Mengenal Muhammad Tahir, Bakat Teranyar asal Bumi Papua

Cerita

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Mengenal Muhammad Tahir, Bakat Teranyar asal Bumi Papua

Papua sudah lama terkenal sebagai produsen bakat-bakat sepakbola terbaik di Indonesia. Kualitas dari para pemain Papua adalah jaminan mutu, tak perlu diragukan lagi. Meskipun sering tersandung oleh berbagai masalah di luar dunia sepakbola, para pemain asal Papua adalah pesepakbola dengan kualitas di atas rata-rata negeri ini.

Yang identik dari Papua adalah mereka selalu melahirkan para pemain hebat di posisi penyerang atau penyerang sayap walau ada sejumlah pemain bertahan. Bek Persib Bandung asal Papua, Yanto Basna, juga dalam sebuah kesempatan pernah berujar bahwa posisi pemain bertahan bukanlah favorit bagi para pemain Papua. Yanto berujar bahwa di Papua seorang pesepakbola baru akan disebut hebat apabila bermain di posisi menyerang karena bisa melewati lawan dan mencetak gol.

Meskipun demikian Papua sebenarnya juga melahirkan talenta-talenta hebat di posisi pemain bertahan. Mulai dari Yohanes Auri, Aples Tecuari, Jack Komboy, Ricardo Salampessy, termasuk Yanto Basna yang dalam kurun waktu setahun terakhir banyak menjadi bahan pembicaraan. Dan untuk masa depan, mungkin akan muncul seorang pemain bernama Muhammad Tahir.

Nama Tahir mencuat ketika memperkuat Persipura Jayapura di ajang Piala Bhayangkara. Ia bersama Osvaldo Haay, Petrus Paitoni Towolom, dan Yance Wenda, menjadi pemain-pemain Persipura U-21 yang dipromosikan oleh pelatih Osvaldo Lessa kala itu untuk memperkuat tim senior. Dan Tahir menjadi salah satu pemain yang mencuri perhatian.

Mendengar namanya jelas berbeda, tidak seperti kebanyakan nama Papua lain. Ternyata Tahir memang bukan asli Papua, ia adalah keturunan transmigran Makassar yang banyak berpindah dari tanah kelahiran mereka pada tahun 1970an, ketika Indonesia berada dibawah era kepemimpinan Presiden Soeharto.

“Ayah saya pindah dari Makassar ke Jayapura pada 1970an. Meskipun keturunan Makassar, saya sendiri sebenarnya lebih merasa sebagai orang Papua. Saya lahir di sini, saya sekolah di sini, saya juga juga main sepakbola di sini, jadi saya sudah merasa seperti orang Papua,” ujar Tahir ketika menceritakan asal-usulnya.

Memulai karier di SSB Tunas Muda Hamadi, Tahir yang berposisi sebagai bek tengah ini kemudian direkrut oleh Persipura U-21. Ia menjadi salah satu pemain yang beperan penting ketika tim muda Mutiara Hitam berhasil meraih medali perunggu Liga Super U-21 dalam dua edisi beruntun yaitu pada tahun 2013 dan 2014. Tahir kemudian promosi ke tim utama pada tahun 2016 ini, bertepatan dengan turnamen Piala Bhayangkara.

“Alhamdulillah, kalau jujur, sih, saya nggak nyangka sekarang bisa main di tim senior (Persipura). Mungkin sudah dengar juga kalau main di Persipura itu impian buat seluruh anak-anak Papua. Jadi saya bersyukur sekali bisa promosi ke tim senior.”

Meskipun gagal meloloskan Persipura dari babak grup, Penampilan Tahir mendapatkan banyak pujian. Ia dianggap bermain disiplin dan tidak canggung ketika harus berhadapan dengan para pemain lawan yang lebih senior. Salah satu pujian datang dari bek senior Persipura, Ricardo Salampessy.

