Biris Norte, Mimpi Buruk Suporter Inggris

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Biris Norte, Mimpi Buruk Suporter Inggris

Agaknya, Inggris bukanlah sosok yang cocok buat Ultras Sevilla. Pernah saat bertandang ke Manchester dalam lanjutan Grup D Liga Champions 2015/2016, sekitar 1000-an suporter Sevilla yang tengah bersantai di Bar Oyster diserang kelompok Ultras Slask Wroclaw. Tapi tetap saja, para suporter Sevilla tetap menduga serangan itu ada campur tangan Hooligan City.

Alhasil, dendam dari Inggris dibawanya pulang ke Spanyol. Ketika giliran suporter City yang bertandandang ke Seville, Spanyol, sebagian dari mereka harus rela menjadi pelampiasan dendam Ultras Sevilla. Sekitar 40 suporter City yang sedang rehat di Pub O`Neills Iris di Seville, mendapatkan serangan sekitar 50 orang dari Ultras Sevilla.

Ultras yang dikenal dengan nama Biris Norte itu, kembali mempertunjukkan keganasannya lagi kepada suporter dari Inggris. Kali ini giliran suporter Liverpool yang menjadi korbannya saat pertandingan final Liga Eropa 2015/2016 di St. Jakob-Park, Basel, Swiss, Kamis (19/5) dini hari WIB.

Awalnya, ribuan suporter Liverpool datang dengan atraktif di sekitaran St Jakob-Park. Mereka sudah bernyanyi-nyanyi sambil telanjang dada sampai menumpahkan minuman di gelas serta botol yang digenggam, berkeliaran sesuka hati, menyalakan red flare (suar) dan smoke bomb (bom asap), serta aksi nyentrik lainnya. Mereka berekspresi sesuka hati karena baru pertama kalinya lagi menginjakan kaki di final Liga Europa sejak 2001 silam. Namun, aksi mereka sebelum laga dimulai saat itu layaknya sudah memenangi laga dan menjuarai Liga Europa 2015/2016.

Sementara para suporter Sevilla yang berada di sekitara St Jakob Park, hanya berkumpul dan bernyanyi sambil membentangkan syal dan berbagai atribut lainnya. Secara penilaian singkat, memang para suporter Sevilla terlihat lebih tenang. Namun nyatanya berbeda ketika para Ultras Sevilla bertemu dengan para suporter Liverpool di tribun St Jakob Park. Apalagi, tidak ada pemisah yang kentara antara tribun suporter Liverpool dan Sevilla.

Sebelum laga di mulai, belum ada petugas pengawas tribun (match stewards) yang membatasi antara kedua suporter tersebut. Padahal, tribun sudah penuh diduduki suporter kedua kubu. Kendati demikian, rupanya masih terjadi kekeliruan soal jatah tempat duduk. Tiket hanya dijual sebanyak tujuh ribu dari sembilan ribu yang dialokasikan. Sementara suporter Liverpool mendapatkan jatah tiket hampir tiga tribun St Jakob-Park yang berkapasitas sekitar 38 ribu orang.

Usut demi usut, ada beberapa suporter Liverpool yang membeli jatah kursi tribun Sevilla yang didapatkan dari pihak ketiga (Mungkin di Indonesia disebut calo tiket). Hal itu menyulut kemarahan suporter Sevilla dan terjadi cekcok kecil di sana. "Ada keributan di antara suporter Liverpool dengan Sevilla," ujar Manolo Lama ketika live report dari Radio Cope.

Padahal, para suporter Liverpool sudah diperingatkan tentang adanya tiket palsu dari pihak ketiga, apalagi partai final berpotensi dimanfaatkan banyak pihak berkepentingan. Hingga cekcok tersebut menjadi perkelahian kecil sampai ke tribun suporter yang diduduki para suporter Liverpool yang berada di belakang gawang.

Kemudian sekitar 20 sampai 30 orang Ultras Sevilla mendatangi tribun itu dan terjadi perkelahian dan baku hantam yang lebih besar di sana. Para Suporter Liverpool pun sampai terpojok karena terus menerima serangan Ultras Sevilla yang membabibuta, "Semua baik-baik saja sampai ultras (Sevilla) berjalan dan langsung menendang," tulis Ben yang mengomentari kolom berita di situs Mirror.



Dari salah satu foto yang dilihat dari beberapa situs di Eropa, terlihat juga para Ultras Sevilla tampak ingin merebut bendera atau spanduk suporter Liverpool. Sementara jumlah petugas keamanan terlalu sedikit untuk melerai mereka. Soal percobaan merebut spanduk dan bendera, hal itu memang penting di kalangan ultras. Berhasil merebut bendera atau spanduk bisa menjadi nilai kemenangan bagi kelompok ultras. Bahkan para Ultras Sevilla pernah sakit hati karena spanduknya berhasil direbut Ultras Slask Wroclaw pada pertemuan di Liga Eropa 2013.

Hingga akhirnya polisi anti huru-hara datang untuk melerai kedua suporter yang bentrok tersebut. Setelah berhasil dilerai, mereka berbaris di tangga antara suporter Liverpool dengan Sevilla agar jarak mereka dibatasi. Para polisi anti huru-hara itu memakai perangkat keamanan yang lengkap dari helm sampai tongkat. Selanjutnya, pertandingan bisa dimulai dan situasi berjalan tanpa keributan lagi.

Setelah diserang para Ultras Sevilla yang jumlahnya lebih sedikit, para suporter Liverpool semakin kecewa karena kesebelasannya gagal menjuarai Liga Eropa. Liverpool kalah 1-3, padahal mereka sudah membuat para suporternya merasa seperti juara atas gol Daniel Sturridge pada menit ke-35. Tapi keunggulan itu dibalikkan oleh gol yang dicetak Kevin Gameiro pada menit ke-46, ditambah gol Coke pada menit ke-64 dan ke-70.

Sumber lain: Metro, Liverpool Echo, Telegraph.

ed: fva

Komentar