Ivan Rakiti? (Bukanlah) Sekadar Pemeran Pendukung

Cerita

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Ivan Rakiti? (Bukanlah) Sekadar Pemeran Pendukung

Dalam sebuah film, peran pendukung atau supporting role tidak mendapatkan perhatian yang banyak seperti halnya pemeran utama. Karena memang peran yang dijalani adalah sebagai sosok yang membantu pemeran utama dalam jalannya sebuah cerita.

Namun belakangan peran pendukung justru memiliki nilai tambah, bahkan sudah ada kategori penghargaan tersendiri untuk para pemeran yang selalu dianggap jagoan kelas dua ini. Michael Caine, Cuba Gooding Jr, Rob Schneider, Paul Giamati adalah sekian nama dari para bintang peran pendukung yang justru kadang tampil lebih luar biasa dibandingkan sang pemeran utama. Dalam contoh lain, kita bisa melihat betapa menghiburnya Patrick Star dibandingkan Spongebob Squarepants.

Bukan yang menjadi sorotan, tidak terlalu banyak publisitas yang dialami oleh supporting role, juga terjadi dalam dunia sepakbola. Fenomena tersebut ada dalam diri gelandang Barcelona asal Kroasia, Ivan Rakitic.

Bukan yang selalu mendapatkan perhatian utama

Rakitic lahir dari keluarga imigran Kroasia di Mohlin, Aargau, Swiss. Sempat bermain untuk akademi tim lokal daerah kelahirannya, bakat istimewa Rakitic kemudian tercium oleh pemandu bakat tim tersukses negara tersebut, FC Basel. Rakitic kemudian bergabung dengan Basel pada 1995.

Bermain di level usia muda, 10 tahun kemudian ia bermain untuk tim utama pada 29 September 2005 melawan Siroki di UEFA Cup (kini Eropa League). Di FC Basel, Rakitic harus bersaing dengan dua pemain yang lebih senior yaitu Mile Strejovksi dan Matias Delago, serta gelandang muda lain, Zdravko Kuzmanovic.

Tampil impresif meskipun berusia muda, Rakitic kemudian didatangkan Schalke 04 pada 22 Juni 2007 dengan mahar transfer sebesar 5 juta Euro. Pada masa awalnya di Gelsenkirchen, Rakitic merupakan pelapis bagi Fabian Ernst dan Gustavo Varela. Hingga kemudian Varela dilepas, Rakitic menjadi bagian dari tim utama Schalke. Namun tetap saja pusat perhatian tertuju kepada Lewis Holtby yang asli Jerman.

Ivan Rakitic ketika masih memperkuat Schalke 04.
Ivan Rakitic ketika masih memperkuat Schalke 04.

Kemudian ketika Juan Manuel Jurado mendarat di Schalke, Rakitic perannya semakin tidak terlalu terlihat. Pasalnya tim pelatih lebih sering menempatkan gelandang asal Spanyol tersebut di posisi pemain "nomor 10" yang merupakan posisi favorit Rakitic.

Pada permulaan La Liga musim 2010/2011, Rakitic hijrah ke Sevilla dan memulai petualangan barunya di Spanyol. Sama seperti di klub-klub sebelumnya ia juga awalnya merupakan pilihan kesekian. Kala pertama kali menginjakan kakinya di Andalusia, Rakitic harus bersaing dengan Christian Romaric dan Didier Zokora dalam skema 4-4-2 miliki Gregorio Manzano. Dua gelandang tengah dalam skema tersebut bermain lebih dalam, karena gaya permainan Rakitic yang lebih menyerang, ia justru lebih sering ditempatkan sebagai gelandang kiri atau gelandang kanan.

Musim 2013/2014 adalah waktu di mana Rakitic dengan sangat tidak biasa menjadi pusat atensi.  Rakitic berhasil mengunci posisi gelandang tengah di skuat utama Sevilla yang kala itu sudah ditangani oleh Unai Emery. Lebih hebatnya lagi, Emery kemudian menunjuk Rakitic sebagai kapten tim. Akhir musim tersebut ditutup dengan manis, gelar juara Europa League seakan menjadi hadiah perpisahan dari Rakitic yang di musim selanjutnya akan berseragam FC Barcelona.

Rakitic ketika membawa Sevilla menjadi kampiun Europa League pada musim 2013/2014.
Rakitic ketika membawa Sevilla menjadi kampiun Europa League pada musim 2013/2014.

Diplot sebagai pengganti Xavi Hernandez yang memutuskan untuk pergi ke Timur Tengah sebagai tempat baru perjalanan kariernya, Rakitic nyatanya masih belum bisa mengalahkan pamor gelandang-gelandang Barcelona lain seperti Sergio Busquets, dan tentunya Andres Iniesta. Bahkan dalam debutnya untuk tim asal Catalan tersebut ia mulai dari bangku cadangan, saat Barcelona melakukan uji tanding dengan tim asal Prancis, OGC Nice.

Di tim nasional Kroasia nasib hampir serupa juga dialami oleh Rakitic. Ia lebih sering menjadi pelapis untuk Luka Modric. Jarang sekali keduanya dimainkan dalam waktu bersamaan. Apalagi kini dengan keberadaan Mateo Kovacic dan juga bintang muda Alen Halilovic, semakin mempersulit kans bermain Rakitic di kesebelasan negara Kroasia.

***

Tanggal 10 Maret menjadi hari dimana Rakitic berulang tahun. Bisa jadi karena gaya bermain Rakitic yang membuatnya tidak menjadi sorotan. Rakitic bukalah tipe gelandang bertenaga yang gemar memutus serangan lawan dengan tekel heroik. Rakitic juga bukalan gelandang menjadi kreator permainan. Ia tipe gelandang yang menjadi penyambung antar lini, tipe yang tidak akan terlalu menarik perhatian.

Padahal sejatinya ia adalah pemain yang juga berperan besar. Masih segar dalam ingatan tentunya dalam final Liga Champions tahun 2015 lalu, Rakitic adalah pencetak gol pembuka kemenangan Barcelona. Andai tidak terjadi gol cepat yang dilesakan oleh Rakitic, mungkin saja hasil pertandingan akan berbeda.

Sretan Ro?endan Ivan Rakitic!

Sumber: BBC, DailyMail, fcbarcelona.en

Foto: EPA, GettyIamges

Komentar