“Banyak pemain muda yang bagus di tim Persipura saat ini. Tahir adalah salah satunya. Ia punya banyak potensi. Jujur sebagai sesama pemain belakang ia punya apa yang saya tidak punya, kontrol bolanya sangat bagus. Ia juga bisa mengalirkan bola dari belakang. Ia akan menjadi bek yang bahkan lebih hebat melebihi saya,” Ungkap Ricardo.

Pujian Ricardo nyatanya membuat Tahir sangat sumringah. Pemuda kelahiran 4 Januari 1994 ini tidak menyangka mendapatkan pujian dari seniornya tersebut. Terlebih lagi Tahir sebenarnya sangat mengidolakan Ricardo. Bahkan beberapa pihak menyebutnya sebagai Ricardo Salampessy selanjutnya.

“Wah, benar Bang Ricardo bilang seperti itu? Haha... Bangga sekali saya dengar seperti itu. Nggak bisa berkata apa-apa lagi, buat saya Bang Ricardo itu pemain idola. Saya banyak belajar dari dia. Kami juga berasal dari SSB yang sama (SSB Tunas Muda Hamadi). Dulu biasanya nonton Bang Ricardo main, sekarang bisa main bareng di lapangan. Bahkan sekarang dipuji, terharu sekali saya jadinya,” kata Tahir sambil menunjukan ekspresi terharu dengan mata sedikit berkaca-kaca.

Kini kesebelasan yang dibela Tahir, Persipura Jayapura ditangani oleh pelatih baru yaitu, Jafri Sastra. Pelatih asal Minang tersebut terkenal sangat andal ketika memoles bakat-bakat muda. Sudah beberapa nama baru yang muncul di kancah sepakbola Indonesia juga merupakan hasil dari tangan dingin mantan pelatih Semen Padang dan Mitra Kukar ini.


Ditanya mengenai pelatih barunya, Tahir berujar bahwa Jafri adalah sosok pelatih yang sangat bagus. Ia sangat banyak membantu pemain muda. Tahir juga berkomentar terkait keputusan Jafri yang kini lebih sering menempatkan ia sebagai gelandang bertahan.


Coach Jafri itu pelatih yang sangat bagus, ia sering sekali bantu kami para pemain muda. Ia juga banyak kasih masukan buat kami.”

“Mengenai saya main sebagai gelandang, ya saya sih semangat di posisi baru ini. Banyak hal-hal baru yang saya temukan. Karena yang pasti pelatih ingin saya lebih berkembang. Mungkin justru di posisi ini saya bakal bisa main lebih baik untuk tim.”

Kemampuan kontrol bola Tahir yang sangat ciamik serta kelebihannya dalam mengirim operan dari lini pertahanan dan ke disiplinannya ketika menghadang lawan tentunya menjadi atribut yang sangat bagus apabila memang kedepannya Tahir akan dimainkan sebagai gelandang bertahan. Tahir menjadi bukti kesekian bahwa Papua selalu melahirkan talenta-talenta sepakbola yang luar biasa untuk negeri ini.

***

Mengakhiri obrolan, penulis sendiri sempat sangat penasaran dengan cincin yang melingkar di jari manis pemain yang menggunakan nomer punggung 32 ini. Awalnya penulis mengira bahwa itu hanya aksesori saja. Tapi ternyata cincin tersebut adalah cincin pernikahan Tahir. Ia menikah dengan gadis asal Balikpapan terhitung sejak bulan November tahun 2015 lalu.

“Haha iya ini beneran cincin pernikahan, saya sudah menikah sejak akhir tahun lalu. Istri saya di Balikpapan. Jadi biasanya kalo dapat libur agak lama saya langsung mengunjungi istri saya,” pungkas Tahir mengakhiri pembicaraan.

Ternyata bukan saja talenta Tahir yang mengejutkan, tetapi juga sisi lain dari kehidupan pribadinya. Pemuda yang baru saja melewati umur 20 tahun ini nyatanya sudah berkeluarga.

Ingat-ingat namanya, lima tahun kemudian Muhammad Tahir bisa saja akan menjadi bek tengah terbaik di negeri ini.


foto : aun rahman, jubi post.

Komentar