The Yid Army Harus Waspadai Kengerian Ultras CSKA Moscow

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

The Yid Army Harus Waspadai Kengerian Ultras CSKA Moscow

Dulu, tidak ada seorang pun yang boleh terlalu vokal di Uni Soviet. Hal ini dikarenakan Anda bisa ditangkap kemudian dipenjarakan karena dianggap sebagai ancaman ketertiban umum. Tapi setelah disintegrasi pada 1991, kapitalisasi warga pada kebebasan terus meningkat, tak terkecuali kepada para penggemar sepakbola.

Para penggemar sepakbola di sana telah mendapatkan kekuasaan dan menikmati kebebasan baru yang telah ditemukan. Maka tidak dapat terbantahkan lagi bahwa stadion sepakbola menjadi tempat terbaik untuk mengekspresikan diri mereka.

Ada tiga hal yang membuat Rusia begitu hidup, yaitu sepakbola, protagonis dan latar belakang adi kuasa Uni Soviet. Atas alasan-alasan itulah yang menjadi simbol perlawanan kelas tertindas di Rusia. Kekerasan yang sudah berada di dalam pembuluh darah Rusia itu dituangkan kepada sepakbola, yang menjadi salah satu operator emosi dan ekspresi penduduk Rusia. Sebab di stadion sepakbola jugalah mereka melakukan pembalasan kepada bentuk kekuasaan dan kebrutalan polisi pada masa lampau.

Pembalasan dan tuangan ekspresi itu jugalah yang membuat kalangan ultras semakin besar di sepakbola Rusia. Dan sudah menjadi kultur suporter sepakbola Rusia untuk menjadikan Liga Champions dan kompetisi Eropa lainnya sebagai babak baru aksi kekerasan. Tentu masih ingat dengan para Ultras Rusia yang berulah selama Piala Eropa 2016 lalu. Mereka menunjukkan reputasi yang menakutkan melalui kekerasan di dalam maupun luar lapangan sepakbola.

Dan sasaran yang paling kentara dari kekerasan Ultras Rusia pada waktu itu adalah para pendukung Inggris. Terjadi perkelahian di luar dan dalam stadion pada pertandingan antara Rusia dan Inggris yang berakhir dengan skor 1-1 tersebut. Kemudian Rusia dan Inggris akhirnya berpisah setelah Rusia tidak lolos dari fase grup Piala Eropa.

Kendati berpisah, ekspresi kekerasan tidak bisa dipisahkan dari para Ultras Rusia tersebut. Kekerasan yang dilakukan kepada suporter Inggris di Liga Eropa 2016 seolah memberikan isyarat bahwa merekalah penguasa di Piala Dunia 2018 yang akan diadakan di Rusia nanti; mengingat reputasi suporter Inggris memang gemar melakukan kerusuhan di negara orang lain, agar jangan macam-macam di Rusia nantinya.

Sebelum jauh ke Piala Dunia 2018, dalam waktu dekat ini akan terjadi pertemuan antara suporter kesebelasan Liga Inggris dengan Liga Rusia; yaitu ketika para suporter Tottenham Hotspur harus bertandang ke kandang CSKA Moscow pada pertandingan grup E Liga Champions 2016/2017, Rabu (28/9). Para pendukung Tottenham harus berhati-hati bertandang ke sana sebab Ultras CSKA merupakan salah satu yang paling ditakuti di sepakbola Rusia selain Spartak Moscow, Dinamo Moscow, Torpedo Moscow, Lokomotiv Moscow dan Zenit St. Petersburg.

Ultras CSKA semakin berkembang besar seiring dengan berbagai kelompok suporter garis keras di dalamnya seperti Red-Blue Warriors, Kids, Yaroslavka, Gallant Steeds, Shady Horses, Zarya19, Jugends dan lainnya. Perlu pasukan keamanan tambahan dipersenjatai meriam air untuk mengendalikan situasi liar Ultras CSKA. Mereka tidak akan segan-segan mencopot kursi tribun stadion dan dilemparkan ke lawan-lawannya karena kebobolan. Sedikitnya ada tiga kerusuhan yang diciptakan Ultras CSKA di setiap musimnya dari seluruh ajang yang diikuti.

Bahan yang akan dijadikan pembahasan empuk para Ultras CSKA kepada suporter Tottenham adalah isu fasisme. Selain karena para suporter Tottenham berasal dari Inggris, mereka juga identik dengan Yahudi atas kelompok hooligan bernama The Yid Army. Sementara Ultras CSKA identik dengan gerakan-gerakan sayap kanan fasisme dan rasialisme. Kunjungan-kunjungan Yid Army memang selalu mengundang sasaran ejekan dari suporter lawannya yang berideologi sayap kanan. Pada pertemuan itulah The Yid sering dilecehkan dengan gestur-gestur penghormatan ala Nazi.

Selain gestur ala Nazi, nyanyain-nyanyian yang mengandung anti semitisme juga sering digunakan untuk menghina The Yid. Atas gestur dan nyanyian itulah yang sering memicu peperangan dari The Yid dan tindakan itu bukan tidak mungkin dilakukan Ultras CSKA pada pertandingan dini hari nanti. Maka The Yid harus bersiap-siap menutup mata dan telinga agar perjalanan tandang mereka berjalan kondusif.

Jika pun melawan, tampaknya catatan The Yid yang lemah dalam pergelutan di hooliganisme Liga Inggris bukanlah tandingan bagi keganasan Ultras CSKA. Bagi Ultras CSKA, kematian untuk warna klub sepakbolanya dan pertempuran dengan kelompok ultras lainnya atau polisi sudah menjadi pemandangan biasa di sana. Tidak cuma di dalam sejarah negara, tapi kekerasan sudah berada terlalu dalam di pembuluh darah sepakbola Rusia.

Komentar