Lika-Liku Perjalanan Muhammad Arfan Sebelum Menjadi Idola Baru PSM

Cerita

by Redaksi 24 28912

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Lika-Liku Perjalanan Muhammad Arfan Sebelum Menjadi Idola Baru PSM

Menapaki Perjalanan Karier Arfan yang Berliku

Arfan memang luar biasa. Melihat permainannya yang cukup konsisten pujian memang layak diberikan kepadanya. Namun pencapaian yang didapatkannya saat ini tidak didapatkannya dengan cara yang mudah. Butuh perjuangan ekstra keras bagi pemain 22 Januari 1998 ini untuk bisa menjadi bagian penting dari skuat PSM saat ini. Arfan bercerita bahwa derai air mata sempat mewarnai perjalanan kariernya sebagai pesepakbola.

Sedari kecil, Arfan memang sudah menggandrungi sepakbola. Bermain sepakbola di lapangan dekat rumah bersama rekan-rekan bermainnya saat itu menjadi rutinitas yang hampir setiap hari dilakukan. Kecintaannya kepada sepakbola sedari kecil, kemudian memunculkan tekad yang kuat darinya untuk lebih serius menekuni permainan 11 lawan 11 itu.

Arfan, punya keinginan untuk melatih skill dan kemampuan olah bolanya lebih bagus lagi agar impiannya bermain di kompetisi profesional terwujud. Satu-satunya jalan, adalah dengan masuk ke sebuah Sekolah Sepakbola (SSB). Namun keinginannya tersebut sempat terganjal karena kondisi ekonomi keluarganya. “Dulu itu saya mau masuk SSB saja sangat susah sekali, karena memang untuk bisa mendaftar butuh dana ratusan ribu,” kata Arfan.

Ada rasa sungkan dalam diri Arfan untuk meminta, namun karena keinginan yang sudah tak tertahankan ia akhirnya memberanikan diri untuk menyampaikan keinginannya itu kepada kedua orang tuanya. Antusias menyambut keinginan sang anak, namun karena pada saat itu belum ada dana lebih untuk memasukkan Arfan ke SSB, maka Arfan diminta untuk bersabar dulu.

“Saya bilang ke Bapak waktu itu, kalau saya ingin serius main sepakbola. Waktu itu saya tanya apakah ada uang agar saya bisa masuk SSB, karena memang tidak murah. Butuh dana sekitar ratusan ribu untuk sekolah bola. Waktu itu sebenarnya orang tua mendukung, tapi karena mungkin uangnya juga belum ada, Bapak hanya bilang, ‘sabar dulu’ ke saya,” sambungnya.

Berminggu-minggu ia mencoba untuk sabar agar keinginannya tersebut bisa terealisasikan, namun kesempatan itu belum juga ia dapat karena belum tersedianya biaya untuk memasukkan Arfan ke SSB. Namun tekad kuat Arfan membuat orang tuanya luluh juga. Beberapa cara diupayakan orang tua Arfan agar sang anak bisa mewujudkan mimpinya itu. Sampai uang untuk membiayai Arfan masuk SSB pun didapat dari hasil pinjaman.

“Saya tunggu sampai berminggu-minggu tapi belum juga bisa (masuk SSB). Sampai-sampai saya menangis karena ingin masuk SSB. Akhirnya karena mungkin kasihan, Bapak pinjam uang dan saya dikasih uang untuk masuk SSB,” terangnya.

Arfan tahu betul perjuangan keras yang dilakukan orang tuanya itu untuk bisa memasukkannya ke SSB. Arfan kemudian tak pernah menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan. Ia enggan usaha yang dilakukan orang tuanya terbuang sia-sia, oleh karena itu setiap kali berlatih ia selalu menunjukkan semangat dan motivasi berlipat.

“Saya lihat perjuangan orang tua saya untuk bisa memasukkan saya ke SSB itu sangat keras. Makanya, ketika di SSB itu saya latihan keras juga supaya yang dilakukan oleh orang tua itu tidak sia-sia,” terang Arfan.

Semua untuk Orang Tua

Hasil yang baik adalah buah dari usaha yang keras. Segala proses ia lalui, secara berjenjang ia kemudian ikut dalam beberapa turnamen junior. Paling berkesan adalah ajang masuk ajang Danone Nation Cup 2010. Saat itu, Arfan dan kolega berhasil membawa SSB Hasanudin juara ditingkat regional, yang kemudian membuat mereka menjadi wakil Sulawesi Selatan di tingkat nasional. Di Jakarta, mereka gagal juara karena hanya mampu menduduki peringkat ketiga.

“Dari sana saya semakin terpacu untuk mengembangkan diri. Saya terus berlatih keras dan akhirnya bisa masuk dalam skuat Pekan Olahraga Daerah (PORDA) Makassar. Setelahnya, saya kemudian ikut seleksi PSM U21 dan Alhamdulillah masuk,” terangnya.

Di PSM U21 yang tampil di ajang Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016 bakat Arfan semakin terasah tajam. Hingga kompetisi tersebut pun berakhir, secara berjenjang Arfan kemudian lolos seleksi masuk tim senior PSM. “Dari awal seleksi di Bali, dan akhirnya saya dapat kontrak di tim senior. Saya bersyukur sekali,” terangnya.

Pemain berusia 19 tahun itu mengungkapkan bahwa kedua orang tuanya sangat bangga ketika tahu anaknya bisa bergabung bersama salah satu kesebelasan besar di Indonesia. Arfan pun demikian, ia tidak lupa jasa-jasa orang tuanya yang telah berjuang mati-matian untuk mewujudkan cita-citanya itu. Arfan sadar bahwa tidak akan ada hal yang bisa ia lakukan untuk menebus jasa dan pengorbanan dari kedua orang tuanya itu.

Meski begitu ia ingin terus membahagiakan orang tuanya. Ketika keberhasilannya menembus skuat utama PSM sudah bisa membuat orang tuanya tersenyum, Arfan ingin memberikan sesuatu yang bisa membuat senyum orang tuanya itu terus merekah. Niatan mulia Arfan adalah memberangkatkan kedua orang tuanya ke tanah suci.

“Ketika saya bisa masuk skuat PSM, orang tua sangat bangga sekali. Saya tidak tahu mau balas apa jasa mereka. Tapi, Insya Allah, kalau ada rezeki tahun ini saya mau memberangkatkan orang tua saya untuk umrah,” tegas Arfan.

Komentar