebih lima tahun lamanya telah membuat kehidupan sosial masyarakat di sana kacau balau. Kebahagiaan sirna karena hujan peluru yang menghias di hampir setiap wilayah negara tersebut. Banyak masyarakat kehilangan tempat tinggal hingga keluarganya, kondisi yang sangat memprihatinkan di tengah konflik antara pemberontak dan Pemerintah itu.

Konflik yang melanda Suriah kemudian membuat hampir semua aspek kehidupan sosial masyarakat di sana mengalami mati suri. Namun sepakbola di Suriah tetap berdenyut meski dalam keterbatasan. Kompetisi tetap digulirkan walau tidak semua wilayah mampu menyelenggarakannya karena perang belum juga reda. Kemudian pembinaan terhadap pemain muda juga masih dikembangkan di wilayah pengungsian.

Meski begitu hal tersebut tak sepenuhnya menjadi keuntungan bagi Tim Nasional sepakbola Suriah. Akibat perang mereka kesulitan untuk mencari lawan tanding, bahkan ketika saat ini mereka tampil di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2018, Rusia, Suriah harus memainkan laga kandang di ajang tersebut lebih jauh sekitar 9 ribu Mil dari rumah mereka.

Melihat kondisi yang terjadi di Suriah saat ini, rasanya sulit bagi mereka untuk menjadi tuan rumah di ajang tersebut. Kemudian, tim ‘gila’ mana yang mau bermain dalam kondisi stadion yang dijaga ketat aparat bersenjata, dan harus menerima risiko bila suatu saat serangan rudal pemberontak menghantam stadion saat pertandingan berlangsung. Ini mungkin terkesan berlebihan, namun di negara yang tengah terlibat konflik hal-hal tersebut bukan tidak mungkin terjadi.

Sebagai salah satu sarat keikutsertaan Suriah di ajang kualifikasi Piala Dunia, tentu mereka harus memiliki kandang yang aman untuk menjamu lawan-lawannya. Federasi Sepakbola Malaysia kemudian menyepakati kerjasama dengan federasi Sepakbola Suriah untuk meminjamkan salah satu stadion mereka untuk digunakan sebagai home ground bagi Firas Al-Khatib dan kawan-kawan.

Sebelum Malaysia, sebenarnya mereka telah menyetujui untuk menjadikan Makau sebagai basis utama mereka di babak kualifikasi. Namun karena berbagai alasan yang tentunya tidak terlalu menguntungkan Suriah, kesepakatan yang sudah terjalin secara verbal itu pun batal.

Kemudian dalam perjalanannya AFC sepakat untuk memberi sejumlah dana akomodasi untuk menutupi biaya hotel, perjalanan udara dan biaya lainnya dengan subsidi senilai 2 juta US Dolar. Dana tersebut mungkin tidak akan sepenuhnya menutupi keperluan akomodasi tim, oleh karenanya subsidi tersebut harus bisa digunakan dengan bijak.

Bertaji di Malaysia

Sejak September 2016, Suriah memainkan pertandingan di Malaysia dengan menggunakan Stadion Tuanku Abdul Rahman di Seremban Malaysia.

Bukan sebuah kondisi yang menguntungkan bagi Suriah tentunya untuk memainkan laga kandang di negeri orang. Berbeda dengan bermain di rumah sendiri, di Malaysia dukungan suporter yang mereka dapatkan pastilah minim. Tapi mereka tidak punya pilihan lain, kebaikan Malaysia harus bisa mereka manfaatkan dengan sebaik mungkin.

Berbagai upaya dilakukan agar Malaysia menjadi tempat yang ramah bagi mereka, salah satunya dengan tinggal selama seminggu sebelum pertandingan di Malaysia untuk mengantisipasi kelelahan dan jet lap akibat perjalanan udara. Selain itu uji coba dengan tim lokal juga senantiasa dilakukan sebagai upaya mematangkan taktik dan strategi permainan.

