Perjalanan Panjang Victor Moses Membelah Buruknya Masa Lalu

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi 32917

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Perjalanan Panjang Victor Moses Membelah Buruknya Masa Lalu

Lanjutan dari halaman sebelumnya

Harian lokal Grimsby saat itu bahkan menjadikannya sebagai tajuk utama berita dengan judul artikel "Holy Moses - Wonder Player Parts Red Sea". Hal ini merujuk pada cerita Nabi Musa yang memiliki mukjizat membelah Laut Merah.

Moses saat itu memang tetap ingin bersekolah meski ia sudah memperkuat akademi Crystal Palace. Ketika ditemukan pemandu bakat Palace pada usia 11 tahun, Moses tengah bermain sepakbola di jalanan.

Ketika itu, Moses merupakan pengungsi dari Nigeria yang kehidupan di Inggrisnya tak menentu. Ia datang ke Inggris setelah diadopsi oleh sebuah keluarga karena ia kehilangan kedua orang tuanya yang tewas karena masalah keagamaan (ayah Moses seorang pastur).

Moses ditawari masuk akademi Palace. Namun ia lebih ingin bersekolah. Palace pun kemudian merekomendasikan Moses ke Whiftgift School yang merupakan sekolah asrama bebas biaya.

Sekolah milik swasta yang dimiliki oleh Whifgift Foundation ini termasuk sekolah yang memiliki fasilitas terbaik di Inggris. Moses pun memulai hidup baru setelah memasuki sekolah ini, dengan harapan Moses bisa melupakan masa lalunya yang buruk.

Pelatih klub sepakbola Whifgift School sendiri merupakan mantan pemain Chelsea dan Arsenal, Colin Pates. Pates pun sudah melihat bakat Moses meski saat itu Moses lebih ingin fokus bersekolah.

"Ia kuat, cepat dan mencetak gol hanya untuk bersenang-senang. Ia sudah terlihat sebagai pemain yang fantastis," tutur Pates. "Tapi saat itu ia berkata pada saya, `Saya memiliki talenta untuk menjadi seorang pesepakbola, tapi saya lebih ingin berkonsentrasi di pendidikan saya. Saya akan lebih bekerja keras untuk itu`."

Ketika masuk akademi Crystal Palace, Moses sendiri sudah menunjukkan kualitasnya. Ia langsung mencetak 10 gol di laga debutnya bersama akademi Palace. Ketika usianya bertambah, ia pun mulai menjadi langganan timnas junior Inggris sejak usia 15 tahun.

Palace bahkan memberikan debut bersama tim senior pada Moses ketika pemain kelahiran 12 Desember 1990 ini masih berusia 16 tahun. Kala itu, manajer Palace, Neil Warnock, memainkannya di laga divisi Championship saat Palace bermain imbang 1-1 menghadapi Cardiff City.

Moses memang tipikal pemain yang cukup versatile. Ia tak ragu untuk mempelajari posisi baru yang diberikan padanya. Mengawali karier sebagai penyerang, Moses lebih ingin bermain sebagai gelandang tengah, di mana ia mengidolai Zinedine ZIdane dan Frank Lampard. Namun kecepatan yang ia miliki membuatnya kerap ditempatkan di sayap.

Pada usia 20 tahun, ia diboyong Roberto Martinez yang kala itu menukangi Wigan Athletic. Ia mulai mendapatkan menit bermain yang banyak ketika Wigan melepas Charles N`Zogbia pada awal musim 2011-2012. Saat itu, Moses pun mendapatkan panggilan dari timnas Nigeria, menolak kesempatan bermain untuk timnas Inggris.

Dari situlah Chelsea mulai tertarik memboyong Moses. Chelsea sendiri tampak serius mendapatkan pemain yang berstatus home grown ini. Proses transfer sendiri baru rampung pada kesempatan kelima Chelsea mengajukan harga untuk mengangkutnya dari Wigan.

Namun di Chelsea, ia gagal mencuri perhatian Jose Mourinho. Dari awal kedatangan Mou, yang merupakan periode kedua menangani Chelsea, Moses langsung berstatus pinjaman. Akhirnya, selama tiga musim ia dipinjamkan ke kesebelasan lain. Dimulai dari Liverpool, Stoke City hingga West Ham United pada musim lalu.

Nasib Moses di Chelsea pun tampak mulai tak jelas. Kekecewaan Moses pada Mourinho ditunjukkan ketika dirinya enggan kembali ke Chelsea ketika Mou hendak mengakhiri masa pinjaman Moses di Stoke. Moses saat itu memang pilihan utama manajer Stoke, Mark Hughes. Dan ia khawatir jika kembali ke Chelsea ia hanya akan menjadi penghuni bangku cadangan.

Pintu keluar dari Chelsea tampak terbuka semakin lebar ketika musim lalu ia dipinjamkan ke West Ham United. Dalam kontrak peminjamannya, Chelsea menyepakati harga tertentu jika West Ham ingin mempermanenkannya di akhir musim.

Namun opsi itu tak diambil manajer West Ham, Slaven Bilic, pada akhir musim 2015/2016. Bersama Emanuel Emenike dan Alex Song, Bilic memastikan tak akan mempermanenkan ketiganya. Untuk Moses, cedera enam pekan yang sempat ia derita menjadi alasan Bilic tak membelinya.

Hal itu tampak seperti takdir yang sudah diguratkan Moses bersama Chelsea. Karena nyatanya, kedatangan Conte ke Chelsea membuat kariernya di Chelsea mulai membaik. Beruntung baginya, Conte sudah mengetahui potensi yang ia miliki.

Kini, Moses menjadi andalan Conte di sisi kanan Chelsea dalam skema 3-4-3. Hal tersebut membuktikan bahwa bersama Conte, Moses akan memiliki banyak kesempatan untuk membuktikan kualitasnya. Apalagi jika tanpa ada dirinya, bisa jadi Conte akan kesulitan menerapkan skema tiga bek andalannya di Chelsea.

foto: neoblack.com

Komentar