Tinjauan Paruh Musim Liga Primer 2016/2017

Cerita

by Redaksi 30

Redaksi 30

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Tinjauan Paruh Musim Liga Primer 2016/2017

Rekrutan Terbaik: Zlatan Ibrahimovic (Man United)

Dari sekian banyak nominasi, transfer Zlatan Ibrahimovic menjadi rekrutan terbaik pilihan kami. Jika ditanya mengapa Ibrahimovic lebih diunggulkan ketimbang nama-nama seperti Idrissa Gueye (Everton), David Luiz dan N’Golo Kante (Chelsea), atau Shkodran Mustafi (Arsenal), alasannya sederhana: Ibrahimovic direkrut dengan gratis.

Meski baru pertama kali bermain di Liga Inggris, Ibrahimovic berhasil mencetak 13 gol dari 19 pertandingan, hanya kalah satu gol dari Diego Costa (Chelsea). Lebih hebatnya lagi, Ibrahimovic selalu bermain penuh sepanjang musim (kecuali pada gameweek 12 karena akumulasi kartu kuning). Padahal, usia Ibrahimovic sudah menginjak 35 tahun.

Jika melihat penampilannya di lapangan, statistik menunjukkan bahwa Ibrahimovic saat ini telah membuat 86 tembakan dan 35 di antaranya tepat sasaran. Kedua angka ini adalah jumlah terbanyak di liga. Kalau kedua angka tersebut dirata-ratakan per pertandingan yang sudah dijalani Ibrahimovic, kurang lebih mencapai 4,5 tembakan dan selalu ada 1,8 tembakan tepat sasaran.

Keterlibatan gol Ibrahimovic mencapai 41.9% dari yang sudah dicetak Man United di liga, hanya kalah dari Jermain Defoe (Sunderland) di posisi pertama. Tanpa gol-gol Ibrahimovic, kurang lebih, Man United bisa kehilangan 10 poin. Hal ini menunjukkan keberadaan Ibrahimovic langsung menjadi penting bagi Man United dan skema Jose Mourinho.

Sebelas Pemain Terbaik Paruh Musim 2016/2017

Kiper

Dimulai dari posisi kiper, kami memilih untuk memasukkan Tom Heaton (Burnley) sebagai kiper terbaik selama paruh musim. Memang, ada nama-nama seperti Thibaut Courtois (Chelsea) atau Hugo Lloris (Tottenham) di posisi yang sama. Namun, tanpa mengecilkan peran pemain lain, Heaton terlihat berjuang sangat keras mengangkat Burnley pada musim ini.

Jika dibanding kedua kiper yang telah disebut, Burnley adalah kesebelasan dengan catatan kedua terbanyak dalam hal menerima tembakan (378 kali), ini jelas sangat jauh dibanding Chelsea dan Tottenham yang masing-masing “hanya” menerima 172 dan 189 tembakan.

Tercatat, 83 penyelamatan dibuat Heaton dan ini menjadi angka terbanyak dibanding kiper lain. Bahkan, kapten Burnley ini berhasil membuat 11 penyelamatan dalam dua pertandingan berbeda. Salah satu di antaranya adalah melawan Man United yang berakhir imbang 0-0. Aksi-aksinya juga berhasil membantu Burnley menang melawan Liverpool 2-0 dan hampir menahan imbang Arsenal 0-0 andai tidak kebobolan oleh gol Laurent Koscielny yang mengundang perdebatan itu.

Catatan impresif ini juga dilengkapi dengan 1 penyelamatan penalti yang dibuatnya saat melawan West Ham di gameweek 16 lalu.

Bek

Selanjutnya, Nathaniel Clyne (Liverpool) dipilih di posisi bek kanan. Bek asal Inggris ini sangat aktif menyisir sisi kanan dan memimpin dalam hal penciptaan peluang dibanding bek lain, dengan jumlah 30 kali. Seperti yang dilansir Opta, 6 di antaranya merupakan peluang berbahaya.

35 tekel bersih dari 48 percobaan merupakan angka tertinggi kelima dibanding bek lain. Jumlah pelanggaran yang dibuatnya pun tergolong sedikit, yaitu hanya 7 kali saja sepanjang musim.

Walaupun kegemilangan Clyne musim ini belum dibarengi dengan raihan clean sheet yang diperoleh Liverpool, persoalan ini lebih dikarenakan belum impresifnya penampilan di sektor kiper. Terbukti, Liverpool saat ini menjadi tim yang paling sedikit menerima peluang lawan di liga, sebanyak 156 kali saja.

Duet Laurent Koscielny (Arsenal) dan Virgil van Dijk (Southampton) dipilih untuk mengisi posisi bek tengah. Koscielny saat ini memiliki persentase tekel sukses yang terbilang sangat baik dibanding bek-bek lain, yaitu 70%. Di Arsenal, Koscielny lebih ditugaskan untuk maju menghalau bola ketimbang rekannya, Mustafi. Sejauh ini, peran tersebut dijalankan dengan baik, terlihat dari 52 intersep (keempat terbaik di liga) dan 116 sapuan yang dibuatnya. Saat dia bermain, Arsenal meraih 6 clean sheet. Dalam menyerang pun, Koscielny telah mencetak 2 gol.

Van Dijk menjadi nama berikutnya. Bek asal Belanda ini menjadi pemain kunci rapatnya pertahanan Southampton yang sudah meraih 7 clean sheet. Duel udara menjadi keunggulannya dengan persentase 76% dari 90 kesempatan (angka tertinggi). Catatan impresif lainnya adalah jumlah intersepnya, yaitu 50 kali (kelima terbaik). Kesuksesan tekel yang dibuatnya mencapai 56% dan Van Dijk sudah membuat 130 sapuan. Pemain yang kadang-kadang dijadikan kapten oleh Claude Puel ini juga berhasil mencetak 1 gol.

