Islandia dan "Possibly Maybe" Bjork

Cerita

by Redaksi 32

Redaksi 32

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Islandia dan "Possibly Maybe" Bjork

Keajaiban baru saja terjadi saat Islandia berhasil mengalahkan Inggris. Hebatnya mereka sukses membalikkan keadaan usai tertinggal lebih dulu lewat gol cepat Wayne Rooney di menit keempat. Gylfi Sigurdsson dan rekan-rekan yang baru kali ini mengikuti turnamen internasionalnya, telah mengukir sejarah dan lolos ke babak perempatfinal.

Dulu Islandia hanya terkenal sebagai negara dengan jumlah gunung berapi yang berjibun. Selain itu “pahlawan” mereka di dunia bisa dibilang hanyalah Björk Guðmundsdóttir yang merupakan seorang musisi. Penyanyi yang lebih dikenal dengan nama Björk itu memiliki selera musik berbeda sekaligus karakter suara yang unik. Namun justru itu yang membuat Björk menjadi sosok yang berbeda dalam kancah musik sekaligus mengharumkan nama Islandia.

Sementara jika dilihat dari segi persepakbolaan, Islandia tak memiliki sejarah yang kuat, baik itu tradisi maupun pemain bintang yang tersemat. Bagaimana tidak, tercatat mereka hanya memiliki 21.508 atlet sepakbola, bandingkan dengan Inggris yang berjumlah 1.485.910. Artinya Islandia hanya memiliki 1,44% dari jumlah populasi atlet yang tersebar di negara yang mengaku sebagai pencipta olahraga sepakbola itu.

Maka tak heran jika hanya Eidur Gudjohnsen yang berhasil menjadi duta negara tersebut, karena sukses malang melintang di berbagai kesebelasan besar di Eropa. Meski begitu eks pemain Chelsea dan Barcelona itu belum mampu untuk mengangkat performa Islandia. Sementara dari segi prestasi mereka juga nol besar. Islandia belum pernah sekalipun tampil selama 84 tahun diselenggarakannya Piala Dunia. Bahkan mereka pernah menanggung kekalahan besar saat takluk atas Denmark dengan skor 14-2 pada tahun 1967.

Kini pada ajang Piala Eropa yang ke-15 kali Islandia baru berkesempatan untuk unjuk gigi. Akan tetapi torehan tersebut tak serta merta menghapus predikat tim semenjana yang melekat pada mereka. Peringkat FIFA juga menunjukkan bahwa Islandia merupakan negara terlemah ketiga setelah Albania dan Swedia, karena hanya menduduki peringkat ke-34.

Meski begitu Islandia bukanlah merupakan tim pelengkap dari bertambahnya kuota tim peserta dari 16 menjadi 24. Mereka bisa sedikit menegakkan kepala karena memperoleh tiket ke Prancis secara otomatis dan tanpa melalui babak play-off seperti yang didapatkan empat tim lainnya.

Pasalnya mereka mampu finis di peringkat kedua Grup A pada babak kualifikasi, mengungguli Turki dan Belanda. Bahkan De Oranje mereka hajar dalam dua kali pertemuan. Juara Piala Eropa 1988 itu mereka kalahkan dua gol tanpa balas di Reykjavík, dan 1-0 di Amsterdam. Itu merupakan bukti kuat akan kekuatan mereka saat ini.

Ketika mengarungi putaran final Piala Eropa mereka juga tampil impresif dengan tak pernah sekalipun menelan kekalahan. Gylfi Sigurdsson dan rekan-rekan berhasil mengumpulkan empat poin dari sekali menang dan dua kali seri, termasuk kala menahan imbang Portugal 1-1 di laga pembuka. Dengan raihan tersebut mereka berhasil finis sebagai runner-up dan melaju ke fase gugur.

Grup F memang dinilai kurang kompetitif, karena secara kasat mata hanya Portugal yang merupakan tim kuat dibanding Austria ataupun Hungaria. Tapi kesebelasan berjuluk A Selecção das Quinas itu pun bukan sebagai kekuatan utama di Eropa jika dibandingkan dengan Jerman, Spanyol, Italia, serta Prancis. Fakta tersebut semakin membuat lulusan grup paling buncit itu diprediksi takkan mampu berbicara banyak di fase gugur. Namun Islandia berhasil melakukan pembuktian dengan mengalahkan Inggris yang juga merupakan salah satu kandidat juara.

Dengan keberhasilan mereka meraih kemenangan atas Inggris tak hanya membuat mereka mempermanis torehan sejarah dengan lolos ke babak perempatfinal, namun juga penting bagi eksistensi mereka di mata Eropa dan dunia. Patut diketahui bahwa Björk mengawali kariernya sebagai vokalis band The Sugarcubes di tahun 1986. Selanjutnya melanjutkan kiprahnya sebagai penyanyi solo ketika hijrah ke London di awal tahun 90-an hingga akhirnya meraih kesuksesan di tanah Inggris.

Seperti halnya dengan Timnas Islandia yang segera menemukan kesuksesan usai mengalahkan Inggris, entah itu untuk saat ini maupun dalam periode jangka panjang, demi menghapus predikat tim semenjana. Dengan usaha serta persiapan yang matang mereka berhasil membuktikan kepastian dari ketidakmungkinan, Possibly Maybe, seperti judul salah satu lagu dari Björk.

Keberhasilan Islandia tak hanya akibat dari keajaiban semata, namun juga dari persiapan yang mereka lakukan. Baca cara mereka melakukan persiapan panjang di sini.

Foto: Wikimedia

Komentar