Petaka Kenangan Masa Kecil Alberto Moreno

Cerita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Petaka Kenangan Masa Kecil Alberto Moreno

Masa kecil merupakan masa yang indah. Segala hal yang terjadi setiap harinya seperti sebuah hal-hal baru dalam hidup. Tak perlu memikirkan apapun, tak perlu memedulikan apapun, yang penting adalah menjalani hari demi hari dengan penuh kebahagiaan.

Sulit bagi seseorang untuk melupakan masa kecilnya. Ke manapun ia melangkah dan sejauh apapun ia pergi dari kampung halamannya, ingatan masa kecil akan selalu muncul dan membayangi kehidupan kita, seperti halnya seorang Saman yang sulit melupakan kenangan masa kecilnya yang terperam dalam sebuah rumah kecil di Prabumulih.

Sama halnya dengan seorang Saman, bek kiri Liverpool, Alberto Moreno, pun adalah orang yang tidak akan pernah melupakan masa kecilnya, meski sekarang ia sudah tinggal dan menetap di sebuah kota bernama Liverpool dengan profesi sebagai seorang pesepakbola. Kota Seville, Spanyol yang ia tinggali selama kurang lebih 10 tahun akan selalu berada dalam memorinya. Hal ini juga dibuktikan dengan tato yang menggambarkan lokasi Plaza de Espana di Seville yang tercetak di kakinya.

Tato yang menggambarkan lokasi Plaza de Espana di Seville, tercetak pada kaki kanan Moreno (foto: dailymail.co.uk)

"Saya lahir di Seville. Saya berasal dari Seville, dan saya adalah pendukung sekaligus juga pemain yang pernah membela klub Sevilla. Saya sudah berada di Sevilla sejak umur saya masih 11 tahun," ujar Moreno seperti dilansir Daily Mail.

"Saya juga pernah memenangkan trofi Europa League ini bersama Sevilla pada 2014 lalu (musim 2013/2014). Itu juga adalah bagian dari memori indah saya bersama Sevilla, sekaligus trofi pertama yang saya raih sebagai pemain profesional. Sevilla memang tim yang luar biasa," tambahnya.

Memori inilah yang ia bawa dalam pertandingan final Europa League yang mempertemukan antara Liverpool melawan Sevilla. Motivasinya yang tinggi untuk mengalahkan klub yang pernah mengasuh dan membesarkan namanya begitu membara, dan semua berjalan lancar pada babak pertama ketika para pemain Sevilla begitu sulit untuk menembus sisi tempat dimana ia beroperasi, yaitu sisi kiri.

Namun, entah kenapa yang terjadi, pada babak kedua sebuah perubahan penampilan terjadi dalam diri seorang Alberto Moreno. Dirinya yang pada awalnya begitu dominan dan tidak membiarkan siapapun masuk ke dalam areanya, sisi kiri pertahanan Liverpool, mendadak menjadi kehilangan konsentrasi dan beberapa kali menjadi sebab kebobolannya Liverpool, utamanya gol kedua dari Coke.

Hal ini tentunya mengundang beragam kritikan yang cukup pedas dari para pengamat, dan kritikan yang paling keras diutarakan oleh para pundit yang juga merupakan mantan pemain Liverpool yang pernah membawa The Reds menjuarai Piala UEFA 2001, Michael Owen dan Steve McManaman.

Dengan gamblang, mereka menyebutkan bahwa penampilan Moreno di babak kedua begitu buruk. Owen menyoroti penampilan Moreno yang ia anggap masih membawa kenangan sebagai seorang pemain Sevilla.

"Dalam level pertandingan sekelas final Europa League, Anda harus menghilangkan segala hal yang berkaitan dengan emosi Anda. Anda juga tidak boleh melakukan kesalahan sekecil apapun dan harus berkonsentrasi penuh dalam pertandingan. Saya bisa katakan bahwa Moreno gagal melakukan hal itu pada babak kedua, entah, mungkin karena ada memori yang ia bawa, dan akibatnya fatal bagi Liverpool," ujar Owen seperti dilansir Mirror.

"Akibat yang ia timbulkan, adalah kekalahan bagi Liverpool," tambahnya.

McManaman juga mengkritisi penampilan Moreno pada babak kedua. Ia bahkan sampai menyindir Moreno sebagai pemain terbaik Sevilla pada babak kedua karena begitu seringnya ia membiarkan Los Sevillistas mengeksploitasi daerahnya.

"Ia berlari-lari tidak jelas. Ia selalu ingin maju ke depan. Itu adalah hal yang bagus dan tidak salah untuk dilakukan, tapi ia juga harus ingat bahwa pekerjaan seorang full back juga adalah bertahan. Bertahan dengan baik, dan tidak membiarkan areanya dieksploitasi dengan berada pada posisi yang tepat. Moreno gagal melakukannya pada babak kedua," ujar McManaman seperti dilansir Mirror.

"Bisa saya katakan bahwa, ia adalah pemain terbaik Sevilla pada babak kedua," tambahnya.

Jika benar apa yang dikatakan Owen dan McManaman, Moreno tampaknya masih tidak mampu melupakan masa kecilnya bersama Sevilla sehingga pada pertandingan kemarin, utamanya pada babak kedua, ia kehilangan konsentrasi. Akibatnya cukup fatal, yaitu kekalahan bagi Liverpool yang berujung gagalnya mereka untuk berkompetisi di Liga Champions Eropa, bahkan berkompetisi di Eropa musim depan.

Sama halnya dengan seorang Saman. Tidak mampu melupakan masa kecilnya, ia memilih untuk kembali ke Prabumulih yang ternyata menjadi awal terjadinya petaka bagi dirinya. Ia akhirnya ditangkap polisi akibat kegiatan-kegiatannya yang dianggap membahayakan pemerintah (Saman membantu petani kecil di sekitaran Sei Kumbang, Prabumulih, pada masa Orde Baru).

Sungguh, kenangan masa kecil yang menjadi sebuah petaka bagi seorang Alberto Moreno.

foto: liverpoolfc.ge

Komentar