Keluh Borini Tentang Peran yang Ia Emban di Sunderland

Cerita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Keluh Borini Tentang Peran yang Ia Emban di Sunderland

Shinji Okazaki musim ini menjalani perannya sebagai pemain figuran dengan cukup baik di Leicester City. Berkat kemampuannya dalam menciptakan ruang dan mengambil bola-bola yang umumnya sulit untuk diambil, juga kemampuannya dalam mendukung pergerakan seorang Jamie Vardy, The Foxes mampu bersaing untuk memperebutkan gelar juara. Yang menjadi menarik adalah, Okazaki cukup menikmati peran tersebut.

Tapi, itu untuk Okazaki, yang memang pada dasarnya adalah pemain pekerja keras yang siap untuk bekerja demi kebaikan tim. Semua pemain tidak seperti Okazaki. Ada yang mau menjalankan peran seperti ini, tapi, ada yang mau tak mau, ada juga yang secara terang-terangan menolak untuk menjadi pemain figuran.

Di Sunderland, ada pemain yang sangat menolak untuk dijadikan sebagai pemain figuran. Ia ingin mendapatkan peran lebih, dan tidak mau menjadi pemain figuran. Ia adalah Fabio Borini.

Borini, yang juga pernah membela Liverpool ini, adalah seorang pemerhati interior design. Ia tentunya sangat paham akan detail-detail kecil sebuah ruangan, penggunaan lampu yang tepat agar ruangan tidak terlalu temaram, dan juga elemen-elemen tak kasat mata lain yang membuat sebuah ruangan menjadi indah. Agaknya hal itulah yang sekarang Borini sedang jalani di Sunderland bersama Sam Allardyce. Pada awalnya, Borini adalah seorang striker. Namun, sejak kepindahannya ke Sunderland, Big Sam menempatkan pemain ini di posisi sayap.

Penempatan Borini ini bukanlah tanpa alasan. Pemain Tim Nasional Italia ini ditempatkan di sayap karena kemampuannya yang baik dalam melakukan track back dan juga kemampuannya dalam menarik perhatian bek lawan sehingga striker utama Sunderland, Jermaine Defoe, dapat dengan leluasa mengancam gawang lawan dan menciptakan peluang untuk mencetak gol. Ketika ditanya mengenai perannya ini, ia menyebut peran ini sebagai sebuah blind role, peran tak terlihat.

"Saya menyebut peran yang saya jalani ini sebagai sebuah blind role, karena orang-orang yang menonton sama sekali tidak mengetahui apa saja yang kau lakukan di lapangan. Saya merasa kalau diri saya ini seperti seorang Thomas Mueller (pemain Bayern Muenchen), karena ia juga kerap melakukan pekerjaan yang tak terlihat seperti yang saya lakukan, dan mempermudah orang lain untuk melaksanakan tugasnya di lapangan," ujar Borini kepada The Guardian.

Kalau ditelisik, apa yang Borini perankan memang sedikit sama dengan peran yang Okazaki lakukan untuk Leicester. Dengan dimainkan melebar di sayap, Borini seringkali membantu para full-back Sunderland yang mudah ditembus oleh penyerang-penyerang lawan. Karena terlalu banyak membantu full-back, hal ini membuat Borini cukup jarang mendapatkan peluang untuk mencetak gol. Wajar saja kalau musim ini, striker yang juga pernah membela AS Roma ini hanya mencetak empat gol dalam 24 penampilannya bersama Sunderland musim ini.

"Bermain melebar ke sayap itu sulit. Terkadang, saya harus lebih banyak berlari ke belakang daripada ke depan. Saya juga lebih banyak memainkan bola di daerah pertahanan saya sendiri daripada memainkan bola di kotak penalti lawan. Itulah alasan utama kenapa saya tidak dapat mencetak gol sebanyak yang saya mau," ujar Borini.

Dengan rekor golnya yang tidak terlalu banyak musim ini, maka wajar saja Borini tidak terlalu menonjol jika dibandingkan dengan pemain lainnya. Memainkan sebuah peran yang ia sendiri sebut sebagai peran tak terlihat, Borini mengakui bahwa hal itu sama sekali tidak ia sukai. Ia ingin peran yang lebih menonjol, dan itu adalah posisi sebagai striker, yang pernah ia emban dahulu.

"Dalam pertandingan melawan Arsenal, saya lebih banyak menyentuh bola di area pertahanan Sunderland. Hal itu cukup mengesalkan sekaligus juga hal yang tidak menyenangkan bagi saya. Semoga saja musim depan saya dapat memainkan peran yang lebih dalam menyerang, dan juga diberikan kebebasan untuk bergerak di area sepertiga akhir lapangan," ungkap Borini.

Tapi, Borini pun tampaknya harus mau menerima ditempatkan sebagai seorang "figuran" di lapangan. Toh, menjadi seorang "figuran" pun bukanlah sesuatu yang buruk, karena Borini tetap bisa memberikan kontribusi kepada tim lewat permainan yang ia tunjukkan. Bahkan jika akhirnya Sunderland lolos dari jerat degradasi di akhir musim, Borini juga akan menjadi pemain yang mendapatkan tepuk tangan, karena pertunjukan hebat yang sudah ia pertunjukkan.

foto: thetimes.co.uk

Komentar