Danny Rose (Tottenham) dipilih sebagai bek kiri terbaik paruh musim ini. Catatan 33 tekel dari 47 yang dibuatnya merupakan angka terbaik keenam di liga, sejauh ini cukup membantu Tottenham meraih 7 clean sheet. Meski begitu, hal yang mencolok dari statistik Rose adalah penampilan impresifnya untuk maju menyerang terlihat dari keterlibatan peluangnya yang mencapai 42 kali (ketiga terbaik di antara bek lain). Selain itu, Rose menjadi pemain yang paling banyak membuat tembakan, 21 kali dan 11 di antaranya dibuat di kotak penalti. Hasilnya, Rose sudah berhasil membuat 2 gol dan 2 asis.

Gelandang

Sebagai pemain yang berhasil menjaga stabilitas pertahanan kesebelasannya, N’Golo Kante (Chelsea) layak dimasukkan sebagai gelandang bertahan tim terbaik paruh musim. Kante sudah membuat 49 intersep (kedelapan terbaik di liga), 60 tekel (keempat terbaik di liga), dan berkat kecerdasannya mengatur posisi, Kante berhasil mengamankan second ball yang cukup krusial dalam sebuah pertandingan. Di antara pemain outfield lainnya, Kante berada di peringkat ketiga dalam urusan recovery, yaitu sebanyak 156 kali.

Sedikit fakta unik, keberhasilan Chelsea ini membuat Kante berada di puncak klasemen paruh musim Liga Inggris selama dua tahun berturut-turut (tahun lalu bersama Leicester).

Di posisi gelandang tengah, nama Adam Lallana (Liverpool) dan Kevin de Bruyne (Man City) menjadi dua nama yang dipilih. Lallana menjadi salah satu pemain yang mengalami kebangkitan di bawah Jurgen Klopp pada musim ini. Kita dapat melihat Lallana tetap dapat bermain stabil meski permainan Liverpool mengalami perubahan ketika Philippe Coutinho harus menepi. Satu dari tiga posisi gelandang tengah diamankannya dan masih bermain baik meski sempat dikembalikan ke posisi sayap kiri saat melawan Man City. Berbicara tentang statistik, Lallana menjadi pemain yang paling banyak terlibat dalam gol Liverpool pada musim ini, yaitu sebanyak 14 kali (7 gol dan 7 asis).

Sedangkan De Bruyne saat ini berhasil bersinar meski Man City agak mengalami penurunan. De Bruyne berhasil merajai puncak pembuat asis saat ini dengan jumlah 9 asis. Di bawah Dimitri Payet (West Ham), De Bruyne adalah pemain yang paling banyak membuat peluang, yaitu 58 kali. Versatility yang dimiliki De Bruyne membuat Pep Guardiola berani memainkannya di berbagai posisi. Selain gelandang tengah, posisi sayap kiri, sayap kanan, wing-back, bahkan penyerang pernah dilakoninya di bawah Guardiola pada musim ini. Hebatnya, De Bruyne masih “menyempatkan diri” untuk membuat 44 umpan silang sukses (terbaik ketiga di liga). Umpan-umpan akuratnya menjadi keunggulan De Bruyne untuk terus mengancam gawang lawan.

Menuju posisi sayap, dua posisi ini dihuni oleh Eden Hazard (Chelsea) dan Alexis Sanchez (Arsenal). Hazard tampak kembali menemukan penampilan terbaiknya pada musim ini. Serangan-serangannya yang dilancarkan dari sisi kiri kini lebih terfokus sejak Conte memasang skema tiga bek, karena Hazard tidak perlu fokus bertahan.

Sepanjang musim ini, Hazard berhasil membuat 87 dribel sukses (terbaik di liga). Hazard juga menjadi pemain di posisi ketiga terbaik dalam hal penciptaan peluang dari permainan terbuka (36 kali). Pentingnya sosok Hazard musim ini juga terlihat dari keterlibatan golnya yang kini sudah mencapai 11 kali (9 gol, 2 asis), angka kelima terbaik di antara gelandang lain.

Lalu, sebagai pemain terbaik paruh musim, penjelasan tentang Sanchez sudah kami bahas di awal artikel.

Penyerang

Terakhir, untuk mengisi posisi penyerang, tak lain tak bukan diisi oleh Diego Costa (Chelsea). Top skor sementara, dengan perolehan 14 gol ini menjadi penyerang yang paling ditakuti di Liga Inggris.

Secara konsisten, Costa hampir selalu terlibat dalam gol yang dibuat Chelsea di semua pertandingan. Dari 19 pertandingan yang dimainkannya, 15 pertandingan di antaranya pasti ada gol atau asis dari Costa. Karena angka keterlibatannya yang tinggi itulah, Costa menjadi pemain yang paling banyak memberikan poin dari gol di Liga Inggris (11 poin).

Di antara penyerang-penyerang Liga Inggris lain yang sudah membuat 20+ tembakan, Costa menjadi pemain yang memiliki angka konversi gol tertinggi, yaitu 24,14%. Itu artinya, Costa berhasil mencetak 1 gol dari tiap 4 tembakan yang dibuatnya.

Pemain berkebangsaan Spanyol ini tidak takut berjibaku dengan pemain-pemain bertahan lawan. Hebatnya, duel-duel tersebut dilalui dengan bersih. Jauh berbeda dengan musim lalu, ketika Costa tampak lebih beringas dan mudah terpancing provokasi lawan. Costa berhasil menjadi pemain yang lebih sabar dan tidak terlalu sering melancarkan protes terhadap wasit pada musim ini.

Komentar