Hasilnya terbilang cukup memuaskan, dua pertandingan kandang di babak kualifikasi berhasil dilalui dengan menahan imbang Korea Selatan dan Iran dengan skor 0-0. Meski gagal meraih kemenangan, setidaknya kedua tim besar di kawasan Asia itu gagal untuk mencetak gol ke gawang Suriah.

Kemudian pada awal tahun 2017, pihak berwenang di Seremban mengabarkan bahwa Suriah tidak lagi bisa menggunakan stadion tersebut karena alasan bakal digunakan sebuah acara besar di kota tersebut. Mau tidak mau, tim asuhan Ayman Hakeem itu harus pindah kandang ke Stadion Hang Jebat di Melaka yang jaraknya sekitar 40 Mil dari Seremban.

Meski begitu, niat untuk terbang ke Rusia pada tahun 2018 tak luntur sedikitpun, Memulai laga di Stadion Hang Jebat dengan menjamu Uzbekistan, Suriah berhasil meraih tiga poin setelah menang dengan skor tipis 1-0. Kemudian pada laga kandang selanjutnya mereka berhasil menahan imbang Tiongok 2-2, dan meraih kemenangan 3-1 atas Qatar di laga kandang pamungkasnya.

Hasil tersebut membuat Suriah mampu bersaing sengit dengan Korea Selatan untuk memperebutkan tiket lolos otomatis ke Piala Dunia 2018. Namun di laga pamungkas Kualifikasi Piala Dunia 2018, Suriah hanya mampu bermain imbang 2-2 saat dijamu Iran. Padahal kalau berhasil memenangkan pertandingan mereka bisa saja lolos otomatis ke Piala Dunia lantaran pada pertandingan lainnya Korea Selatan juga bermain imbang 0-0 melawan Uzbekistan.

Hasil tersebut membuat Suriah tertahan di posisi tiga di klasemen akhir Kualifikasi tahap akhir zona Asia Grup A dengan 13 poin dari 10 pertandingan, sementara Korea Selatan berada di posisi dua dengan keunggulan 15 poin dari Suriah. Korea kemudian berhak mendampingi Iran yang sudah lebih dulu lolos ke Piala Dunia 2018.

Namun peluang bagi Suriah masih sangat terbuka lebar untuk terbang ke Rusia pada tahun depan, mereka masih akan menjalani pertandingan play-off Interkontinental. Bila berhasil lolos, maka mereka akan tampil di Piala Dunia secara penuh untuk kali pertama. Sebelumnya mereka pernah lolos ke Piala Dunia 1950, 1962, dan 1966 namun akhirnya mereka memutuskan untuk mengundurkan diri.

Di babak play-off Suriah akan bertemu Australia sebagai kesebelasan penghuni peringkat tiga Grup B, bila berhasil mengalahkan Australias, mereka akan bertemu dengan peringkat tiga di klasemen akhir Kualifikasi Piala Dunia 2018 zona CONCACAF.

"Saya berharap bahwa kita dapat membawa sukacita bagi orang-orang kita, yang membutuhkan kegembiraan seperti itu. Saya akan memberikan yang terbaik di pertandingan berikutnya agar bisa menang dan semoga kita bisa lolos ke Piala Dunia. Negeri yang dilanda perang membutuhkannya,” kata striker Suriah, Omar Al Soma seperti dilansir dari Daily Mail.

***

Melihat perjalanan Suriah selama babak kualifikasi tentulah luar biasa, mengingat mereka adalah negara yang dilanda perang. Namun meski begitu Suriah tetap mampu menunjukkan bahwa mereka punya kualitas dalam permainan 11 lawan 11 itu. Lalu, bagaimana upaya yang dilakukan Suriah untuk tetap membuat denyut sepakbola di negara mereka tetap hidup? Simak selengkapnya dalam tulisan berjudul "Geliat Sepakbola Suriah di Tengah Kecamuk Perang"

Foto: Standard, UK Reuters

Komentar